Arian tidak tahu apa yang akan mereka lakukan kepadanya, tapi dari gerak-gerik mereka, pria itu yakin akan ada sebuah pembobolan bendungan.
Benar saja, setelah kedua wanita itu menarik Arian masuk ke dalam kamar. Arian langsung di ajak keduanya ke ranjang.
Junior Arian reflek meronta hingga celananya menggembung, karena ukurannya yang tidak lazim, membuat juniornya tercetak jelas di celananya.
Maura tidak sengaja menyentuhnya, ia menelan ludah, dan segera meraih tangan kakaknya agar menyentuhnya juga. Nera langsung gemetaran.
Astaga, pantas saja Maura sampai menangis, memangnya ini bakal muat?
Nera bertanya-tanya dalam hati, karena ini juga pertama kalinya untuk dirinya.
Nera menatap adiknya dengan mata sayu, begitu juga dengan Maura. Namun, mereka berdua sudah membulatkan tekadnya.
Arian semakin tegang saja ketika dua gadis itu benar-benar melucuti pakaiannya hingga tidak tersisa sehelai benangpun.
Arian tertegun melihat ke indahan di depan matanya itu. Nera dan Maura mendekat ke Arian, mereka berdua melucuti pakaian Arian juga. Terpampang jelas pusaka Arian yang sudah berdiri dengan tegap gagah perkasa.
Dua wanita itu menelan ludah, mereka begidik ngeri, tubuh mereka bergetar hebat, walaupun belum menjajalnya tapi mereka sudah merasa ngilu.
Hingga akhirnya Arian langsung meraih Maura dan menidurkannya.
Arghhh
Teriakan Maura sangat kencang, sehingga kedua orang tua Arian yang kamarnya dekat dengan mereka sontak saja terbangun.
"Ayah, anak kita," Molina terlihat senang mendengar teriakan Maura yang di selingi suara tangis dan *******.
"Lanjutkan Nak, kamu harapan keluarga Smeltz ini, berikan kami banyak cucu," celetuk Wiliam.
Terus terdengar suara rintihan Maura yang terdengar kesakitan dan menikmatinya. tidak lama Maura terdiam.
Arghhh
Terdengar suara teriakan Nera, kedua orang tua Arian di buat menelan ludah, ternyata anaknya langsung menggagahi keduanya sekaligus.
"Ayah, kok aku jadi kasihan dengan Maura dan Nera," ucap Molina yang terus mendengar jeritan Nera.
Wiliam tersenyum kecut, ia tahu maksud istrinya. "Sudahlah, nanti kalau mereka sudah terbiasa juga tidak akan seperti itu lagi," ucapnya lembut.
"Aku tahu Ayah, tapi kamu tahu sendiri, sedari kecil perkembangan junior Arian kaya gimana," ucap Molina.
Wiliam menghela napas, ia tidak bisa berkata-kata, karena perkataan istrinya benar, kalau Junior Arian itu berbeda mirip ular Black mamba walaupun Arian bukan keturunan ras tersebut.
Jeritan dan ******* kedua gadis itu terus terdengar, Wiliam dan Molina sampai tidak bisa tidur, karena mereka bertiga bermain semalaman suntuk, baru berhenti ketika sudah menjelang pagi.
Didalam kamar dua bersaudara itu, terlihat Arian yang masih menindih Nera yang tampak tidak berdaya dengan napas tersengal-sengal.
Arian kemudian merobohkan tubuhnya ke tengah-tengah ranjang, ia tersenyum puas karena bisa melampiaskan hasratnya yang selama ini ia pendam.
Arian tidak menyadari kalau tubuh kedua wanitanya itu masih bergetar hebat, mereka berdua tampak kesulitan mengatur napas.
Terlihat juga berkas darah yang ada di bawah pinggul mereka berdua.
"Terimakasih Nera, Maura," ucap Arian sambil mengecup kening mereka berdua.
Tampak kedua wanitanya itu tidak menjawab, mereka masih menikmati nikmat, yang berganti rasa perih di bawah perut mereka. Keduanya hanya mengangguk lirih, dengan tatapan sayu.
Nera dan Maura mencoba memeluk Arian, hingga mereka bertiga akhirnya terlelap bersama hingga siang hari.
Tidak ada yang membangunkan ketiga orang tersebut. Wiliam yang melarangnya secara langsung, karena ia tahu anaknya telah bekerja keras semalaman suntuk.
"Ayah, ini sudah waktunya makan siang, lebih baik aku bangunkan mereka," ucap Molina khawatir.
