INGAT, PAKAI CADAR

Merasa sakit hati, Mayra memilih pergi dari sana bahkan tanpa mengucap pamit. Sampai sampai Edo dan 2 orang lainnya heran dengan perilaku art yang dirasa kurang sopan pada majikannya.

"Gak ada sopan santunnya gitu," celetuk Edo.

"Sudahlah, jangan pikirkan dia. Lebih baik kita segera ke cafe dan membicarakan pekerjaan," sahut Heaven. Dia sama sekali tak peduli dengan Mayra.

Mayra berjalan cepat sambil berusaha melupakan kejadian barusan. Melihat Rafa mesra dengan mama Mita tak lah begitu menyakitkan, tapi diakui sebagai pembantu oleh suami sendiri, itu sangat menyakitkan. Matanya memanas, cairan bening perlahan turun melalui sudut matanya.

Sesampainya diluar mall, dia segera masuk kedalam taksi yang mangkal disekitar sana. Dalam perjalanan pulang, mama Mita meneleponnya.

"Kamu dimana?"

Astaga, aku sampai lupa tak pamit pada mama tadi.

"Maaf Ma, May udah dalam perjalanan pulang. Tadi May merasa sedikit tak enak badan, jadi pulang duluan. Lagian gak enak kalau May gangguin mama sama cowoknya." Rasanya muak sekali kalau ingat kebersamaan mertuanya dengan Rafa. Tapi ya sudahlah, Rafa lebih memilih mama Mita daripada dia. Lagian saat ini, statusnya adalah istri meski dianggap pembantu.

Mayra jadi meragukan yang namanya cinta. Saat dia cantik, dia tetap kalah dengan emak emak yang berduit. Saat dia jelek, makin parah lagi, suaminya bahkan tak mau mengakuinya.

.

.

.

Heaven, pria itu langsung teriak teriak bagitu sampai dirumah.

"Jelek, jelek."

Kuping Mayra terasa panas saat mendengarnya. Rasanya dia tak punya nama sejak masuk kerumah ini.

Brak

Pintu kamar dibuka kasar oleh Heaven. Dia menatap nyalang Mayra yang sedang bermain ponsel diatas ranjang.

"Heh jelek, budeg lo. Gue panggil dari tadi kenapa diam saja?"

Dari nada suaranya, Mayra tahu jika suaminya itu sedang marah. Padahal dia berharap pria itu datang untuk minta maaf karena kejadian siang tadi, tapi yang ada justru kebalikannya.

Sepertinya aku terlalu berharap dia akan sebaik namanya. Dasar neraka, ingin sekali aku menelanmu hidup hidup.

"Hei jelek." Heaven mengambil paksa ponsel Mayra karena kesal tak ditanggapi. Tapi Mayra tetap bergeming, diam seribu bahasa.

"Ck, budeg lo, apa bisu?"

Heaven hampir meledak, tapi Mayra sama sekali tak merespon.

"MAYRA," pekik Heaven.

"Apa?" Mayra akhirnya bersuara saat namanya disebut dengan benar.

Heaven berdecak pelan. Akhirnya dia tahu kenapa Mayra diam sejak tadi, dia tak mau dipanggil jelek.

"Lain kali jika kita bertemu, gak usah sok kenal gue, apalagi sampai manggil gue. Gue gak mau ada yang tahu gimana wajah istri gue. Kalaupun kita terpaksa harus pergi bersama, lo harus selalu pakai cadar. Ingat, pakai cadar, jangan sampai menunjukkan wajah jelekmu itu."

"Iya." Singkat padat dan jelas. Bukan karena takut atau tak berani melawan, tapi dia malas berdebat. Diteruskan hanya akan membuatnya makin sakit hari karena Heaven pasti akan mengeluarkan kata kata pedas lebih banyak lagi.

Tapi jawaban itu tak memuaskan Heaven. Dia ingin mendengar lebih dari satu kata.

"Ingat, pakai cadar."

Mayra menatap Heaven nyalang, sampai sampai Heaven sedikit ngeri dibuatnya. "Iya aku ingat. Tak hanya saat pergi bersamamu saja, bahkan dirumahpun, aku akan memakai cadar biar kamu tak perlu lagi melihat wajah jelekku. Puas kamu?" tekan Mayra.

"Bagus kalau lo paham, jadi gue gak perlu capek capek ngejelasin."

Heaven melepas jas dan dasinya. Jika istri lain akan membantu suaminya, Mayra hanya diam. Percuma juga menawarkan bantuan, karena pasti ditolak mentah mentah.

"Oh iya, gue lihat tadi, lo belanja banyak banget?"

"Tenang saja, tidak pakai uang kamu, mama yang bayarin semuanya."

"Sama saja, uang mama juga dariku."

Heaven lalu memperhatikan penampilan Mayra, tak lagi daster buluk seperti kemarin, sekarang dia memakai gaun yang cantik dan terlihat baru.

