Bab 3

Arian tentu tidak pernah menyangka kalau X-Ray memiliki kemampuan bertarung juga, ia hanya bisa tertegun menatap Robot yang kini menjadi partnernya tersebut.

X-Ray berjalan melewati dua wanita yang ia selamatkan, dua wanita itu tersadar dan berterima kasih, tapi X-Ray tidak menggubrisnya, terus berjalan ke arah Arian.

"Tuan, masalahnya sudah beres." lapor Robot itu dengan tegas.

Dua wanita itu menatap Arian yang begitu di hormati Robot tersebut, terlihat keduanya saling menatap dan mengangguk, mereka berdua menyadari kalau Robot yang menyelamatkannya partner pemuda yang sedang berdiri di depan Robot tersebut.

Kedua Wanita itu mendekat ke arah Arian, mereka berdua langsung membungkuk hormat bersamaan.

"Tuan, terima kasih karena telah menyelamatkan kami." ucap salah satu wanita yang terlihat lebih Tua.

Arian menoleh kedua wanita tersebut dan menyunggingkan senyum. "sama-sama Nona, ngomong-ngomong kenapa kalian berkeliaran di tempat seperti ini tidak naik pesawat?"

Terlihat ekspresi kedua wanita itu menjadi sedih. "pesawat kami di serang kaum Verbal, kedua orang tua kami di bunuh mereka, kami melarikan diri dari mereka, tapi saat di jalan para Black Viper tersebut mengejar kami."

"Tuan, apa anda bisa memberikan tempat untuk kami berlindung? Saya janji akan melakukan apapun untuk anda, asalkan kami dapat berlindung." ucap Wanita yang lebih muda bergegas menawarkan dirinya.

"Maura, biar kakak saja yang melakukannya, kamu masih kecil." timpal saudar perempuan gadis tersebut.

"Tidak kak Nera, biar Maura saja, kakak fokus saja dengan penelitian kakak."

Mereka berdua berdebat untuk menawarkan dirinya pada Arian, sehingga membuat Arian tercengang, pasalnya kedua gadis itu sama-sama cantik, hanya saja Maura terlihat lebih manis karena usianya yang masih berkisar dua puluh tahunan.

Sementara umur Nera sudah menginjak dua puluh tujuh tahun, karena fokus dengan penelitian yang sedang dia kembangkan, Nera tidak pernah berfikir untuk menjalin hubungan dengan pria, tapi sekarang kondisi mereka berbeda, demi tetap terus bisa bertahan hidup, dia rela melakukan apapun agar di terima Arian.

"Sudah, sudah, aku tidak akan meminta apapun dari kalian, kalau kalian mau tinggal bersama keluargaku boleh saja." tegur Arian menghentikan perdebatan kakak beradik itu.

"Tuan, apa anda yakin?" tanya keduanya bersamaan.

Arian mengangguk sambil tersenyum. "ya, tapi kalian harus membantuku mencari makanan, bagaimana?"

"Baik!" ucap mereka berdua dengan sigap tanpa berpikir lagi.

Arian mengulas sebuah senyum, setidaknya dengan adanya mereka berdua, ibunya tidak akan kesepian lagi.

"Baiklah, kalau begitu kita ambil daging Black Viper dulu, baru setelah itu ke tempatku!" seru Arian memberikan perintah.

Mereka berdua mengangguk mengerti, ketiga orang tersebut langsung mengambil daging Black Viper dengan bantuan X-Ray tentunya.

Setelah semua Black Viper sudah di ambil dagingnya, X-Ray yang melihat daging itu sangat banyak, dia merubah dirinya menjadi mobil angkut terbang.

Arian yang masih baru memiliki X-Ray tentu terkejut, karena Robotnya bisa berubah bentuk juga, tapi dia mencoba untuk tetap tenang di hadapan para wanita itu.

Maura dan Naura juga tercengang, karena mereka berdua baru pernah melihat Robot yang fleksibel seperti X-Ray, biasanya para Robot hanya untuk bertempur saja.

"Kenapa bengong, ayo angkut dagingnya, kita sekaligus pulang!" tegur Arian ke kakak beradik itu.

"Eh... Iya!" mereka berdua tersadar dan mengangkut daging Black Viper, mereka bertiga juga ikut naik di atas X-Ray atas perintah Robot tersebut.

X-Ray membawa mereka bertiga ke rumah baru Arian, tentu kedua wanita itu tercengang saat melihat ada rumah di tengah-tengah kawasan Monster Black Viper.

"Anda tinggal di sini Tuan?" tanya Mera memastikan.

"Ya begitulah, oh ya, panggil saja aku Arian, kita masih sama-sama muda, gak enak di panggil Tuan." ucap Arian sambil mengantar mereka ke kedua orang tuanya untuk di perkenalkan.

