11

......................

“Mbak, sudah waktunya, aku pergi dulu. Wakil komandan Ryuhei juga, sampai jumpa!” Mengingat jadwal wawancara untuknya sudah akan dimulai, Meiga berpamitan pada Sherly dan Ryuhei yang sedang makan bersamanya.

Dirinya pun bergegas menuju ruang wawancara. Kebetulan waktu itu ada tiga orang yang akan diwawancarai dalam satu waktu dengan Meiga. Jadi, meski pewawancara mereka berbeda, apa yang dikatakan tetap akan terdengar satu sama lain.

“Mei Albert, 14 tahun. Hmm, statistikmu juga lumayan bagus. Ngomong-ngomong, ada satu pertanyaan sepele dariku, apa boleh?” pewawancara itu bertanya.

“Tidak masalah pak, silahkan!” Meiga menerima permintaannya dengan senang hati.

“Mei, kenapa dirimu masuk ke akademi ini? Lalu apa yang ingin kau raih disini?” tapi, meski dia berkata itu hanya pertanyaan sepele, namun suasana maupun ekspresi dari pewawancara itu sama sekali tidak sedang bermain-main.

Meiga pun memutuskan untuk menanggapinya dengan serius. “Ada alasan khusus yang tidak bisa kuceritakan pada anda. Tapi jika anda bertanya tentang ambisi, maka itu adalah jawaban yang mudah. Aku akan mencapai puncak! Itu saja.”

Dalam sekejap, semua mata dari orang-orang disana langsung tertuju padanya. Amarah, ejekan, pandangan yang sinis, masing-masing orang disekitarnya mengeluarkan ekspresi yang berbeda-beda.

Lalu, ada satu orang yang sama sekali tidak dapat menerima pernyataan tersebut bagaimanapun alasannya. Dia adalah seorang gadis berambut hitam panjang yang tidak lain adalah teman masa kecilnya, Luna Luminaries. Tapi, disana Meiga tak menyadari atau mendengar akan disebutnya nama tersebut.

Sebaliknya, Luna juga tidak mengenali Meiga karena namanya yang diubah. Selain itu perubahan antara keduanya sangatlah besar, sehingga membuat mereka tidak dapat mengenal satu sama lain.

....

Wawancara itu telah selesai, Meiga bersama orang-orang lainnya keluar dari ruangan tersebut.

“Tunggu!” Luna menghentikan Meiga.

Mendengarnya, Meiga membalikkan badan untuk menanggapi gadis yang berbicara dengannya.

"Siapa ya gadis ini? Apa aku pernah bertemu dengannya?" tanya Meiga dalam hati.

“Kau, mengatakan sesuatu yang menarik. Mencapai puncak katamu? Jangan membuatku tertawa! Hanya seorang kelas B dengan poin 1000 sepertimu mana mungkin mencapai puncak? Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengakuimu!” Luna melampiaskan kekesalannya dan langsung meninggalkan Meiga.

“Barusan, aku salah apa ya?” ditinggalnya, Meiga bertanya-tanya kenapa dia dimarahi oleh gadis yang baru ditemuinya.

....

Setelah sedikit jauh dari ruangan itu, gadis itu ‘Luna’ bertemu dengan sahabat sekampung halamannya yang selama ini berada dalam satu pelatihan dengannya.

“Luna, bagaimana wawancaramu?” Gadis itu adalah Iris, sepupu Meiga.

“Ah Iris –Luna memeluknya sambil memanja– aku sekarang dibuat kesal sekali dengan gadis yang tak kukenal.”

“Eh? Apa kau bertengkar? Dihari ujian seperti ini?” Iris khawatir dan memastikan.

“Bukan begitu, hanya saja mendengar jawaban atas wawancaranya, entah kenapa aku merasa tersulut.”

Itu benar, selama ini dibawah bimbingan langsung dari komandan ksatria suci, Luna telah berlatih dengan sangat keras. Bahkan diakademi tingkat menengah yang dapat menyainginya secara langsung hanyalah Iris seorang. Itu juga karena keduanya berada dalam satu naungan.

Lalu, diusianya sekarang, Luna melanjutkan pembelajarannya diakademi sebagai murid lanjutan. Dan tidak diragukan lagi, kemampuannya itu sudah setara dengan sepuluh peringkat terkuat yang bahkan semua orang juga mengetahuinya.

Namun, untuk mencapai puncak pada akhirnya juga bukanlah hal yang mudah. Sebuah perbedaan poin diantara dirinya dan puncak peringkat sangatlah besar, selain itu untuk menantang sepuluh peringkat terkuat juga tidaklah mudah.

Duel, itulah sistem yang ada didalam akademi untuk memperoleh poin. Lalu sebagai persyaratan untuk melakukan hal tersebut, kedua belah pihak harus menyetujuinya.

Lalu, harus ada sesuatu yang layak untuk dijadikan taruhan didalamnya. Baik itu poin, peringkat, atau apapun, asalkan kedua pihak setuju maka akan dianggap sah.

“Namun, pada akhirnya seberapa banyak poin yang kita dapatkan tetap mustahil bisa melampaui puncak.”

