Naya beberapa kali menengokkan kepalanya ke belakang, berharap dikejar sambil diteriakin kaya maling cank cot? Tentu saja...iya!!!
Tapi sayangnya saat ia menoleh ke belakang, tak ada siapapun disana. Bahkan plastik bekas sabun colek saja enggan melintas untuk sekedar jadi pemeran figuran di kisahnya.
"Laki-laki emang penggombal sejati, bilangnya sayang...ngga bisa hidup tanpamu, ngajakin kawin lari, tapi nyatanya ee..." dumel Naya.
"Naya sumpahin nikahannya rusuh!" ia bahkan sampai menghentakkan kakinya di tanah sekitar pematang sawah, biar sumpah serapahnya sah.
Embekkkkk----sayup-sayup di kejauhan ucapan itu diamini oleh kambing milik warga yang rumahnya tak jauh dari sawah. Untung saja kampung tidak langsung banjir jadi sebuah danau karena sumpah serapah Naya.
"Ini mas lokasi tanahnya, cukup luas dan strategis...disini jarang cafe, bahkan aga jauh...padahal lokasinya cukup strategis, di area industri, dari desa mana-mana pun dekat ketimbang harus ke jalanan pinggir kota." tunjuknya ke arah lahan kosong di depannya, Andro mengangguk-angguk paham, ia melangkah ke depan demi melihat sekelilingnya.
"Ini yang punya nya siapa pak?"
"Juragan Jamal mas, beliau juragan cengkeh disini," jawab pak Akbar. Andro mengambil foto dan video lokasi lalu mengirimkannya di grup pemilik saham dan pendiri Angkringan, tak lupa ayah Arka.
"Kayanya disini cocoknya buat Angkringan..." gumam Andro.
"Kalo pinggiran jalan besar ada pak?" tanya Andro.
"Mmhh, ada mas. Mari !!" jawabnya mengangguk singkat lalu kembali menstaterkan motornya. Andro naik lagi ke jok belakang, hampir 2 hari belakangan ia lakukan mencari lahan yang cocok untuk dijadikan tempat usaha, termasuk saat ia mencari di pinggir jalanan besar dekat dengan alun-alun kota.
Mencari lahan usaha bukanlah perkara mudah dan tidak terburu-buru, membuat Andro harus menginap beberapa lama disini. Kenapa harus repot-repot menyewa penginapan atau hotel jika pak Akbar sudah menyiapkannya kamar, Andro sangat berterimakasih untuk bapak 3 orang anak itu.
Cukup lama keduanya berpetualang, hingga hari bergulir ke senja keduanya baru kembali.
"Permisi, assalamu'alaikum..." Andro membungkuk sopan melewati gawang rumah. Terlihat anak-anak pak Akbar sedang berkumpul di ruang tengah, layar tv menampilkan serial kartun si botak kembar kesukaan anak-anak saat Andro melintas, anak pak Akbar yang paling besar adalah Rezki, bocah lelaki kelas 5 sd dan kini sudah siap dengan sarung dan baju koko lengkap peci dan sebuah Al-qur'an.
"Wa'alaikumsalam," gumam mereka.
"Pak," ia mengulurkan tangannya pada pak Akbar untuk salim takzim, tak ketinggalan pada Andromeda pula. Dua lainnya perempuan berusia 7 tahun dan lelaki berusia 4 tahun.
Sayup-sayup terdengar suara musik sunda beradu bersama binatang malam. Rupanya ini yang disebut pesta 7 hari 7 malam, akadnya belum namun kemeriahannya sudah terasa dari beberapa hari sebelumnya.
Andro mengepulkan asap putih yang sesekali ia sesap bersama kopi di beranda rumah menikmati suasana malam rumah pak Akbar berteman semua pikiran yang hanyut akhir-akhir ini, tentang momy yang selalu bertanya kapan kamu mau bawa calon? Tentang teman-teman yang selalu bertanya kapan nikah? Kelamaan jomblo bikin istri orang pada melimpir pengen selingkuh, Andro menyunggingkan senyuman miringnya. Apa salahnya? Di usia 28 ini ia belum memiliki pendamping, karena ia yang terlalu sibuk dan cuek tentunya pada perempuan. Bagi Andro kekasihnya ya laptop, belum lagi dokter gila itu selalu menitipkan krucil-krucil lucu namun suka bikin pusing, terkadang jika sedang memomong para keponakannya Andro sering disangka duda keren anak 3.