"Terserah kamu saja," jawab Wiliam tidak berdaya.
Molina tersenyum, ia masuk ke dalam rumah untuk membangunkan mereka bertiga. Namun, ketika ia masuk rumah, tampak mereka bertiga baru selesai mandi.
"Bu, maaf kami kesiangan," ucap Nera merasa bersalah, karena takut orang tua Arian marah.
Tapi bukannya marah, Molina malah tersenyum. "Tidak apa, Ibu tahu kok, jadi nanti malam kita akan melakukan pesta?" tanya Molina lembut.
Kedua Wanita itu mengangguk lirih sambil tersipu malu. Molina mendekati mereka berdua dan memeluknya.
"Akhirnya Ibu punya menantu, terimakasih buat kalian berdua yang sudah mau menerima Arian," ucapnya masih memeluk kedua wanita itu.
"Bu, setidaknya biarkan mereka ganti baju dulu, kasihan mereka," tegur Arian yang sudah mengenakan pakaian keluar dari kamarnya.
"Eh, Ibu lupa, ya sudah kalian cepat ganti baju, kita akan makan siang bersama, dan minum pil ini, itu akan mengurangi rasa nyeri kalian," ucap wanita paruh baya itu perhatian.
"Baik Bu," jawab mereka kompak dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
Molina tersenyum melihat kedua gadis cantik itu yang sudah menjadi menantunya, sekarang hanya menunggu waktu saja untuk ia mendapatkan seorang cucu.
"Arian, kalau bisa hari ini kamu cari Monster Erhaz untuk pesta nanti malam! Kalau tidak ada monster Eagle Wolf juga tak apa, yang penting agar perayaan untuk kalian ada makanan enak!" perintah Molina kepada anaknya itu.
"Iya Bu, Arian tahu kok, ini Arian mau berangkat berburu," ucap pria itu sambil keluar dari rumah.
Molina hanya tersenyum, ia juga keluar dari rumah dan bergabung bersama yang lainnya untuk makan siang bersama.
Nera dan Maura juga ikut bergabung setelah memakai pakaian mereka, nampak keduanya sudah tidak malu-malu lagi saling menyuapi di hadapan yang lain ketika makan.
Pemandangan tersebut terlihat manis di depan mereka yang sudah menikah, karena dulu juga mereka melakukan hal yang sama.
"Sepertinya nanti malam bakal ada pesta," celetuk Sreud.
"Kamu benar Sreud, anakku sudah mendapatkan dua wanita cantik sekaligus, jadi pestanya harus meriah!" seloroh Wiliam.
"Nona Nera dan Maura, selamat karena sudah menjadi milik tuan Arian," ucap Marian sopan.
"Terimakasih," jawab mereka berdua senang.
Yang lainnya juga mengucapkan selamat kepada mereka berdua dan juga Arian. Setelah selesai makan Arian langsung bersiap untuk berburu.
"Hati-hati yah sayang," ucap Maura lembut.
"Kalau rasanya sulit mendapatkan Monster Erhaz, kamu pulang saja, di sini juga masih banyak cadangan makanan," Nera mengingatkan pria yang sudah menjadi suaminya itu.
"Iya aku tahu, tapi aku akan berusaha mendapatkan Monster Erhaz, karena perayaan ini sangat berarti untuk kedua istriku ini," ucap Arian sambil naik X-Ray yang sudah berubah menjadi pesawat. "Aku berangkat dulu, Ayo X-Ray!"
"Baik Tuan!" X-Ray langsung terbang ke langit, kedua wanita Arian melambaikan tangannya.
Arian tersenyum-senyum sendiri di dalam pesawat, karena ia sudah merasa jadi sosok pria yang sempurna sekarang.
"Tuan, sepertinya anda sangat senang hari ini?" tanya X-Ray.
"Tidak juga," jawab Arian mencoba untuk tetap tenang.
Arian tidak tahu saja kalau robotnya itu sudah mempelajari ekspresi manusia, sehingga ia sudah sedikit tahu ekspresi manusia ketika senang atau sedih. Namun, X-Ray tidak bertanya lagi, ia fokus mencari keberadaan Monster Erhaz, demi menyenangkan tuannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
dementor
kan blom nikah kok sdh belah duren saja.. haduh author.. 😭😭😭😭😭
2023-05-27
1
Jarang Komen:)
Next...
2023-05-15
3
Dinda Lestari
eee
2023-05-03
1