7

......................

Kriieeettt...

Meiga membuka pintu tua asrama tersebut dengan hati-hati.

“Permisi!”

Meiga mengucap salam karena merasa aneh dengan suasana asrama yang begitu hening.

Blarrr...

Namun tak lama kemudian terdengar sebuah ledakan dari dalam asrama, sebuah asap hitam juga menyebar dengan cepat melalui lubang udara yang ada didalam sana.

“Apa ini? Asap, apa ada kebakaran?” ucap Meiga panik.

Gleerrrr...

Sebuah guncangan juga mendadak terjadi di dalam asrama tersebut, membuat beberapa barang disana mulai berjatuhan dan pecah.

“Gempa... Gempa bumi?”

Segerombolan binatang sihir tiba-tiba muncul dan berlari keluar pintu asrama.

“Usa, Kamo, Cime, jangan lari!” teriak seorang gadis yang berlari tergesa-gesa mengejar gerombolan binatang sihir tersebut.

“Woy.., kamar 16! Jangan biarkan hewan liar masuk ke kamarmu. Jika terjadi lagi, kukuliti kau hidup-hidup!” sebuah suara tiba-tiba muncul dari sebuah corong dalam ruangan tersebut.

“Maafkan aku!” jawab gadis itu sambil mengejar binatang sihir tersebut.

“....” disisi lain Meiga hanya bisa membatu melihat pemandangan tak biasa tersebut.

“Dan kau, kamar 20! Kau mengubah ruang kosong menjadi ruang asap lagi. Apa ingin kuasapi tubuhmu dengan serpihan kayu?”

“Baiklah, aku minta maaf!” sebuah suara lain bernada santai terdengar dari corong tersebut.

“Lalu kamar 11, jika lantaimu roboh akan kulubangi perutmu loh!”

“Aku akan lebih berhati-hati. Ada yang berkelahi didalam kamarku.”

Lalu disaat Meiga terheran dengan suara-suara itu, seorang nenek-nenek mendadak muncul dibelakangnya. “Kau murid kelas B yang tidak pernah masuk, Mei Albert, benar?”

“A-ah, itu benar?”

“Aku kepala asrama ini, Ryano Gracefeel. Kau harus memanggilku nenek Ryano, sang Maria asrama Bintang!” Ucap nenek tersebut dengan percaya diri.

“Gehh... Sepertinya aku terdampar ditempat yang aneh kali ini...” Keluh Meiga dalam hati.

“Jadi, barang langka apa yang kau buat untuk mendapatkan kamar di asrama ini?” sebuah pertanyaan yang tak disangka Meiga keluar dari mulut nenek Ryano.

“Apa? Barang langka?” Meiga pun terpaksa bertanya pada nenek Ryano.

Mendengar pertanyaannya, nenek Ryano pun agak kesal karena Meiga datang kesana tanpa mengetahui persyaratannya.

“Sudah jelas bukan? Untuk setiap murid yang ingin tinggal di asrama bintang harus menciptakan sebuah barang langka sebagai ganti atas kamar mereka!” dengan nada kesalnya, nenek Ryano menjelaskan.

Untuk murid akademi, sebuah fasilitas disiapkan untuk mereka tinggali. Meskipun pihak akademi tidak memungut biaya berupa uang sewa kepada para murid, tapi setiap tempat memiliki kebijakannya masing-masing. Ada yang harus melewati tes begini ataupun yang begitu. Dan hal tersebut juga berlaku pada asrama bintang ini.

Pertama, siapapun yang ingin masuk ke asrama bintang harus menyiapkan satu item langka. Jika barangnya cukup bagus, maka pelamar akan diterima diasrama.

Kedua, kepala asramalah yang akan menjuri akan kelayakan barang tersebut.

Ketiga, pelamar bebas menggunakan bahan-bahan untuk membuat barang langka tersebut.

“Hahh... Aku baru dengar loh soal ini! Aku juga tidak membawa apapun saat ini.”

“Kalau begitu kau otomatis gagal!” ucap nenek Ryano dengan entengnya. “Kau dilarang meleawati pintu asrama bintang tanpa unjuk kemampuan!”

“Heh, tunggu! Itu artinya, malam ini...”

“Tentunya kau tidur diluar!”

“Mustahil! Kau bercanda! Malam musim dingin sangatlah dingin loh, selain itu aku juga hampir mati karena kelelahan dan kelaparan loh!” Meiga mengeluarkan keluhannya akan fakta yang baru saja ia dengar.

“Humph, ujian keterampilan adalah sebuah keharusan, menyerah saja. Yang ada di gudang asrama juga hanya bahan sisa dan bahan setengah bekas saja. Ini adalah hari sialmu..”

“Maksudmu aku bisa menggunakan bahan sisa itu?” mendengar pernyataan nenek Ryano, Meiga dengan cepat mencapai kesimpulan.

“Apa?” sebaliknya nenek Ryano cukup terkejut mendengar pertanyaannya.

“Aku akan mengikuti ujiannya, dimana letak gudangnya?” dengan percaya diri, Meiga mengajukan dirinya untuk mengikuti ujian tersebut.

Melihat kepercayaan diri Meiga, nenek Ryano pun tak bertanya dan langsung mengantarnya ke gudang penelitian.

Sampai disana Meiga terkagum dengan penampilan gudang yang serba ada itu. Tak seperti yang diharapkan dari sebuah gudang, itu lebih mirip ke sebuah laboratorium para alkemis.

“Wahh... Nenek menyebutnya gudang, tapi ini berbeda sekali dengan ekspektasiku. Ini benar-benar luar biasa!”

