...3...
......................
Dua orang wanita memasuki ruang ujian zona B dengan santainya, para penguji yang ada disana juga cukup terkejut melihat kehadiran mereka.
“Ini, Sherly dan Cien? Kalian datang untuk melihat pertandingan?” tanya salah seorang penguji yang menyapa mereka.
“Tentu saja pak, lagipula mereka berdua adalah adik kami.” Cien menanggapi penguji itu.
“Adik? Mereka berdua? Apa maksudnya itu?” penguji itu tidak mengerti maksud perkataan Cien.
“Oh, pantas aku tidak asing dengan nama Wisteria dan Albert, ternyata itu nama marga kalian ya.” Seorang penguji lain menanggapi pernyataan Cien sedangkan penguji satunya masih dalam kondisi tak percaya.
Pertarungan Meiga dan Zen terus berlanjut dan belum ada tanda kelelahan diantara keduanya.
“Tak kusangka akan ada seseorang yang dapat menyaingi kemampuan berpedangku setelah semua latihan keras itu. Karena itulah aku membenci orang-orang berbakat sepertimu, Mei!” Zen melapisi pedangnya dengan atribut suci dan menerjang Meiga dengan cepat.
Meiga cukup bekerja keras untuk melawan serangan kali ini.
“Aku, berbakat? Sungguh candaan yang buruk. Bukannya kau hanya iri karena kesenjangan kekuatan yang kau miliki dengan kakakmu?” Meiga mencoba memprovokasi Zen.
“Apa katamu?” Zen mendengus sambil mengerutkan keningnya.
“Kau yang memiliki mana ditingkat 70% membahas tentang bakat dengan orang yang berada dibawahmu, bukankah itu sangat buruk? Kau yang tidak pernah memandang kebawah tidak akan sampai kapanpun tidak akan pernah puas dengan kemampuan yang kau miliki. Karena itulah aku akan menghajarmu dalam pertandingan ini!”
Meiga menyerang dengan menggunakan percepatan pergerakan dari atribut petir miliknya dan melakukan satu tebasan kuat.
Sebuah serangan yang merepotkan itu, hanya dengan satu langkah dapat membatalkan langkah serangan yang akan diambil Zen
....
“Cien, apa yang dikatakan Mei itu benar?” Sherly yang duduk dibangku penonton bertanya pada Cien.
“Ah, itu sudah terjadi sejak lama sekali. Entah apa penyebabnya aku sendiri tidak mengerti, ketika sadar Zen sudah terasa begitu jauh dariku.”
“Begitu ya.., berarti dia sudah pasti akan kalah dalam pertandingan ini.” Ucap Sherly dengan yakin.
“Hehh... Pertandingannya baru saja dimulai loh, bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu dengan begitu percaya diri?”
“Firasatku mengatakan seperti itu.”
“Firasat? Yang benar saja.” Gumam Cien tak percaya.
Sherly menatap lurus kearah Meiga dari kejauhan. “Cien, akan kubertahu satu hal. Seseorang yang tidak mengetahui kekuatannya sendiri tidak akan pernah bisa mengalahkan Mei dalam pertarungan satu lawan satu.”
Cien tercengang mendengar perkataan Sherly. Ia yang mengamati pertarungan itu dengan cermat sekarang juga mulai sepemikiran dengan pernyataan tersebut.
....
“Gawat, serangan selanjutnya datang!” Zen yang kehilangan keseimbangannya mulai panik dengan rentetan serangan Meiga.
“Sword Blast!” Zen pun dengan cepat mengeluarkan salah satu skillnya demi menjaga jarak dari Meiga.
Meiga yang mengetahui arah serangan tersebut juga langsung melompat mundur untuk menjaga jarak. Namun itu bukanlah langkah menghindar biasa melainkan langkah untuk melakukan serangkaian serangan lanjutan.
Zen merasa sedikit lega karena berhasil menjaga jarak dari Meiga saat itu, tapi dia tidak tahu kalau langkah yang diambilnya saat itu sudah direncanakan oleh lawan sebelumnya.
“Paralized Lightning!”
Bsszztt...!!
Tanpa mengerti apa yang barusan terjadi, Zen mendadak kesulitan untuk bergerak.
“Ini? Mustahil!”
Meiga tidak ingin melewatkan kesempatan itu dan langsung menyerang Zen dengan rangkaian tebasan yang begitu cepat.
“Light Slash!” Meiga mengakhiri serangannya dengan tebasan ringan dan membuat Zen terkapar ditanah.
“Sial, sial..!"
Zen begitu emosi karena tidak berkutik saat dihadapkan dengan serangan barusan.
"Mei, sebenarnya apa rolemu? Kenapa kau yang bertarung seperti Attacker dapat menggunakan sihir dalam waktu yang begitu singkat?”
“Roleku? Bertarung seperti para Attacker, lalu merapal secepat Sorcerer."
Semua orang selain Cien dan Sherly hanya bisa terdiam karena tak menyadari kebenarannya.
"Itu sudah jelas bukan? Aku adalah All-Rounder.”
Itu hanyalah sebuah momen singkat yang diselingi oleh sepatah kata, namun begitu mengguncang semua orang terutama Zen.
