DIKERJAIN

Heaven segera meraih gelas berisi air didepannya. Meneguknya hingga habis sampai rasa sakit ditenggorokannya hilang.

"Lo katarak ya? Bisa bisanya naksir sama si jelek Ma, pembantu gue." Hampir saja Heaven keceplosan menyebut si jelek Mayra. Dia melihat kearah Mayra, melihat wanita yang memakai cadar itu memelototinya.

"Emangnya salah naksir pembantu? Pembantu juga manusia kali. Gue suka sama karakter dia yang pemberani. Lo tahu gak Ven, hari itu didepan UGD, dia bilang kalau lo itu menyebalkan. Hahaha...lucu banget gak sih, pembantu berani ngatain majikannya meyebalkan."

Heaven menancapkan garpunya dengan kasar pada sosis yang ada dipiringnya. Matanya menatap tajam kearah Mayra.

Sebenarnya Mayra kemeja makan tadi untuk menaruh kerupuk. Jadi begitu selesai meletakkan toples diatas meja, dia berniat kembali kedapur. Malas sekali mendengar obrolan tak penting mereka.

"Mayra." Panggilan Tirta menghentikan langkah Mayra. "Boleh kasih nomor hp pembantu yang waktu itu gak, yang tasnya sama dengan kamu? Eh, btw, siapa namanya?"

"Astaga Tir, jadi elo seriusan naksir dia?" tanya Heavan. "Dia itu jelek, udah lupain aja." Heaven sengaja berkata seperti itu agar Mayra tak kegeeran karena merasa ada yang menyukainya.

Dasar neraka, masih saja terus ngejelekin aku setelah aku rawat sepenuh hati dirumah sakit.

"Cantik itu gak melulu dari wajah Ven, tapi juga dari hati." Tirta menunjuk dadanya sendiri. "Dari cara pikir dan cara betindak. Gue udah bosen dengan yang cantik abal abal, yang cantik luaran doang. Gue pengen cewek yang tulus, yang bisa bikin gue nyaman."

"Betul banget, aku juga lagi nyari cowok yang kayak gitu." Celetuk Mayra tanpa sadar.

"Nyari cowok?" Pekik Edo dan Tirta berbarengan.

Sial, bisa bisanya aku salah ngomong, batin Mayra.

Heaven berdecak sebal sambil memelototi Mayra. Apa apaan wanita itu, bisa bisanya bilang nyari cowok didepan teman temannya.

"Maksudnya gimana nih, nyari cowok?" tanya Edo. "Lalu si Hepen?" Dia menunjuk kearah temannya itu.

"Hehehe, maksud aku, si, si , si, siti yang lagi nyari cowok."

Astaga May, ngomong apaan sih kamu, gak jelas banget.

"Siti, jadi nama pembantu galak itu Siti?" tanya Tirta.

"I, iya." Daripada bingung mikir, meding diiyain aja. Bener gak sih?

"Kasih nomor ponselnya dong," desak Tirta sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Bersiap untuk menyimpan nomor telepon si Siti.

"Aku tanyain ke dia dulu ya. Nanti kalau boleh, aku langsung kasih ke kamu."

Heaven mendelik tajam kearah Mayra. Bisa bisanya mau ngasih Tirta nomor telepon.

"Eh Ra, masakan kamu enak bangat, sumpah," puji Edo. "Kapan kapan main ke kantor dong, bawain kita makan siang," pintanya.

"Apa apaan lo, nyuruh nyuruh bini gue," ujar Heaven tak terima.

"Ya elah Pak bos, posesif banget jadi laki. Kita bukannya mau minta bini lo, cuma mau sesekali ngerasain masakannya doang. Lagian gue udah terlanjur jatuh hati pada Siti," celoteh Tirta.

Sialan, Siti itu ya Mayra begoo.

.

.

Setelah kedua temannya pulang, Heaven menghampiri Mayra yang baru saja merebahkan badan diatas ranjang. Mayra merasakan tubuhnya sangat lelah. Saat ini, dia benar benar butuh istirahat. Tapi kehadiran Heaven di kamar, sudah pasti mengusik istirahatnya.

"Lo gak usah dengerin kata Tirta. Dia itu playboy, ceweknya banyak. Jangan lo pikir dia bener bener naksir sama lo," celoteh Heaven yang duduk disebelah Mayra yang sedang rebahan.

Malas menanggapi, Mayra memilih diam dan mencoba tidur. Karena kalau udah dengan Heaven, urusan kecilpun jadi panjang lebar.