Beruntunglah malam ini ibu membawa pulang makanan yang disediakan ibu hajat untuk para warga yang membantu, belum lagi jajanan pasar. Upa tampak begitu senang meski hanya opak, rengginang, cenil, jiwel, bugis, ulen dan tentunya pisang.
Piring bunga menjadi wadah dimana makanan-makanan itu ibu gelar di atas meja. Upa dan Arif sudah berebut kue-kue itu sementara Naya....sebenarnya iler udah netes-netes sejak tadi, tapi berhubung harga diri dan martabatnya masih tinggi ia enggan untuk ikut berebut.
"Nay, kenapa?" tanya ibu melihat Naya sepertinya tak tertarik, apa anak itu sudah tak memiliki nav suu untuk memakan makanan manusia normal? Jawabannya adalah karena gengsi!
"Udah ngga suka jiwel," jawab Naya ketus nan angkuh, ia bahkan sudah menggidikan bahunya acuh.
"Ah, ceceu mah! Bilang aja karena makanannya dari hajatan a Salman!" tembak Arif tepat sasaran, sontak saja Naya mencebik berkilah, "engga ya sorry! Gini-gini ceceu bukan korban gamon!" jumawanya.
"Gamon apa sih enin?" tanya Upa. Ibu lantas menggeleng, mana ia tau apa itu Gamon.
"Gamon itu temennya si pokemon, temennya si pikachu!" jawab Naya, ia beranjak dari sofa, ketimbang harus melihat Arif dan Upa makan bikin perut berdusta saja.
"Ngga mau makan? Ibu bawa sambel goreng kentang dari yang punya hajat?!" tanya ibu sebelum Naya benar-benar masuk ke dalam kamar.
"Ngga, masih kenyang!" bohongnya, ia lebih memilih makan dengan garam saja. Ternyata gengsi itu bikin tersiksa....
Naya memilih masuk ke dalam kamarnya tangannya terulur membuka laci kamar yang udah dijadiin mansion oleh rayap, mana sampe bikin kolam renang lagi disana.
Naya berencana membuat lamaran tertulis menyertakan data diri, ijazah, dan foto.
"Naya teh harus cepet-cepet lamar kerjaan, sebulan bukan waktu lama buat nyari kerjaan!" gumamnya dengan semangat berkobar.
Ia harus memulai semuanya mulai dari sekarang, menutup lembaran lama dan membuka lembaran baru.
Ponsel Andro berdering, rupanya panggilan grup whatsapp dari para owner Angkringan.
"Bapak Andro, gimana disana pak?" tanya Yuda putra dari Teguh.
"Aman Yud, oh iya gue udah shareloc, udah foto juga tanah sama sekitar kalo menurut gue sih worth it lah!"
"Gue mah setu buh lah sama kang mas Andro!" tawa Andrew putra Nino.
"Ha-ha, anjrittt! Kite otewe besok lah Ndro," jawab Enzi, siapa lagi kalau bukan putri dari Priyawan.
Ngaler ngidul mereka berbincang hingga tak terasa malam sudah larut, kopi pun hanya menyisakkan ampasnya saja. Andro menutup laptop dan mematikan ponselnya lantas masuk ke dalam.
Di dalam kamar yang hanya berukuran 3×4 meter ini, Andro mengistirahatkan tubuhnya dari segala rasa penat yang seharian telah membelenggu tubuh dalam balutan kaos t shirt putih.
\*\*\*\*
Suara gemericik air dari arah dapur sayup-sayup terdengar hingga kamar yang Andro tumpangi, karena jarak antar ruangan yang tak jauh. Matanya yang cukup lelah tak bisa kembali terlelap, entah karena di tempat asing atau memang ia yang terbiasa bangun dini hari, Andro mengucek barang sekali dua kali sapuan kelopak matanya demi menormalkan pandangan dengan cahaya kamar. Kamar dengan banyak gambar tempelan terutama asmaul husna dan jadwal pelajaran itu tak terlalu terang, sinar lampunya cukup temaram.
"Jam 3," ucap Andro. Bu Dewi sudah terbiasa bangun pukul segini setiap harinya. Ia memutuskan untuk bangun saja, tak enak dengan si empunya rumah yang selama Andro menginap sering terjaga duluan.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Lia Bagus
🤣🤣
2024-04-02
3
Lia Bagus
aamiin 🤭
2024-04-02
1
Sri indrawati
😁😁😁😁
2023-07-18
2