KRITIS

Sekarang, Mayra tak pernah lagi melepas cadarnya didepan Heaven. Bahkan saat tidurpun, dia tetap memakainya agar Heaven puas, meski dia merasa kurang nyaman. Dia hanya akan melepasnya saat Heaven sudah berangkat kerja, dan akan mengenakan kembali saat mendekati jam pulang pria itu.

Hari ini, setelah hampir 2 minggu menikah, Mayra pulang kerumah. Rumahnya sudah dibangun, jadi kokoh dan tak seperti gubug reot lagi. Setidaknya, hal itu bisa mengobati luka hatinya akibat pedasnya mulut Heaven.

"Kamu bahagia disana?" tanya ibunya.

"Ya bahagialah Bu, orang tinggal dirumah mewah, duit banyak. Mau apa apa ada pembantu yang melayani," sahut Pak Sobri.

"Tapi kenapa kamu kelihatan makin kurus?" Bu Jamilah memperhatikan tubuh putrinya.

"Diet Bu, biar makin cantik." Mayra tak mau ibunya khawatir tentang keadaannya. Mayra juga heran dengan badannya, perasaan makannya banyak karena menunya enak enak, tapi entah kenapa, dia malah makin kurus. Mungkin karena tekanan batin punya suami kayak neraka.

"Mertua kamu baikkan?" tanya Bu Jamilah.

"Baik."

"Kalau suami kamu?"

Buruk, sangat buruk.

Sayangnya Mayra hanya bisa mengatakannya dalam hati. Melihat Bapak, Ibu dan adiknya senang dia ikut merasa senang juga. Rasanya dia tak sampai hati untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya.

"Baik banget, dah kayak namanya, Heaven, surga." Mayra tersenyum absurd.

"Kak May, suamimu itu ganteng banget loh. Ati ati di embat pelakor," Ujar Hana, adik Mayra yang saat ini duduk di bangku SMA.

"Malah bagus," celetuk Mayra. Setidaknya dia akan terbebas dari suami durhaka itu jika dia diambil pelakor. Dia tak sadar jika kalimatnya barusan membuatnya mata keluarganya terbeliak.

"Maksudnya?" tanya Bu Jamilah. "Bagus, bagus gimana?"

"A, a.." Mayra bingung menjelaskan. "Bagus, Kak Heaven bagus." Keluarga Mayra mengernyit bingung. "Mak, maksudku kelakuannya yang bagus, jadi gak mungkin dia selingkuh meski ada yang menggoda." Mayra berusaha untuk tidak terlihat gugup.

"Jangan terlalu percaya diri dulu May." Ujar Tania, sepupu Mayra yang paling menyebalkan. "Laki-laki kalau udah lihat yang bening, bisa tiba tiba oleng. Apalagi kalau yang dirumah buluk?"

"Kamu ngatain aku buluk?" Mayra yang awalnya duduk langsung berdiri. Sudah lelah dia terus dikatain jelek dirumah mertua, dan dirumah sendiri, masih saja ada yang menghinanya. "Jangan panggil aku Mayra kalau sebulan lagi aku gak lebih cantik daripada kamu." Dia menunjuk tepat didepan wajah Tania.

"Heh, heh, sudah." Pak Sobri melerai. "Heran sama kalian, saudara tapi kok hobinya bertengkar terus."

Mayra dan Tania, keduanya saling menatap sengit. Tapi tak mau lanjut bertengkar karena takut dimarahi Pak Sobri.

"Tapi Mbak May sekarang kelihatan lebih cantik loh daripada pas pulang dari madura dulu." Ujar Hana yang sedari tadi memperhatikan wajah kakaknya. Wajah Mayra memang perlahan sudah kembali memutih, tak lagi memerah karena jerawat yang meradang. Jerawatnya juga sudah kempes semua, hanya tinggal menunggu bekasnya hilang. Butuh proses untuk menjadikannya makin glowing.

"Ya iyalah." Mayra melirik Tania sinis. "Aku kan sekarang perawatan di klinik ternama. Selain itu juga pakai skincare mahal."

"Aku beliin skincare juga dong mbak," rengek Hana.

