Malam Kota Pertama

...Malam Kota Pertama...

......................

“Tetap waspada! Jumlah mereka terlalu banyak, tidak akan mudah menghadapinya jika hanya kita berlima.” Ucap Clair, sang penyihir yang menjadi ketua dari 5 petualang yang mengawal rombongan.

“Clair benar. Walaupun goblin tidak terlalu kuat, jumlah mereka dan para dire wolf mereka itu merepotkan.”

“Selain itu mengapa begitu banyak dari mereka yang bisa sampai disini?” Clair bertanya-tanya.

“Mereka datang..!” salah satu anggota rombongan memperingatkan mereka.

“Hadang mereka! Support, berikan efek penguat! Para penyerang terobos formasi mereka!” Clair mengarahkan anggotanya.

“Laksanakan, ketua!”

Clair memimpin mereka dengan cukup baik bahkan formasi para Goblin berhasil diterobosnya, namun setelah menerobos apa yang akan mereka lakukan.

Itu hanya membuat mereka masuk ke dalam kepungan. Lagipula lawan mereka ada 27 ekor termasuk para goblin rider. Tentunya itu bukanlah sesuatu yang dapat dihadapi hanya dengan mereka berlima.

Satu persatu dari merekapun mulai terkena serangan balik. Kepanikan mulai muncul di hati mereka karena situasi yang memburuk.

Serangan dari para Goblin mungkin masih bisa mereka tahan, namun para Direwolf adalah monster yang melebihi perkiraan mereka. Cakar-cakar mereka yang begitu tajam lalu taring-taring yang begitu kuat itu membuat mereka tidak berdaya.

“Clair apa yang harus kita lakukan?”

“Tidak ada yang bilang lo, kalau ada monster sekuat ini disini!”

“Clair perintahmu?”

Rasa takut, dan kepanikan pun mulai menguasai Clair.

Sebagai ketua dia telah gagal pada saat itu, karena pemimpin yang kehilangan ketenangannya dalam perang hanya akan mengantarkan rekannya pada kematian.

“Aarhh!” teriak salah seorang gadis rombongan yang ditangkap oleh para goblin.

....

“Hehh, mungkin sudah waktunya bagiku untuk mencari tumpangan ke kota.” Sambil meregangkan tubuhnya Meiga berjalan menuju tempat keributan itu.

“Yoo, para monster jelek. Beraninya kalian mengganggu tidur siangku, kuharap kalian bisa menanggung akibatnya.” Sapa Meiga dengan mata berapi-api.

Semua orang disana terkejut dengan kemunculan Meiga, bersamaan dengan itu mereka juga menemukan sebuah harapan.

Menyadari kemunculan Meiga, para goblin langsung bergerak untuk menyerangnya...

Lalu dengan Unique Skillnya material creation, Meiga menciptakan beberapa belati dan mulai menyerang para goblin tersebut.

Sebuah belati yang dilapisi elemen petir dilemparkan Meiga dengan amat tepat sasaran. Belati itu mengenai para Goblin itu satu persatu, namun menggunakan trik itu saja tidaklah cukup.

Dengan metode yang sama, Meiga menghunuskan pedangnya dan melapisinya dengan elemen petir. Serangan demi serangan dilakukan oleh Meiga, namun karena itu bukan sebuah sihir ataupun skill area, tetap akan sulit untuk melawan mereka sekaligus.

"Merepotkan sekali, terpaksa aku harus menggunakan itu –Meiga menyiapkan kuda-kudanya– Paralized Lightning!” Sebuah skill area dengan efek kelumpuhan dikeluarkannya.

“Dengan ini akan kuakhiri, Moon Slasher!"

Sebuah tebasan bertubi-tubi menyusul serangan sebelumnya dengan cepat. Itu adalah skill dari teknik berpedang miliknya, Moon Slasher. Hanya dalam hitungan detik, para Goblin itupun langsung mundur dari hadapannya.

“Kalian tidak apa bukan?” Meiga memastikan keadaan para anggota rombongan.

“Terima kasih telah menyelamatkan kami. Aku Roni ketua rombongan ini, anda?”

“Panggil saja Mei, itu nama panggilan yang diberikan oleh kenalanku.”

“Baiklah nona Mei, karena anda telah menyelamatkan kami mungkin ada hal yang bisa saya lakukan untuk membalas anda?”

“E-ehh, Nona? Kumohon jangan memanggilku seperti itu, meskipun terlihat seperti ini aku adalah seorang laki-laki loh!”

HAHH..!!!

“E-ehh...”

Semua orang disana begitu terkejut dan hampir tidak mempercayai perkataan Meiga.

