SABAR MAYRA

Mayra duduk ditepi ranjang sambil mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Dia berada dikamar Heaven. Kesan pertama yang terlihat adalah Luas dan Mewah. Kasur yang dia duduki sangat empuk, berbeda kasur dikamarnya dulu.

Mayra sudah melepas hijab beserta cadarnya. Tapi gaun? Terlalu susah melepas gaun yang resletingnya ada dibelakang dan ukurannya sangat pres.

Begitu pintu kamar mandi dibuka, atensi Mayra langsung tertuju kesana. Tampak Heaven yang baru keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai celana kolor dan bertelanjang dada. Tangannya sibuk menggosok rambut yang basah.

"Usap iler lo." Sinisnya saat mengetahui Mayra menatapnya tanpa kedip.

Dengan bodohnya, Mayra menyeka sekitaran bibir dengan punggung tangan. Tapi sesaat kemudian, dia tersadar jika Heaven baru saja mengejeknya. Tapi tak bisa dipungkiri, dia memang sempat terpesona dengan suami tampannya yang berbadan atletis.

"Tak pernah lihat orang tampan?" ejek Heaven sambil menyeringai.

Mayra hanya menanggapi dengan helaan nafas berat. Dia yang ingat jika surga wanita ada pada suami, berusaha menahan diri untuk tidak membalas mulut pedas Heaven.

Tak ada percakan lain setelah itu. Seperti tak saling kenal, Heaven mengambil kaos di almari dan langsung mengenakannya. Meraih ponsel diatas nakas lalu membaringkan badan diranjang sambil sibuk dengan ponsel.

Apa aku ini tidak terlihat? Kenapa dia bisa secuek itu hah? Bukankah ini malam pengantin?

Mayra berdecak sebal saat merasa dirinya sama sekali tak dianggap.

"Bisakah kau menolongku membuka resleting gaun?"

Padahal Mayra bicara tak terlalu pelan, tapi Heaven seperti tak mendengar. Jangankan menjawab, menatapnya saja tidak. Matanya tetap fokus pada gawai dan sekarang malah cekikikan, entah apa yang dia tertawakan.

"Dasar gila," gumam Mayra.

"Apa lo bilang?" semprot Heaven.

Mayra sangat kaget. Perasaan dia bicara pelan, tapi Heaven bisa mendengar. Tapi tadi saat dia minta tolong, bisa bisanya tak dengar.

"Coba ulangi, ngomong apa lo barusan?"

Mayra menghela nafas. Berusaha menahan diri agar tidak meledak.

"Pak Suami, bisa minta tolong lepaskan resleting gaun saya?" Mayra bicara selembut mungkin disertai senyuman yang sangat manis.

"Bukan yang itu, tapi yang setelahnya."

Tuhkan, artinya dia denger tadi. Menyebalkan.

"Aku gak ngomong apa apa."

"Heh, lo kira gue budeg?" bentak Heaven.

"Iya."

"Apa lo bilang?" Heaven makin murka lagi.

Entah untuk keberapa kalinya, mayra menghela nafas berat. Dia yakin hidupnya tak akan mudah kedepannya. Memiliki suami arrogant yang mulutnya sepedas seblak level 50, membuatnya harus ekstra sabar.

"Setahuku, hanya orang budeg saja yang ngomongnya teriak teriak." Jawab Mayra santai, tanpa takut, dan tanpa rasa bersalah.

"Heh jelek, lama lama lo nyebeli juga." Ujar Heaven bersungut sungut.

Mayra mengepalkan kedua telapak tangannya. Dikatakan jelek, jelas dia tak terima. Tapi sekali lagi, dia masih mencoba bersabar.

"Jelek jelek begini istri kamu. Belum lupakan, beberapa jam yang lalu kamu nikahin aku. Mengikrarkan janji setia, sehidup semati. Mengambil tanggung jawab diriku dari ayahku. Me_"

"Cukup, cukup, aku belum amnesia." Heaven malas jika diingatkan tentang itu. Diingatkan jika wanita jelek didepannya ini adalah istrinya.

"Baguslah kalau begitu. Dan semoga saja kamu tak lupa tanggung jawab memberikan naf_"

"Tak perlu disebutkan. Aku ini lulusan S3, kamu pikir gak ngerti yang kayak gitu?" Heaven beranjak dari ranjang. Menuju almari untuk mengambil sesuatu. Dia melemparkan kartu debit kepangkuan Mayra. "Gue bakal transfer jatah bulanan lo, gak usah khawatir."

"Yang banyak," celetuk Mayra.

Heaven mendesis sambil melotot. "Dasar matre."

"Bukan matre, tapi agar rezekimu makin lancar. Membahagiakan istri bisa membuat rezeki suami lancar. Semakin banyak uang yang kamu transfer, aku semakin bahagia, dan kamu semakin kaya." Mayra tersenyum penuh arti menatap kartu debit ditangannya. Entah berapa saldonya, yang pasti tak mungkin uang bulanannya sebesar umr kota Jakarta. Setidaknya, dia sudah tak perlu mikir uang mulai sekarang.

Kepala Heaven seperti berasap. Dia tak menyangka jika gadis jelek, lulusan SMA, bisa seberani ini padanya.

Mayra merasa sangat gerah. Dia ingin segara mandi lalu tidur karena tubuhnya sangat lelah setelah rentetan acara hari ini.

"Em...bisa tolong bantu buka resleting gaunku?" Terhitung sudah 3x Mayra mengatakan itu.

"Ck, kamu mau menggodaku? Percuma, aku tak tertarik padamu. Jangankan hanya melihat punggung hitammu, melihatmu telanjang didepanku saja, ularku tak mungkin bisa berdiri."

"KAMU IMPOTEN?"

"Shittt." Umpat Heaven sambil melotot. "Aku bukan impoten, tapi tak bernafsu melihatmu." Heaven menelisik tubuh Mayra dari atar kebawah sambil bergidik, seolah olah Mayra adalah sesuatu yang menjijikkan.

Awas kamu, akan ku buat kamu bertekuk lutut. Memohon sambil berlutut untuk bisa menyentuhku.

"Udah selesai ngomongnya?" Mayra memutar kedua bola matanya malas. "Aku gerah, mau mandi, bukan mau menggodamu. Jadi cepat lepaskan resleting gaunku. Atau aku perlu memangil mama untuk membantuku melepas gaun?"

Haeven malas kalau sudah berurusan dengan mamanya. Karena pasti, dia akan diomeli. Dengan sangat terpaksa, dia membantu Mayra melepas gaunnya.

Terpopuler

Comments

Lisa aulia

Lisa aulia

heaven...heaven..mulut mu harimau mu jd bersiap2 lah nangis kejer nanti nya...

2024-05-15

0

May Tanti

May Tanti

Suka karakter nya Mayra

2024-05-01

1

Bee mi amore

Bee mi amore

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2023-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!