Bab 10

Sreud dan Heel menepati janjinya, mereka berdua bekerja tanpa lelah mengikuti instruksi Wiliam.

Kedua orang yang di selamatkan Arian itu merasa sangat senang bisa tinggal bersama keluarga Smeltz, bukan hanya mereka punya tempat tinggal dan makanan yang memadai, tapi karena mereka tidak perlu mengambil air lagi dari sungai Zeuz. Karena di tempat tersebut sudah ada sumber mata air, buatan X-Ray.

Arian memang mengatakan pada keluarganya kalau kemungkinan tempat tersebut akan menjadi pemukiman besar nantinya, karena itulah mereka sedang membuat penghalang pagar dengan radius cukup jauh dengan rumah.

Jelas Arian ingin menyelamatkan semua kaumnya, iya yakin kelak tempat itu akan ramai dengan para penyintas lainnya.

...ΩΩΩ...

Robot senjata sudah jadi empat buah, Arian menaruh mereka di luar untuk berjaga-jaga kalau ada serangan monster.

"Arian, kapan kamu akan menikahi aku?" tanya Maura ketika sedang membantu Arian.

"Hais kamu ini, kenapa buru-buru sekali?" jawab Arian santai.

"Karena aku pengin cepat punya anak denganmu," ucapnya pongah.

Arian menelan ludah, ia menoleh ke arah Maura, terlihat wajah cantik dan tubuhnya yang di lumuri keringat karena membantunya bekerja.

Pria itu tidak bisa berkata-kata lagi, ia juga sebenarnya sangat menginginkan Maura, tapi ia juga masih ingin hidup bebas.

"Maura, kita bahas ini nanti yah," ucap Arian sambil mengalihkan pandangannya takut khilaf.

"Jangan bilang kamu tidak normal," celetuk Maura.

Sontak saja Arian langsung berhenti bekerja, ia menoleh ke arah Maura dengan tatapan tajam. Nuraninya terusik, ia menarik tangan Maura dan langsung membawanya ke kamar.

Maura terkejut dengan tindakan Arian, apa lagi di rumah tidak ada orang, karena semuanya sedang bekerja di luar.

"Kamu yang menantangku, apa kamu sekarang sudah siap? Tidak ada siapa-siapa di sini," ucap Arian sambil melepaskan bajunya.

Terlihat tubuh berotot Arian dengan beberapa luka sayatan yang ada di tubuhnya, membuat tubuh Arian semakin menggairahkan.

Maura terlihat tersipu, ia kemudian buka suara. "Ta-Tapi kita belum menikah,"

"Kalau begitu kita lakukan sekarang, dengan begitu, kita sudah sah menjadi suami istri, tinggal bilang ke ayah dan Ibu untuk melakukan peresmian," ucap Arian sambil menindih Maura di ranjang besi beralaskan kulit Monster.

Maura mengangguk lirih, gadis itu tidak menolak sama sekali. Ia perlahan melucuti pakaiannya sendiri.

Entah apa yang mereka lakukan berdua di kamar siang bolong tanpa ada yang mengetahuinya.

Sementara itu di tempat keluarga Arian bekerja. Nera yang mencari adiknya, ia menghampiri X-Ray yang sedang membantu Wiliam.

"X-Ray, kemana Arian dan Maura?" tanya Nera penasaran.

"Mereka sedang ada di rumah Nona," jawab X-Ray jujur.

Seketika pikiran Nera langsung melayang, ia seolah tahu apa yang sedang mereka berdua lakukan di rumah.

Nera dengan ragu-ragu pulang ke rumah untuk memastikan sendiri. Namun, saat ia pulang ke rumah, Arian sudah keluar dari rumah dengan wajah berbinar.

"Arian, mana Maura?" tanya Nera penasaran.

"Dia ada di dalam, katanya sakit, jadi aku suruh dia istirahat saja dulu," jawab Arian sambil berlalu meninggalkan Nera.

Nera bergegas masuk ke dalam, terlihat adiknya yang sedang terbaring di ranjang menangis tersedu-sedu, hanya dengan mengenakan pakaian dalamnya saja.

"Maura apa yang terjadi? Apa Arian bermain kasar?" tanya Nera khawatir.

Maura yang mendengar kakaknya, ia langsung duduk dan memeluk Nera. "Kakak!"

Maura masih menangis tersedu-sedu, Nera mengusap punggung adiknya dengan lembut. "Tidak apa, kata Ibu juga kalau pertama kali pasti sakit," ucapnya menenangkan Adiknya.

"Bukan begitu Kak," Maura masih menangis, ia kemudian melepaskan pelukan Kakaknya.

"Terus, apa yang Arian lakukan padamu?" tanya Nera bingung.