"Ayah, Ibu!" teriak Arian sambil masuk ke dalam rumah, sementara X-Ray mengemas daging Black Viper dan membuat kotak penyimpanan.

"Ada apa Arian, berteriak-teriak seperti anak kecil saja." Molina bergegas menghampiri anaknya.

Molina terkejut saat melihat Arian membawa dua wanita cantik bersamanya, air mata bahagia Molina langsung menetes.

"Akhirnya kamu membawa calon juga." ucap Molina sambil menyambar kedua tangan Maura dan Nera kemudian menyuruhnya duduk di kursi buatan X-Ray.

"Nama kalian siapa?" tanya Molina bersemangat.

"Saya Nera, dan ini adik saya Maura, Tante." ucap Nera sopan.

"Eh... Kalian kakak beradik? Berarti hanya satu dong yang bisa menikah dengan anakku." Molina terlihat kecewa.

"Ibu, apaan sih, mereka ini hanya akan tinggal di sini, mereka akan membantu pekerjaan kita, lagi pula mana mau mereka sama aku." ucap Arian tidak berdaya.

"Aku mau!" celetuk Maura tanpa ragu.

Sontak saja Arian dan Nera terkejut, karena Maura tiba-tiba berkata seperti itu, padahal Nera pikir kalau Adiknya tidak bakal menyukai Arian.

Arian melebarkan rahangnya tidak percaya, karena gadis cantik yang dia selamatkan mengatakan mau menjadi istrinya.

"Ah... Baguslah kalau begitu, nanti malam kita rayakan pernikahan kalian!" ucap Molina serius.

"Eh... Ibu tunggu dulu, mana ada langsung menikah, aku saja belum mengenalnya." Arian tidak setuju dengan ibunya.

"Kamu ini yah! Sudah untung ada gadis cantik yang mau denganmu!" Molina memelototi anaknya.

"Tapi Bu...." Arian terlihat tidak berdaya.

"Ibu, tidak perlu buru-buru, kalau Arian tidak mau sekarang tidak apa-apa, aku juga mau sekaligus mengenalnya, biar tahu kepribadian Arian." ucap Maura yang terdengar sangat dewasa.

"Kamu sungguh gadis yang baik." Molina memeluk haru Maura.

Nera memelototi adiknya itu, dia bertanya-tanya kenapa adiknya bisa langsung setuju begitu saja dengan Arian.

Alasan Maura sebenarnya sederhana, mereka berdua sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, karena itulah dia berharap bisa menjadikan Arian sebagai pelindungnya, lagi pula keluarganya juga terlihat baik. Sehingga dia membulatkan tekadnya untuk bersama dengan Arian tanpa memikirkan resikonya.

"Ada apa ini, ribut sekali?" Wiliam yang dari tadi sedang membereskan halaman belakang untuk di jadikan tempat penelitiannya menegur Ayah dan anaknya.

"Wil, lihatlah calon menantu kita yang cantik ini, namanya Maura." Molina dengan semangat mengenalkan Molina pada suaminya.

"Calon menantu?" Wiliam menoleh ke arah Arian, anaknya itu terlihat menghela napas.

Wiliam tersenyum, dia tahu kalau istrinya pasti yang memaksa Arian, sehingga dia juga tidak bisa berkata-kata.

"Asal kalian dari mana?" tanya Wiliam sambil duduk di hadapan kedua wanita itu.

Nera yang menjelaskan semua asal usulnya kepada Wiliam, dia menceritakan kenapa bisa sampai di tempat itu dan bagaimana mereka melarikan diri dari kaum Vebal.

Wiliam manggut-manggut mengerti, karena mereka juga pernah di buang dan dikejar-kejar kaum Vebal.

Wiliam menghela napas. "sungguh berat hidup kalian, tapi sekarang jangan khawatir, anggap saja kami keluarga kalian, benarkan sayang."

Molina mengangguk. "benar kata suamiku, mulai sekarang kalian sudah menjadi bagian dari keluarga Smeltz, walaupun berat, segeralah lupakan masa lalu kalian."

Molina memeluk kedua wanita itu penuh dengan kasih sayang, Maura dan Nera merasa terharu, mereka balas memeluk Molina sambil menitihkan air mata.

Arian dan Wiliam yang melihat itu ikut terharu, Arian malah bertekad akan menjaga keduanya sebaik mungkin.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

kalau pertama ketemu langsung nikah tentu mau dong, sayangnya cuma ada dalam fiksi ya....

2023-07-16

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor 😀💪👍👍👍

2023-05-21

1

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Like and Favorit 😀💪👍👍👍

2023-05-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!