“Karena itulah aku begitu kesal! Apaan sih yang dipikirkan cewek itu?” Luna begitu kesal saat mengingatnya.

“Heh, jadi dia juga perempuan ya? Pasti dia juga sangat percaya diri bukan dengan kemampuannya. Tapi, jika dia memang memiliki kualifikasi itu tidak ada masalah bukan? Lagipula yang terpenting diakademi ini adalah kekuatan kan? Kalau begitu apa sebenarnya yang kau pusingkan?”

“Geh!” Luna merasa terpukul dengan pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan Iris.

“Iris... Kau sebenarnya ada dipihak siapa?” Tanya Luna sambil meminta belas kasih Iris.

“Ahaha, maaf Luna. Sepertinya aku sedikit berlebihan. Tentunya aku ada dipihakmu kan?”

“Wahh... Iris aku mencintaimu!” Suasana hati Luna berubah dengan cepat dan langsung menempelkan tubuhnya pada Iris.

“Walah, anak ini bertingkah lagi!” Batin Iris yang terbiasa dengan perilaku Luna tersebut.

***

.... Kembali ke masa sekarang

Pagi itu, semua murid di asrama bintang mulai terbangun dari tidur nyenyaknya. Dan dengan rasa lelah yang tersisa sejak pesta semalam, mereka melakukan aktivitasnya masing-masing sebelum jam makan dimulai.

“Ahh... Aku terfermentasi!” Erna mengangkat kakinya sebelum bangun dari tempat tidurnya.

“Khooaamm... Chime, badanmu berat!” Schnee dikerumuni oleh binatang sihir peliharaannya.

Dikamar lain Saaya langsung memandangi foto orang-orang kampung halamannya sambil mengucapkan ‘selamat pagi' pada mereka.

Dan dikamarnya, Rou mengutuk orang-orang itu sambil bersumpah untuk menjadi lebih tegas mulai hari itu.

...

“Met pagi!”

“Ah, selamat pagi.” Semua anggota asrama telah berkumpul didepan ruang makan untuk sarapan.

Namun ditengah pintu masuk itu seseorang tampak sedang menunggu kedatangan mereka.

“Apa?”

“Apa?”

“Apa yang terjadi?” orang-orang penasaran dengan apa yang dilakukannya.

Orang itu adalah Meiga yang berniat menantang Obi demi merebut peringkatnya.

“Kemarin kita menundanya. Dengan taruhan kursi ketujuh, aku menantangmu, kak Obi!” Meiga mendeklarasikannya dengan penuh semangat.

“.....” Tapi ternyata itu tak terjadi seperti yang diharapkannya.

Bahkan teman-temannya langsung menuju ke meja makan tanpa memperdulikannya. Dihadapannya, Obi hanya memasang wajah datar seakan tidak mengerti maksud perkataan Meiga barusan.

“Hemm?” Obi memiringkan kepalanya.

“Apa?” Meiga bingung dengan tanggapannya yang biasa-biasa saja.

“Makan, makan!”

“Aku lapar!”

“Agak cepatlah, nenek Ryano!” orang-orang itu tetap bersikap seperti biasanya.

“Kenapa kau tidak duduk tenang saja?” nenek Ryano yang sedang memasak mengomeli mereka.

Disisi lain, Obi yang merasa tidak enak dengan Meiga akhirnya mau menjelaskan tentang kesalahpahaman diantara mereka. “Maaf Mei, penjelasanku buruk.”

“Huh?”

“Tentang cara kerja tantangan di akademi Meeden. –Obi memulai penjelasannya– Akademi ini sejak awal memiliki sistem untuk membantu menyelesaikan perselisihan. Disana kau harus mengikuti beberapa aturan. Jika kau ingin menantangku untuk mengambil kursi ketujuh, maka kau harus menawarkan sesuatu dengan nilai yang sama.”

“Sesuatu yang sama dengan kursi ketujuh?”

“Jika kau ingin mengincar kursi ketujuh, resiko dikeluarkan saja tidak akan cukup.”

“Heh! Sungguh?” Meiga langsung syok saat mendengar kebenaran tersebut.

“Benar. Peringkat sepuluh terkuat itu sangat berharga. Lagipula mereka yang membuat keputusan tertinggi diakademi. Pengajar sekalipun tidak bisa menentang keputusan yang ditetapkan mereka.

Dahulu, asrama ini menghasilkan sepuluh peringkat terkuat setiap tahunnya. Itu benar-benar masa keemasan asrama bintang. –nenek Ryano memulai bualannya– Dibandingkan itu, kalian ini sangat menyedihkan.”

“Wahh... Nenek Ryano mulai cerita itu lagi?” Schnee sudah berulangkali mendengarnya.

“Jadi karena itu. Jika kuputuskan untuk menerimanya, kita bisa bertarung. Tapi aku tidak ingin melihatmu meninggalkan akademi ini. Kesimpulannya, tidak akan ada duel kali ini!” Obi menegaskan.

“Yang benar saja? Padahal aku sudah susah payah untuk bangun jam lima pagi untuk mengambil kesempatan ini.” Keluh Meiga dengan pasrah.

.

.

.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!