Maura bingung mau menceritakannya dari mana, pasalnya Arian belum menyentuhnya sama sekali.

"Sebenarnya, Arian belum melakukannya, tapi saat dia melihatkan juniornya, aku panik Kak," ucap Maura masih sedikit menangis.

Nera mengerutkan keningnya. "Loh, kenapa? Bukannya dengan begitu kalian bisa menikah?"

"Aku tahu itu Kak, tapi masalahnya...." Maura terlihat ragu untuk mengatakannya, ia menghela napas, kemudian berbicara lagi. "Punya Arian sebesar ini, aku takut tidak muat!"

"Apa!" Nera serasa mau pingsan saat Maura menunjuk lengannya, ia benar-benar terkejut, jika jadi Maura pun, mungkin ia sama sakan menangis sepertinya, sebelum Arian menggagahinya.

"Ka-Kamu serius Maura?" tanya Nera penasaran.

Maura mengangguk-anggukkan kepalanya, ia tidak mungkin membohonginya. Gadis itu sebenarnya merasa bersalah dengan Arian, karena telah merayunya, tapi ia juga yang membatalkannya.

Mereka berdua saling menguatkan, karena mau tidak mau keduanya harus siap menerima junior Arian.

Sementara itu Arian sudah kembali bergabung dengan Ayahnya bekerja membuat pagar pelindung.

Arian menghela napas berat, karena yang di takutkan dirinya ternyata benar, akan sulit mencari wanita yang bisa menerima juniornya. Terbukti Maura saja langsung menangis saat melihatnya.

"Tuan, anda sepertinya sedih, ada apa?" tanya X-Ray perhatian.

Arian tersenyum kecut. "Tidak apa, ini masalah pribadiku, kamu tidak akan mengerti."

X-Ray mengangguk mengerti, ia tidak bertanya lagi, karena tuannya juga tidak ingin ia berbicara lagi.

Mereka berenam terus bekerja dengan giat, sesekali istirahat untuk sekedar melepas penat dan menyantap makanan.

Ketika mereka sedang fokus membuat pagar pelindung, Maura dan Nera juga sudah bergabung, tiba-tiba datang lima ekor Monster Scorpion.

"Semuanya cepat masuk ke dalam rumah!" teriak Arian yang pertama kali melihat Monster tersebut.

Sreud, Heel, Molina, Maura dan Nera berlari masuk ke dalam rumah, sementara Wiliam dan Arian mereka langsung mengeluarkan pedang plasma, tentunya mereka percaya diri karena anda X-Ray yang akan membantu mereka.

Monster Scorpion, merupakan Monster kalajengking yang ukurannya sudah berevolusi menjadi raksasa, kurang lebih besarnya dua kali lipat dari manusia.

Monster tersebut memiliki racun mematikan di ekornya, dan juga dagingnya tidak bisa di makan sama sekali, karena semua mengandung racun. Bisa di bilang kalau bertemu Monster tersebut itu adalah suatu kesialan.

"Apa kamu siap X-Ray?!" tanya Arian kepada robotnya itu.

"Tentu saja tuan!" X-Ray langsung mengeluarkan dua tembakan laser di tangannya.

"Habisi mereka!" teriak Arian lantang sambil menerjang ke arah Monster tersebut.

Wiliam juga menerjang bersama anaknya. Arian akan melampiaskan kemarahannya kepada Monster tersebut.

Trang

Trang

Pedang Plasma yang mengenai monster tersebut berbunyi bagaikan besi ketemu besi, karena cangkang Monster Scorpion sangat keras.

Sras

Duar

Sras

Duar

X-Ray dengan mudahnya membunuh monster itu dengan melubangi kepalanya, sementara Arian dan Ayahnya cukup lama membunuh satu Monster walaupun sudah bergerak sangat cepat.

"Tuan, apa perlu bantuan?" tanya X-Ray.

"Tidak perlu! Aku akan menghabisinya sendiri!" teriak Arian sambil melompat dan menusuk kepala Monster tersebut.

Monster itu meraung kesakitan, ekornya langsung mengincar Arian yang ada di atas kepalanya.

"Arian awas!" teriak Wiliam.

Terpopuler

Comments

dementor

dementor

bukan monster kalajengking atau kepiting tapi monster rajungan..

2023-05-27

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor, Tetap Semangat 😀💪👍👍🙏

2023-05-21

1

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Arian mo ngalahin kepiting ajaaahh...susaahh beneerr...gegara yuniornya kebesaran kaleee... kepitingnya Maura ajaahh amoe ketakutan getooo... wkwkwk 😛😀🤣💪👍👍👍🙏

2023-05-21

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!