Dimalam itu, Meiga membiasakan dirinya dalam lingkungan barunya. Tubuhnya menggeliat merasakan kehangatan kasur asrama.
“Perasaan seperti ini, kenapa ya terasa sudah begitu lama tak kurasakan.” Gumamnya sambil menikmati waktu bermalas-malasannya.
Mungkin memang sudah cukup lama ia tak merasakannya. Bahkan saat tinggal bersama Rose, setiap hari yang dirasakannya bagaikan neraka tak berujung. Lalu dikediaman pak Roni terasa seperti bangsawan sekali.
“Sepi sekali...” Meiga menatapi langit-langit kamarnya.
Gludak...
“Hai, murid baru!” seseorang tiba-tiba muncul lewat sebuah loteng yang ada dikamar Meiga.
“A-ou, s-siapa?” Meiga tergagap karena kemunculan mendadak dari orang itu.
“Ayo, kami mengadakan pesta penyambutan.” Ucapnya sambil memasang wajah tak berdosa.
Meiga pun mengikuti undangan orang tersebut dan langsung pergi kelokasi kamar 11.
“Disini ya?”
Saat Meiga membuka pintu kamar itu, suasana didalamnya tampak begitu ramai dan acak-acakan. Meski begitu selain pemilik kamar semua orang tersenyum bahagia disana.
“Seperti yang selalu kubilang, aku sibuk belajar untuk ujian tertulis! Kalau mau berpesta, lakukanlah dikamar lain. Kenapa kalian selalu memakai kamarku?” keluh Rou, seorang laki-laki berkacamata yang merupakan pemilik kamar.
“Tidak ada pilihan lain kan, kamar Rou yang terbesar.” Itu adalah gadis imut berambut twintail yang mengejar binatang sihir saat Meiga datang. Nama gadis tersebut adalah Schnee, usia 14 tahun dengan role Shooter.
“Jangan seenaknya duduk dikasurku!”
“Setiap kali kami kemari, kamarnya selalu bersih.” Seorang gadis bertipe mbak-mbak yang kalem itu adalah Erna. Sama-sama di tahun pertama akademi tingkat tinggi Meeden dengan role sniper.
“Itu karena baru selesai kubersihkan.”
“Tadi kan ada banyak buku berserakan dilantai.”
“Itu karena kalian berdua terus berkelahi disini bukan?”
“Bukankah dia seharusnya punya lebih banyak kursi?”
“Yang benar saja!”
Mereka berdua adalah duo kece Niks dan Nuks, keduanya adalah seorang Attacker yang cukup terkenal dikalangan murid akademi ditahun pertama.
Lalu laki-laki yang hanya fokus dengan permennya dan tak bersuara sama sekali itu adalah Kuo. Salah satu Trapper jenius yang dimiliki oleh asrama bintang.
“Ahh... Bukunya jatuh lagi!”
Dan yang tengah duduk disamping Meiga saat itu adalah Saaya, seorang gadis yang tidak lama ini menjadi teman setim Meiga.
< Dengar baik-baik, Saaya, wanita tak boleh menunjukkan tubuh telanjang kepada sembarang orang. >
“Maafkan aku, ibu. Aku tak pantas menjadi seorang istri.” Saaya yang terngiang-ngiang akan insiden yang menimpanya mengingat kembali pesan yang pernah disampaikan ibunya.
“Aku tak menyangka kita satu asrama.” Meiga sama sekali tak merasa canggung terhadapnya.
“Ya... Tunggu, itu artinya kau lulus ujian masuk pada percobaan pertamamu?”
“Yah, begitulah.”
“Luar biasa! Hampir tak pernah ada yang lulus pada pertama loh selama ini.”
“Begitukah? Ngomong-ngomong Saaya butuh berapa kali percobaan?”
“Geh.., a-aku.. –Saaya mengalihkan pandangannya– beberapa kali coba, mungkin.” Dia tidak bisa bilang kalau dirinya butuh hampir tiga bulan untuk lulus dari ujian tersebut.
“Ini untukmu, Mei.” Erna memberikan gelas dan menuangkan sebuah minuman untuknya.
“Ah, terima kasih. –Meiga mencium aroma harum minuman tersebut– Hmm, kenapa sangat berbuih? Botolnya berlabel tulisan tangan...” Meiga merasa minuman itu sangat mencurigakan.
“Ini hanya tipe jus yang terbuat dari beras.”
“Tunggu, apa boleh berpesta pada jam segini?”
“Ya, tak masalah. Lagian, asrama kita letaknya ditengah hutan.”
“Tapi... Itu loh, bagaimana dengan kepala asrama?”
“Hei... Kalian!”
Meiga langsung merinding mendengar kepala asrama yang tiba-tiba angkat suara.
“Aku punya camilan, ambillah kemari!” ucapnya lewat corong yang ada diasrama.
“Asyik!”
“Nenek, aku mencintaimu!”
Disisi lain duo Niks dan Nuks langsung pergi ketempat kepala asrama mengambil camilan tersebut.
“Astaga!” Meiga heran dengan sifat mereka yang tak pikir panjang.