Itu juga karena sangat jarangnya user All-Rounder dan seseorang biasanya hanya mengambil role itu setelah menjadi seorang veteran.
Namun Meiga yang baru mengikuti ujian masuk akademi mengatakan dirinya adalah seorang All-Rounder, tentu itu membuat Zen begitu kesal.
“All-Rounder katamu? Jangan bercanda!” bentak Zen sekuat tenaga.
Zen berdiri dan menguatkan kuda-kudanya.
Selagi kedua tangannya mengangkat pedang dengan kuat, ia merapalkan sebuah mantra suci yang belum lama ini dipelajarinya.
Didepan Zen yang begitu fokus untuk melakukan serangan besar, Meiga hanya tersenyum dan mengamatinya tanpa mempersiapkan langkah selanjutnya.
“Dia ini, sebegitunya meremehkanku?” Zen begitu kesal melihat Meiga yang begitu santai dihadapannya. “Kalau begitu jangan salahkan aku!” Zen menyiapkan langkah terakhir serangannya.
“Aku menyerah!” ucap Meiga sambil memasukkan pedangnya.
“Apa!”
Tidak hanya Zen, semua orang disana juga sangat terkejut dengan hal itu.
“Peserta nomor 7, apa kau serius dengan itu?” tanya seorang penguji yang menjadi wasit dalam pertarungan mereka.
“Saya yakin, kurasa saya pun tidak akan sanggup untuk menghalau serangan itu!”
“Baiklah kalau begitu,”
Namun disaat sang penguji akan menyetujui hal itu.
“Lanjutkan pertandingan ini! Tidak boleh ada kata menyerah dalam ujian kali ini!” seseorang petinggi militer yang ada disana menentang keputusan tersebut.
“Uh..,” Meiga sontak dikejutkan oleh kemunculan orang itu.
“Nomor 7, kulihat baik-baik kau tidak sedang dalam kondisi krisis saat ini, lalu mengapa kau memilih untuk menyerah?
Di akademi ini kami tidak menerima orang yang mudah menyerah sepertimu, jika kau ingin lolos maka lanjutkan pertarungan ini tapi jika sebaliknya kau akan tahu sendiri akibatnya!” orang itu memperingati Meiga dengan begitu keras.
“Terima ini, Mei! Destruction Slash...!!!”
Zen yang berniat mengakhiri pertarungan meluncurkan sebuah tebasan area yang digabungkan dengan sihir atribut suci tingkat menengah.
“Cckk..,” Meiga yang merasa itu merepotkan mendecakkan lidahnya.
Whoosshh....!!!
Serangan Zen menyerang kearah Meiga dengan cepat.
“Elemental Shield!” sebuah perisai elemen yang begitu kokoh diciptakan oleh Meiga dengan Unique Skillnya.
Blarrr...!!
Sebuah ledakan besar yang terjadi pun berhasil mengguncang ruangan tersebut.
Dalam momen itu Zen tersenyum tajam menantikan sosok sekarat Meiga dibalik asap ledakan tersebut.
“Maafkan aku karena tidak berakhir seperti harapanmu!” ucap Meiga yang masih berdiri tegak setelah menerima serangan barusan.
“Ini bohong kan!” Zen kesulitan untuk mempercayai hal itu begitu juga dengan para penguji disana.
Namun ada satu orang yang begitu tertarik karena berhasil menebak hasil itu, dia adalah petinggi militer yang baru saja masuk ke ruangan tersebut.
“Ini sudah selesai Zen.” Sebuah atribut petir berkumpul dengan cepat ditangan kanan Meiga dan semakin membesar. Jika sihir Zen adalah tingkat menengah, apa yang dikeluarkan Meiga kali ini adalah sebuah sihir tingkat tinggi.
Saat itu Meiga tidak ingin berpikir panjang, entah apa yang terjadi pada lawannya bukanlah urusannya karena tujuan Meiga saat itu hanya satu, yaitu membungkam mulut petinggi militer yang ada disana.
“Thunderclap!”
Sebuah runtuhan guruh yang begitu kuat menyambar Zen dengan kecepatan tinggi.
“Apa?” Petinggi militer yang menyadari hal itu langsung bergerak cepat untuk melindungi Zen yang sudah kehabisan tenaga.
“Barrier, Shield!” orang itupun dengan cepat mengisolasi area serangan dan mengeluarkan pertahanan terbaik yang dimilikinya.
Pelindung miliknya bekerja dengan sangat baik, namun diakhir waktu penggunaan sihir Meiga, Shield yang dikeluarkannya tetap hancur
Blarr..,, Bsszztt...!!
Tapi seperti yang diharapkan dari petinggi militer, orang itu berhasil bertahan dari sedikit efek serangan itu tanpa menerima luka serius.
Disisi lain Meiga tersenyum puas melihat ekspresi orang itu yang tengah panik dibuatnya.
“Sungguh anak yang nakal!” gumam orang itu dan membiarkan Meiga meninggalkan arena.
Pengujian untuk Zen dan Meiga berakhir disana dan para penguji mengumumkan Meiga sebagai pemenangnya.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
PoPo Cwan
Thunderclap 🥳
2023-05-09
1