“Itu fakta loh! Ngomong-ngomong kalau membicarakan soal bantuan, untuk sekarang aku akan menuju ke kota kerajaan apa kalian bisa membantu?”

“Ah, maksud anda ibukota? Pas sekali tujuan kami juga kesana, kalau begitu silahkan naik ke kereta kami.”

“Ibukota ya?”

“Ada apa, apa aku salah?”

“Ah, bukan masalah, kalau begitu aku tidak akan sungkan.” Tanpa basa-basi Meiga langsung masuk ke kereta dan melanjutkan tidur siangnya.

“Pak Roni, apakah ini akan baik-baik saja? Dilihat dari manapun orang ini mencurigakan loh.” Clair mencoba untuk tetap waspada.

“Entahlah Clair, tapi jika bukan karena kalian yang gagal menghadapi para goblin itu, tidak mungkin aku akan melakukan ini bukan?”

“Ahaha, kau benar pak Roni.” Clair yang tersipu malu mendengar tanggapan pak Roni, mundur pelan-pelan ke posisinya semula.

Semua barang yang berantakan akibat keributan itu dengan cepat mereka bereskan dan perjalanan pun mulai berlanjut.

***

Hari mulai petang, tapi mereka berhasil mencapai ibukota sebelum malam tiba...

Pak Roni membangunkan Meiga yang tengah tidur di keretanya, dan mengarahkannya ke kediamannya untuk hidangan makan malam yang telah disiapkan.

“Ah, maaf jadi merepotkan.”

“Tidak perlu sungkan seperti itu, bagaimanapun juga anda adalah penyelamat nyawa kami. Harga diriku tak akan memaafkanku jika aku tidak membalas dengan pantas.”

“Kalau begitu aku akan menerimanya dengan senang hati.”

Meiga mulai menyantap hidangan yang tersedia didepannya.

“Ini enak sekali, apa nama masakan ini pak Roni?”

Reaksi heboh Meiga membuat anggota rombongan heran. Tidak hanya itu, sebuah makanan terkenal seperti itu bagaimana bisa dia tidak mengetahui namanya.

“Mei, apa kau serius tidak mengetahui nama makanan ini?” tanya Clair dengan heran.

“Heh, apakah ini makanan yang begitu terkenal?”

“Hahahaha, itu benar Mei, namanya adalah rendang. Makanan ini telah menduduki posisi teratas sejak kakek buyutku menciptakan makanan ini dulu.”

“Heehh, begitu ya. Ngomong-ngomong, pekerjaan pak Roni itu apa sih sebenarnya? Kupikir tadinya adalah seorang pedagang keliling, tapi sampaikan disini malah menunjukkan kami kesebuah restoran.”

“Hahaha, aku hanya seorang pebisnis biasa. Apapun yang berbau uanglah yang membuatku bekerja keras.”

“Hmm, kurang lebih aku mengerti...

Oh iya, ini adalah ibukota bukan? Ini pertama kalinya aku kemari, apakah pemandangan kota saat malam hari seindah yang dibicarakan orang-orang?” Tanya Meiga penasaran.

“Yang benar saja kau Mei? Jangan bilang kau menguasai teknik bertarung seperti itu tanpa pernah bersekolah di akademi?” Clair tidak mempercayai perkataan Meiga.

“Entahlah, tidak semua orang harus bersekolah di akademi kan untuk menjadi kuat kan?”

“Itu juga benar sih. Lalu kalau membicarakan kota pada malam hari, kurasa tidak ada yang menarik dari hal itu.”

Tak, tak, tak...

“Kurasa itu tidak benar tuan Clair.” Salah seorang pelayan ikut dalam pembicaraan mereka.

“Jadi kau ingin bilang bahwa ada tempat yang menarik untuk dilihat dimalam hari di ibukota?” Meiga memastikan.

“Itu benar tuan Mei, jika anda berkenan saya bisa menunjukkannya kepada anda.”

“Wah, serius?”

“Silahkan lewat sini!”

Mereka menuju ke lantai tiga restoran yang merupakan kediaman pak Roni.

Disana pemandangan kota di malam hari tampak begitu luar biasa. Gemerlap cahaya memenuhi seluruh sudut kota, gedung-gedung tinggi yang terpancar cahaya bulan terlihat seperti memiliki aura yang misterius.

Bagi orang lain itu mungkin hanyalah hal yang biasa, namun bagi Meiga itu adalah pengalaman yang sangat menakjubkan. Dia yang tidak pernah mengenal dunia luar, entah kenapa merasa bahwa dirinya telah terlahir kembali ke dunia yang berbeda.

Itu adalah pesona malam ibukota kerajaan Meeden...

.

.

.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!