"Lo pakai gaun kayak gitu buat narik perhatian gue?" Gaun yang dipakai Mayra memang sedikit terbuka, terutama dibagian dada.

"Gak udah gr, aku memakai ini hanya untuk menyenangkan mama Mita. Aku tak mau dikira tak menghargai barang pemberiannya."

"Dua minggu lagi gue ada reuni. Terpaksa gue ngajak lo karena desakan teman teman gue. Siapkan baju, tas dan semua yang bagus. Dan ingat, jangan lupa_"

"Pakai cadar," potong Mayra.

"Bagus, kalau lo ingat."

"Karena aku gak amnesia kayak kamu. Sama istri sendiri saja lupa." Sindir Mayra sambil beranjak dari sofa. Bisa bisa darting dia kalau terus dekat dengan Heaven. Lebih baik dia turun dan membantu bik Denok menyiapkan makan malam.

Mayra mendumel mulai dari kamar hingga dapur. Rasanya dia ingin meledak gara gara suami nerakanya itu. Tak ada satu kata baguspun yang keluar dari mulutnya, semuanya hanya hinaan, hinaan dan hinaan.

"Ada yang bisa May bantu Bik?" tanya May saat dia melihat Bik Denok tengan mengiris bawang.

"Gak usah Non, biar bibi aja. Lagian baju Non Mayra cantik selali, sayang kalau kotor."

Mayra tersenyum kecut. "Hanya bajunya ya Bi yang cantik, orangnya enggak." Ah..Mayra jadi melow. Apa orang jelek gak berhak bahagia?

"Ya Allah, maaf Non. Bibir gak bermaksud menyinggung. Non Mayra cantik kok, baik lagi."

Mayra terkekeh mendengar pujian yang entah hanya pemanis bibir atau tulus. "Dilihat dari lubang sedotanpun, May tetep kelihatan jelek kok Bi. Jadi gak usah pakai bilang May cantik, May sadar diri."

"Ya kalau dilihat dari lubang sedotan, siapapun pasti kelihatan jelek, orang yang kelihatan cuma lubang hidungnya doang."

Hahaha

Keduanya lalu tertawa bersama. May membantu Bik Denok menyiapkan makan malam, melupakan sejenak sakit hatinya pada suami bernama surga tapi berhati neraka.

Saat jam makan malam, hanya ada Mayra dan Heaven dimeja makan. Mama Mita belum pulang dari tadi. Heaven menatap Mayra yang memakai cadar.

"Kenapa ngelihat kayak gitu? Bukankah seperti ini yang kamu mau, aku memakai cadar. Semoga saja makanmu lebih nikmat karena tak perlu melihat wajah jelekku," tutur Mayra.

"Mama kok gak dipanggil Bi?" tanya Heaven.

"Nyonya belum pulang Den."

Heaven mengerutkan dahi. Dia merasa akhir akhir ini mamanya sering pergi dan pulang malam. Bahkan uang pengeluaran mamanya juga lumayan banyak, berbeda dari biasanya.

"Lo tahu mama kemana? Bukankah tadi kalian pergi bersama?"

Mayra teringat kata kata mertuanya, jangan sampai Heaven tahu.

"Aku gak tahu, tadi aku pulang dulu karena mama bilang ada urusan." May tak ingin cari masalah dengan mertuanya. Sudah cukup dia dibuat stress gara gara si neraka, jangan sampai ditambah ribut dengan mertua.

Keduanya lalu mulai makan malam tanpa mama Mita. Meski agak ribet makan dengan memakai cadar, tapi Mayra sudah bertekad akan terus menutup wajahnya. Dia baru akan membuka saat wajahnya sudah glowing nanti.

Heaven merasa ada yang berbeda dengan rasa masakan malam ini, rasanya lebih enak dari biasanya.

"Benar juga kata lo. Makanan malam ini terasa lebih enak karena gue gak perlu lihat muka jelek lo." Ujar Heaven sembari kembali mengambil makanan.

Mayra hanya diam saja sambil melanjutkan makannya.

"Bik, terimakasih makanannya, enak banget. Aku sampai nambah." Ucap Heaven pada Bik Denok yang kebetulan lewat.

"Jangan terimakasih sama saya. Makan malam hari ini yang masak non Mayra."

Huk huk huk

Heaven seketika tersedak.

"Tak perlu berterimakasih padaku," sindir Mayra.

Terpopuler

Comments

nenk 'yLa

nenk 'yLa

bagus may lbh baik pke cadar skalipun dlm kamar.. maki udh glowing jg ttp pke cdar biar skali y g sngja kbuka/kliatan tr si neraka lgsung pingsan tuh

2023-09-02

4

EndRu

EndRu

hahaha dimuntahin ga tuh

2023-06-10

0

Fitri Yani

Fitri Yani

suami neraka kena mental kan lo 🤣🤣🤣

2023-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!