"Beres, itu urusan gampang. Nanti kamu sama ibu mbak beliin." Ujar Mayra jumawa.

"Aku?" Tania menunjuk dirinya sendiri.

"Emang gue pikirin," cibir Mayra sambil tertawa mengejek. Dan Hana, adiknya itu ikut tertawa, membuat Tania makin kesal.

Tania menghentakkan kaki kesal sambil menatap Mayra sengit lalu pergi. Pulang kerumahnya yang letaknya tepat disebelah rumah Mayra.

Saat mereka masih asyik mengobrol, ponsel Mayra tiba tiba berdering. Muncul nama Heaven dilayar.

Ngapain si neraka nelpon aku? Bukankah kamarin dia udah ngasih aku izin menginap.

"Hallo." Jawab Mayra malas. Padahal dia pulang kerumah karena ingin terbebas dari kata kata pedas Heaven. Eh...malah ditelepon.

Jangan bilang kalau dia kangen sama aku?

"Ini dengan istrinya Heaven?" Mayra kaget saat suara yang dia dengar bukanlah suara suaminya, melainkan laki laki lain.

"I, iya." Mendadak dia jadi gugup.

"Bisa datang ke rumah sakit sekarang? Heaven kecelakaan, kondisinya kritis."

"Apa!" Pekik Mayra kaget. Badannya gemetaran, jantungnya berdegup kencang. Kritis? Apa itu artinya dia akan segera menjanda. Astaga, jangan jangan Tuhan mendengarkan doanya tadi. Doa agar segera terlepas dari suami kejam seperti Heaven. "Tidak, aku belum siap menjadi janda." Gumam Mayra dengan wajah pias.

"Ada apa May?" bu Jamilah terlihat khawatir. Apalagi barusan putrinya menyebut kata janda.

"Ka, kak Heaven kecelakaan Bu, dia kritis."

"Innalillahi." Pekik semua yang ada disana.

"May harus segera ke rumah sakit." Mayra menyambar tas selempangnya sekaligus kunci motor miliknya yang sudah dia dia berikan pada Hana.

"May, bapak ikut." Seru Pak Sobri yang berlari kedalam untuk mengambil baju karena saat ini dia hanya memakai kaos dalam. Tapi begitu dia keluar, Mayra sudah tidak ada. "Astaga, anak itu meninggalkanku," gerutunya.

"Ayo kita susul May Pak." Ujar Bu Jamilah yang baru keluar dari kamar untuk mengambil hijab.

"Nyusul pakai apa? Motor satu satunya dipakai May. Lagian kita juga gak tahu rumah sakit mana."

Mayra mengendarai motor dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Dia mengeluarkan skill terpendamnya sebagai pembalab. Meski Heaven selama ini jahat padanya, tapi dia juga sering sekali mengumpat Heaven diam diam. Dia harus minta maaf sebelum suaminya itu pergi untuk selama lamanya. Dia tak mau dicatat dosa sebagai istri durhaka.

Sesampainya di rumah sakit, Mayra langsung memarkirkan motornya. Berlari menuju UGD sesesui yang dikatakan si penelepon tadi.

Mayra melihat Edo dan seorang pria lagi didepan UGD. Mayra mengenali Edo karena mereka sempat berkenalan saat resepsi dulu.

Mayra berhenti didekat Edo, nafasnya ngos ngosan karena lelah berlari.

"Kak, Kak Heaven, bagaimana kondisinya?" Tanya Mayra dengan nafas terputus putus.

Edo mengernyit menatap Mayra. Bukankah yang barusan dia hubungi adalah istri Heaven, kenapa yang datang...

"Kamu pembantu dirumah Heavenkan?"

Mayra melongo, speechless, tak bisa berkata kata. Kenapa dia sampai melupakan cadarnya. Dia sudah terlanjur dikenali sebagai pembantu.

Terpopuler

Comments

nenk 'yLa

nenk 'yLa

neraka kritis?? kok bisa??

2023-09-02

1

Riska Wulandari

Riska Wulandari

wkwkwk Heaven otw berangkat ke surga..😂

2023-08-05

0

0316 Toiyibah,S,Pd.

0316 Toiyibah,S,Pd.

waduhh ,,,

2023-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!