"Heh, budeg lo. Dengar gak sih gue ngomong?" bentak Heaven sambil menarik lengan Mayra.

Mayra berdecak kesal lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Memelototi Heaven sambil meremat bantal seolah olah meremat mulut pedas pria itu.

"Aku cuma mau tidur, sesusah itu ya ngebiarin aku istirahat?" Mayra balas membentak.

"Dosa lo bentak bentak suami."

"Dosa juga suami yang menghina istrinya," balas Mayra.

"Kapan gue ngehina lo?"

Mulut Mayra menganga lebar. Kapan dia bilang? Kemana aja woi? Tubuh Mayra terasa lemas, dia benar benar kehabisan kesabaran menghadapi si neraka.

"Gue bilang lo jelek, karena memang jelek, bukan ngehina."

Mayra menepuk jidatnya sendiri. Dosa apa dia sehingga punya suami seperti Heaven. Tak bisa dibiarkan seperti ini, bisa bisa dia stroke kalau harus berurusan dengan Heaven terus.

"Jadi aku jelek?" tanya Mayra.

"Iya."

"Katakan sekali lagi?"

"Lo jelek," tekan Heaven.

Mayra mengepalkan kedua telapak tangannya. Kepalanya seperti mengepul saking emosinya.

"Dasar Ne_"

Dret dret dret

Dering ponsel membuat Mayra batal mengumpat Heaven. Dengan nafas memburu dan wajah bersungut sungut, dia membalikkan badan untuk mengambil ponselnya diatas nakas. Tiba tiba, lampu pijar diotaknya menyala.

"Hallo."

"(___)

"Tirta, darimana kamu dapat nomor ponselku?"

Mata Heaven langsung melotot mengetahui jika yang menelepon Tirta. Dia menoleh kearah Mayra, memperhatikan wanita itu yang sedang senyum senyum bahagia.

"Masak sih? Kamu bohong deh. Aku ini jelek, gak cantik." Mayra melirik kearah Heaven. Hampir saja tawanya meledak melihat wajah tegang Heaven dan kepalanya yang seperti muncul tanduk. Tapi kenapa dia seperti itu, apakah dia cemburu? Rasanya tidak mungkin?

"Kamu ngajak aku ketemu?"

"(___)

"Mana mungkin aku menolak diajak ketemu cowok ganteng kayak kamu." Suara Mayra sengaja dibuat mendayu dayu. Wajahnya mesam mesem seperti orang yang sedang kasmaran.

Cih menjijikkan, gatal sekali dia.

"Ah, kamu terlalu berlebihan memuji aku Tirta." Mayra kembali melirik Heaven. "Ka, kamu suka sama aku?" Mayra menutup mulutnya yang menganga. Berakting seoalah olah syok karena Tirta menyatakan cinta. "Emmm...aku.....aku sebenarnya juga....." Heaven dibuat geregetan dengan kalimat bernada malu malu Mayra. "Juga...ci_"

Heaven berusaha merebut ponsel tersebut, membuat Mayra tak sempat melanjukan kalimatnya.

"Apa apaan sih?" Mayra mencoba menjauhkan ponselnya dari Heaven. Tapi tak mau menyerah, Heaven terus berusaha merebut meski hanya dengan satu tangan. Tak bisa menopang badannya, akhirnya badan Heaven jatuh dan menimpa Mayra.

Kedua saling bertatapan. Meski hanya terlihat matanya saja, tapi tatapan dari mata bulat dan cerah milik Mayra mampu membuat jantung Heaven berdegup kencang. Begitupun dengan Mayra, berada dijarak sedekat ini dengan Heaven, membuatnya deg degan.

"Hallo, Kak May. Kak May ngomong apaan sih dari tadi?"

Sayup sayup, Heaven mendengar suara wanita dari ponsel Mayra.

Sial, jadi dia ngerjain gue dari tadi.

Mayra yang engap menahan tubuh besar Heaven, mendorongnya kuat agar segera menyingkir dari atas tubuhnya.

"Awww.." Pekik Heaven saat tanpa sadar, Mayra mendorong kuat tangannya yang di gips.

Terpopuler

Comments

Lisa aulia

Lisa aulia

😂😂😂😂😂. .sukurin baru dikerjain kek gitu aja udah cemburu...apalagi klw beneran..bisa gila si heaven..

2024-05-15

0

May Tanti

May Tanti

Aiiizz .pasangan gesrek🤣🤣🤣

2024-05-01

0

Bee mi amore

Bee mi amore

nguakakkkk akuu

2023-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!