“Dengar, aku paling benci dengan anak-anak yang sombong. Kau tahu berapa banyak barang ciptaan murid yang kuteliti sampai sekarang? Kau pikir bisa lulus dengan menciptakan sembarangan barang?”

Tanpa membalas keluhan nenek Ryano, Meiga langsung menuju ketempat penyimpanan material yang ada disana. Dia melihat sisa-sisa material yang tergeletak disana dengan begitu teliti. Meski setiap barang hanyalah barang bekas, tapi dia tetap menemukan sesuatu yang istimewa disana.

“Ini, pecahan mithril?”

“Itu benar, tapi apa yang ingin kau buat dengan pecahan sekecil itu?” nenek Ryano tidak mengerti jalan pikiran Meiga.

“Bukan masalah, ini saja cukup.”

“Apa katanya?” Nenek Ryano begitu terkejut melihat kepercayaan diri Meiga.

“Kepala asrama Bintang, Ryano Gracefeel, tunggulah sebentar!”

Meiga mempersiapkan beberapa barang diatas sebuah meja penelitian yang ada disana. Pasir bintang, batu magis, dan pecahan mithril dikumpulkannya. Sebuah cahaya redup menyala disana, itu adalah unique skill Meiga Material Creation.

“Setelah menahan serangan Zen waktu itu, kurasa aku memang kehabisan material. Tapi dengan bahan ini bukan masalah untuk membuat sebuah artefak dengan kemampuan yang kukuasai.”

Meiga mengubah pecahan mithril itu menjadi sebuah jarum kecil, lalu batu magis disana dicampurkan dengan pasir bintang agar dapat dipasangkan beberapa kemampuan khusus. Dan tanpa menggunakan bantuan dari sihir, Meiga berhasil menciptakan artefak berbentuk anting dengan kemampuan peningkatan kecepatan dan kekuatan fisik.

Tidak hanya itu, Meiga memberikan efek resistensi panas yang cukup juga penetrasi terhadap elemen air dari elemen petir miliknya.

“Selesai...” ucapnya puas.

Nenek Ryano menganalisis anting tersebut dengan skill miliknya.

“Ini? –nenek Ryano terkejut– peningkatan kecepatan, kekuatan, lalu resistensi panas dan penetrasi terhadap elemen air. Selain itu, efeknya juga telah diperhitungkan dengan sangat akurat agar tidak merusak keseimbangan item. Lalu kau membuatnya dalam waktu sesingkat itu. Mei Albert, kau lulus!”

“Yosha!”

“Mei, kau ini sebenarnya siapa? Bagaimana kau bisa membuat artefak semacam ini dalam waktu yang begitu singkat?” nenek Ryano penasaran dengan latar belakang Meiga.

“Ah, dulu aku pernah belajar dari seorang kenalanku. Dia merupakan sosok yang mengetahui segala hal, dari sanalah aku belajar beberapa keterampilan yang berhasil kukembangkan hingga saat ini.”

“Dia pasti sosok yang hebat yah.”

“Setuju.” Jawab Meiga sambil mengingat masa-masa latihannya bersama Rose.

“Baiklah,mulai sekarang kau tinggal disini!”

"Senang mendengarnya.”

“Kamarmu nomor 33, ini!” nenek Ryano memberikan kunci kamar 33 kepada Meiga.

“Terima kasih!” Meiga dengan cepat pergi ke kamarnya sambil membawa barang bawaannya.

“Kemampuan menciptakan sesuatu dari bahan terbatas, sepertinya ada orang baru yang menarik.” Nenek Ryano dalam hatinya begitu bersemangat.

***

Dimalam itu saat Meiga berhasil lolos dalam ujiannya, gadis itu, Saaya sedang berendam di kamar mandi asrama sambil mengingat kejadian yang dialaminya di akademi.

“Sejak di akademi tingkat menengah, ini satu-satunya tempat aku bisa bersantai. Nenek Ryano mungkin sedikit menakutkan, tapi tidak ada instruktur yang galak. Seandainya Mei juga ada disini...

Tadi itu benar-benar gawat ya bebek. Tak kusangka Mei yang begitu dijelekkan oleh orang-orang adalah orang yang begitu baik. Selain itu, jika tidak setim dengannya mungkin aku sudah pasti dikeluarkan ya hari ini.” Saaya berbicara dengan sebuah bebek mainan yang ada dibak mandinya.

“Padahal dia juga begitu cantik, kenapa ya orang-orang tega membencinya?” gumamnya dengan polos.

Tak, tak, tak...

Sebuah langkah kaki terdengar di depan kamar mandi.

“Aku lelah, kurasa aku akan mandi terlebih dahulu.”

“Emm?”

Kriieeettt....

Seseorang membuka pintu kamar mandi tersebut.

“Mei?” Saaya terkejut melihat kehadiran Meiga disana.

“Huh?” disisi lain Meiga membatu melihat pemandangan indah tersebut.

Saaya memandangi Meiga yang hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, lalu disana dia menyadari.

“Datar? Jangan-jangan.., Laki-laki? –wajah Saaya memerah sambil berusaha menutupi tubuhnya– Kyaa....” Saaya sontak langsung berteriak keras saat menyadari kebenaran tersebut.

Mendengar teriakkan itu, nenek Ryano baru teringat. “Oh iya, dalam data dirinya tertulis kalau Mei adalah laki-laki. Aku lupa memberitahunya kalau sekarang adalah jam mandi anak perempuan.” Tanpa rasa bersalah, nenek Ryano melanjutkan waktu bersantainya.

.

.

.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!