“Pastikan kalian kembali sebelum nenek Ryano mulai membualkan soal peringkat sepuluh terkuat loh.” Schnee memperingatkan duo tersebut.
Sepuluh peringkat terkuat, sebelumnya Sherly pernah mengatakan sedikit tentang mereka. Sebuah kursi elite yang dimiliki khusus oleh sepuluh murid terkuat di akademi. Lalu dari sepuluh peringkat terkuat, selama ini hanya berisikan oleh murid-murid unggulan dari S Class.
“Jadi, apa sebenarnya sepuluh peringkat terkuat itu?” Meiga yang merasa kekurangan informasi menanyakan hal itu pada orang-orang disana.
“Heh, tunggu... kau sungguh menanyakan itu?”
“Kau benar-benar masuk ke akademi Meeden tanpa mengetahui apapun ya? Rou, jelaskan padanya!” Schnee melempar penjelasan merepotkan itu kepada Rou.
“Kenapa aku?”
“Jangan mengeluh! Ini demi teman baru kita.” Erna menegur Rou yang tengah mengeluh.
“Baiklah, jika memang harus –Rou membenarkan kacamatanya– kursi sepuluh peringkat terkuat adalah komite yang terdiri dari sepuluh murid dengan poin terbanyak di akademi Meeden. Di akademi, mereka juga merupakan sebuah dewan yang berhak menentukan banyak urusan dari masalah yang ada dikalangan para murid akademi.
Secara efektif, mereka pengambil keputusan tertinggi diakademi Meeden. Dan menurut hierarki akademi, mereka menempati peringkat kedua setelah kepala akademi yang bahkan para instruktur pun tidak bisa menolak perintah mereka.” Rou menjelaskan sedikit tentang sepuluh peringkat terkuat.
“Beberapa dekade lalu, saat kamar asrama selalu penuh, banyak anggota sepuluh peringkat terkuat yang berasal dari asrama bintang.”
“Bahkan ada tahun-tahun dimana kesepuluh anggota berasal dari sini.” Schnee dan Erna menambahkan.
“Saat nenek Ryano membahas hal itu, pasti akan lama sekali.”
Kriieeettt...
“Kami kembali!” duo Niks dan Nuks kembali bersama dengan camilan yang diberikan nenek Ryano.
Lalu seorang lelaki berambut hitam masuk mengikuti duo tersebut. “Baiklah, Mei Albert. Selamat datang di asrama bintang. Senang kau hadir, aku murid tahun kedua, Obi Saana. Panggil aku kak Obi.” Obi mengulurkan tangannya untuk menyambut Meiga.
“Baiklah.” Balas Meiga menjabat tangan Obi.
“Aku sangat senang kau datang. Itu artinya ada satu rekan lagi untuk berbagi masa muda kita. Tidak ada yang lebih baik dari ini.
Dengar semua!
Kita tinggal seatap dan makan makanan yang sama.
Inilah masa muda, inilah artinya menjadi murid!
Inilah yang kuinginkan saat masuk ke asrama!
Sekarang, mari nikmati kehidupan asrama kita bersama!” Obi mengatakan hal-hal memalukan itu dengan sangat dramatis.
“Itu tidak masalah sih, tapi bisakah kakak berhenti menjemput kami lewat loteng?” Niks mengeluhkan tindakan Obi yang selalu mengejutkannya.
“Apa? Memangnya tidak boleh? Kalau begitu aku bisa mulai memakai ini untuk yang lain juga.” Ucapnya sambil melirik sebuah mikrofon dari corong yang ada di asrama.
"Setiap kupanggil dengan ini Saaya juga selalu datang dengan cepat.” Tambahnya tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Disisi lain Saaya terlihat pucat saat mengingatnya. Itu karena saat Obi berbicara dengannya lewat benda itu, dia selalu mengeluarkan suara-suara aneh yang membuat Saaya terus merinding. Selain itu, jika dia menolak maka Obi akan mengusiknya selama beberapa menit kedepan.
“Saaya, harusnya abaikan saja dia, nanti juga berhenti sendiri.” Erna menasihati Saaya.
“Saaya memang sangat sopan sih.”
“Akan sangat menyebalkan jika dia terus berbicara dengan kita.”
“Loteng tampaknya lebih baik.” Mendengar cerita Saaya, duo Niks dan Nuks mengurungkan niatnya untuk melarang Obi menjemput mereka lewat loteng.
“Tampaknya asrama ini dipenuhi orang-orang aneh ya?” gumam Meiga melihat tingkah orang-orang itu.
“Kau akan terbiasa kok Mei.” Saaya berusaha menenangkan Mei.
“Semuanya, ambil minuman kalian! Kalau begitu untuk masa depan Mei dan kejayaan asrama bintang, bersulang!”
“Bersulang!”
Dimalam itu pesta mereka dimulai dikamar Rou bahkan terus berlanjut hingga larut malam. Mereka bersenda gurau dengan camilan dan minuman sederhana yang ada disana. Meski begitu, semua terlihat bersenang-senang malam itu.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments