Bab 13

Brug

Suara Red Dogs hasil buruan Arian dan X-Ray, jatuh ke tanah terdengar oleh penghuni kediaman Smeltz, mereka langsung menoleh secara bersamaan.

"Astaga, bukankah itu Red Dogs!" seru Sreud.

"Ya ampun, Tuan Arian memang sangat hebat," timpal Heel.

"Kamu benar, padahal biasanya Red Dogs bergerombol, tapi mereka bisa membunuh monster-monster itu," ucap Sreud lagi.

Arian memanggil para wanita untuk menguliti Monster tangkapannya dan Arian.

Molina, Maura, Nera, Maura dan anak-anak Sreud datang ke tempat Monster tersebut di taruh.

"Bagaimana Bu, hebat tidak anakmu ini?" tanya Arian sambil menaik turunkan alisnya.

"Heleh, tanpa X-Ray paling kamu cuma bisa dapatin ekornya," jawab Molina telak.

"Eh, setidaknya puji anak Ibu inilah," ucap Arian cemberut.

"Kamu hebat kok, sayang," ucap Maura tiba-tiba sambil menyerahkan segelas air.

Arian tersenyum. "Terimakasih Maura."

"Ya sudah kamu istirahat saja dulu, biar kami yang menyelesaikan tugas ini," ucap Maura lagi.

Arian mengangguk, ia membawa X-Ray ke dekat kolam penyimpanan air.

Pria itu yang melihat X-Ray terkena lumuran darah ia bermaksud untuk membersihkan tubuh robot tersebut.

"Apa tubuhmu tidak apa-apa, jika terkena air?" tanya Arian kepada robotnya itu.

"Tidak apa-apa tuan, saya memiliki ketahanan terhadap air, karena Sistem saya di lindungi dengan baik," jawab X-Ray mantap.

"Baguslah kalau begitu!" Arian menyeringai, ia mengambil besi yang sudah di buat menjadi ember.

Arian melepaskan bajunya, ia menggunakan bajunya untuk mengelap darah yang ada di tubuh X-Ray.

X-Ray hanya diam, ia memerhatikan tuannya dengan seksama, nampak robot tersebut sedang mengidentifikasi ekspresi wajah Arian.

Perlahan robot tersebut meniru senyum Arian tanpa sepengetahuan pria tersebut, dengan kata lain robot yang Arian temukan sebenar bisa berevolusi sendiri seiring berjalannya waktu, tergantung apa yang telah ia lihat dan pelajari.

Kehangatan keluarga Smeltz, membuat robot tersebut belajar memahami arti sebuah keluarga. Hal itu yang menyebabkan X-Ray tanpa ragu menolong Istri Sreud dan anak-anaknya.

Maura sesekali melirik Arian yang sedang membersihkan X-Ray, gadis itu menyunggingkan senyum tipis.

"Kalau kamu sudah menyukainya, kenapa tidak melakukannya, dengan begitu kalian bisa menjadi suami istri, untuk perayaan pernikahan kalian, kita memiliki cukup banyak makanan," ucap Molina tiba-tiba.

"Bu, sebenarnya dari kemarin aku ingin bilang pada Ibu, apakah boleh aku dan Kakak menjadi Istri Arian?" tanya gadis itu serius.

Sontak saja Molina terkejut, ia tidak menyangka kalau gadis itu akan berbicara seperti itu.

"Maura, apa yang kamu katakan, Bu ma...."

"Tidak perlu minta maaf, apa kamu suka juga dengan Arian, Nera?" tanya Molina sambil tersenyum.

"Jangan di tanya lagi Bu, Kak Nera sudah suka Arian dari awww! Kakak...." Maura memekik kesakitan saat Nera menginjak kakinya.

Molina dan Maria yang melihat itu hanya tersenyum simpul, sikap kakak beradik itu sangat menggemaskan.

"Ibu tidak akan melarang kalian, kalau kalian benar-benar suka padanya ya silahkan, Ibu malah senang, karena akan memiliki dua menantu sekaligus," ucap Molina sambil tersenyum.

Wajah Nera yang tadinya tegang, kini berubah menjadi sumringah, tapi ia malu untuk mengekspresikan dirinya.

Maura menyenggol bahu Nera dan membisikkan sesuatu padanya, sehingga wajah Nera langsung merah merona.

"Nyonya Molina, daging sebanyak ini, kita akan simpan dimana? Kalau di simpan terlalu lama bukankah bisa busuk nanti?" tanya Maria mengalihkan pembicaraan.

"Kamu tidak perlu khawatir, X-Ray sudah membuatkan kita ruang penyimpanan bawah tanah dengan suhu rendah, jadi tidak perlu khawatir kalau daging ini akan busuk," jawab Molina sambil tersenyum.

"Kalian hebat sekali memiliki robot yang begitu pintar, " puji Maria.

"Lebih tepatnya Arian yang beruntung, karena dia yang menemukan X-Ray," jawab Molina.

Para wanita itu mengobrol sambil menguliti dan memotong-motong daging Red Dogs, anak-anak Sreud juga terlihat sangat bersemangat ketika melakukan hal tersebut, karena semenjak tiba di kediaman Smeltz mereka bisa makan kenyang terus.

...***...

Sementara itu di sebuah wilayah yang lokasinya cukup dekat dengan kediaman Smeltz. Tampak sebuah pesawat sedang di incar sekelompok Monster Eagle Wolf.

"Habislah kita," ucap salah satu orang di dalam pesawat.

"Diamlah gendut! Jangan membuat kita nambah panik!" tegur pilot pesawat.

Drrrt

Drrrt

Suara senjata mesin dalam pesawat terdengar menembaki para Eagle Wolf, tapi karena monster-monster tersebut sangat lincah tidak ada tembakan itu yang mengenai mereka satupun.

Cklk

Cklk

"Bren, amunisi kita habis! Tambah kecepatan!" seseorang yang bertugas memegang senjata, memberikan peringatan.

"Sial, ini juga sudah kecepatan penuh!" gerutunya kesal.

"Mati kita, mati kita," seorang pria gendut bergumam terus menerus, karena ketakutan.

"Brengsek kau gendut! Lemparkan saja dia Ze, buat umpan!" seru pilot kesal.

"Bren, kamu tega amat," pria gendut mengeluh.

"Makanya diam, bodoh!" bentak pilot.

Pria gendut pun menutup mulutnya, agar ia tidak bergumam tidak jelas dan tidak kena marah temannya itu.

Pilot berusaha terus menghindari serangan dari Eagle Wolf yang bisa merobek pesawat tersebut, walau terbuat dari besi.

"Bren Awas!" seekor Eagle Wolf tiba-tiba ada di depan pesawat tersebut.

Bren menukik tajam, pesawatnya berhasil menghindar dari monster itu, tapi sayangnya ia terlalu menukik rendah, sehingga ia tidak bisa menaikkan pesawat lagi.

Arghh

Arghhh

Arghhh

Teriak mereka bertiga yang bersiap menghantam tanah sambil menutupi wajah mereka.

Klap

Blaarr

Pesawat mereka berhenti bergerak, ketika hampir menyentuh tanah, tentu saja mereka kebingungan

"Eh, apa yang terjadi?" tanya Pria gendut.

"Lihat di bawah kita!" seru Bren.

Sosok robot menghentikan pesawat mereka yang jatuh dan menghenti kannya tepat waktu. Robot itu menaruh pesawat tersebut di tanah.

X-Ray, ketika ia baru selesai di bersihkan oleh Arian, ia merasakan ada segerombolan Monster yang menyerang manusia, tanpa perintah Arian, ia langsung melesat terbang dari kediaman Smeltz.

X-Ray bersiap menembakkan serangan kepada monster-monster tersebut. Namun, Eagle Wolf sangatlah peka dengan serangan yang berbahaya, sehingga mereka langsung berbalik dan pergi, meninggalkan tempat tersebut.

X-Ray yang sudah mengeluarkan senjatanya, ia memasukkan senjatanya kembali ke dalam tubuh, karena sinyal bahayanya sudah menghilang.

"Terimakasih, dimana Tuanmu?" tanya Bren langsung, setelah membuka pelindung pesawat.

"Ikuti aku," X-Ray terbang ke kediaman Smeltz.

Bren mengangguk, ia menutup kembali pelindung pesawat dan menerbangkannya mengikuti robot yang telah menyelamatkan mereka.

...***...

"X-Ray, kamu habis darimana, Astaga!" tegur Arian sedikit marah, karena robotnya itu tidak memberitahu dirinya mau kemana.

"Maaf Tuan, saya tadi melihat mereka," X-Ray menunjuk pesawat yang mendekat.

Arian mengerutkan keningnya, ia tidak pernah melihat jenis pesawat tersebut. Pria itu sangat yakin kalau pesawat tersebut bukan dari kota Hole.

Terpopuler

Comments

Jarang Komen:)

Jarang Komen:)

Next....

2023-05-15

3

Team Hore (≧∇≦)/

Team Hore (≧∇≦)/

❤❤❤❤😎😎😎😎

2023-04-11

3

Red Ant

Red Ant

lanjut

2023-04-11

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!