Bab 4

Maura dan Nera mulai menjalani hidup dengan keluarga Smeltz, mereka sangat senang bisa hidup dengan keluarga tersebut, apa lagi Molina sangat baik terhadap mereka.

Sementara itu di luar rumah, Arian dan X-Ray sedang membuat pagar pelindung untuk teman tersebut.

"Bagaimana, apa bisa buat seperti yang aku mau?" tanya Arian pada robotnya tersebut.

"Bisa tuan, hanya saja kita kekurangan bahan untuk membuatnya," jawab X-Ray yakin.

Arian terlihat berpikir sebentar, ia kemudian mengingat saat perjalanan ke tempat tersebut melihat reruntuhan di dekat sana.

"Lebih baik kita cari bahan lagi, kamu bisa berubah menjadi pesawat kan?" tanya Arian memastikan.

"Tentu tuan!" X-Ray langsung berubah menjadi robot.

Arian tersenyum, tanpa ragu ia menaiki X-Ray. Mereka berdua pun langsung terbang ke tempat Arian melihat reruntuhan tersebut.

Arian sangat senang bisa memiliki X-Ray, dengan robot canggih seperti itu, ia yakin bisa membuat dunia impiannya.

Setelah mereka terbang beberapa saat, Arian menyuruh X-Ray turun ke bawah ketika sampai di tempat yang di tuju.

Arian turun dari X-Ray, robot tersebut langsung kembali ke bentuk semula dan berjalan mengikuti Arian.

Reruntuhan itu banyak sekali segala jenis rongsokan dan puing-puing gedung ribuan tahun yang lalu. Mereka berdua mengumpulkan barang-barang yang menurut X-Ray akan berguna.

"Banyak sekali, bagaimana kamu membawa semua ini?" tanya Arian bingung.

"Anda tenang saja tuan, saya bisa menggunakan kekuatan Magnetik dan manipulasi Gravitasi untuk membawa semua benda ini," jawab X-Ray yakin.

Arian hanya bisa tersenyum lebar, karena X-Ray memiliki banyak kemampuan sekaligus.

Saat keduanya sedang mengumpulkan barang-barang, tiba-tiba saja seekor monster Erhaz menyerang Arian dari atas.

"Tuan Awas!" X-Ray dengan sigap mendorong Arian dan menahan banteng tersebut.

"Erhaz! Sial, kenapa di sini ada Erhaz?" gerutu Arian bingung.

Arian mengeluarkan pedang plasmanya, ia mengaktifkan pedang tersebut dan berlari ke arah X-Ray.

"Pegang dia dengan kuat, X-Ray!" teriak Arian.

X-Ray mencengkram Monster Erhaz tersebut dengan kencang. Arian melompat dan menebas leher Erhaz.

Pral

Kepala Erhaz terpotong, darah Erhaz mengalir deras, tubuhnya ambruk menggelepar-gelepar , sebelum akhirnya ia tewas di sana.

Monster Erhaz memiliki kepala yang mirip Banteng, tubuhnya juga seperti Sapi, hanya saja berwarna merah dan ia memiliki sayap layaknya burung, ekornya saja ekor burung. Monster itu memang aneh, tapi memang daging Monster tersebut yang paling enak.

"Huh, untung saja cuma satu ekor! Tapi ini juga berkah, dengan begini aku bisa makan enak," ucap Arian sambil menaruh kembali pedang Plasmanya.

"Hei! Itu buruan kami!" tiba-tiba terdengar suara teriakan.

Arian sontak saja menoleh ke arah orang yang berteriak tersebut, terlihat dua orang pria dan sebuah robot yang sedang bersama mereka menghampiri dirinya.

"Buruan kalian? Apa aku tidak salah dengar, bukankah hukum di dunia ini, siapa yang cepat membunuhnya berarti itu miliknya?" ucap Arian percaya diri.

"Brengsek! Kami sudah susah payah membuatnya berpisah dengan kawanannya!" jawab salah satu dari mereka.

"Itu bukan urusanku! Nyatanya aku yang membunuhnya!" seru Arian tidak takut.

Dua orang tersebut saling menatap, mereka berdua mengangguk, kemudian menyuruh robotnya untuk menyerang Arian tanpa peringatan.

Swuzz

Robot mereka melesat dengan cepat, Arian tentu saja tidak sempat menghindar mendapatkan serangan seperti itu. Namun, X-Ray dengan sigap menahan serangan robot tersebut saat jaraknya hanya tinggal beberapa meter saja di depan Arian.

Trang

Suara benturan kedua besi terdengar, terlihat X-Ray hanya menahan serangan robot tersebut, ia belum melakukan serangan sama sekali.

Kedua pemilik robot itu tentu terkejut, saat X-Ray dengan sigapnya menyelamatkan Arian, mereka yakin kecepatan robot Arian melebih kecepatan robot mereka.

Arian menghela napas lega. "Jangan hancurkan robot itu, buat saja ia tidak bisa bertarung lagi, X-Ray!"

"Baik tuan!" jawab X-Ray sigap, matanya langsung bersinar merah, tiba-tiba terdengar suara hantaman keras.

Bang

Swuzz

Robot yang menyerang Arian terhempas puluhan meter ke belakang, seketika robot tersebut tidak bisa bergerak lagi.

Kedua pria itu menelan ludah, ternyata lawan mereka memiliki robot yang lebih kuat dari miliknya. Mereka berdua menghampiri robotnya. Walaupun tidak mengalami kerusakan berat, tapi akibat X-Ray menyerang sumber dayanya, robot tersebut tidak bisa bergerak lagi.

"Bagaimana? Apa masih mau di lanjut?" tanya Arian sambil menyeringai.

Mereka berdua menggelengkan kepalanya, Arian menghela napas, ia mengeluarkan pedang Plasmanya dan mengaktifkannya.

Sontak saja kedua orang itu sangat ketakutan, karena takut di bunuh Arian, tapi Arian tidak menghampiri mereka, ia malah memotong atau paha belakang Monster Erhaz dan melemparkannya ke arah mereka.

"Itu buat kalian, sebenarnya kalau kalian tidak angkuh, aku bisa bagi dua ini, tapi karena kalian sudah membuang waktuku, jadi aku memberi kalian satu potong paha, bilang pada penguasa Hole itu hasil buruan empat kelompok!" seru Arian pada mereka berdua.

"Terimakasih tuan, kami meminta maaf karena telah lancang pada anda," ucap salah satu dari mereka sambil berlutut.

"Sudah, pergi sana!" usir Arian.

Kedua orang itu langsung memanggil pesawatnya dengan remot pengendali. Ketika pesawat datang, mereka menaikkan robot mereka dan membawa paha Monster Erhaz pemberian Arian.

Hari sudah mulai petang. "X-Ray, kita pulang saja, cukup untuk hari ini!" perintah Arian lembut.

"Baik tuan!" X-Ray merubah tubuhnya menjadi pesawat, ia kemudian menggunakan kekuatan Magnetik dan manipulasi gravitasinya untuk membawa benda-benda yang mereka dapatkan dan Monster Erhaz yang mereka dapatkan.

Dengan mudah X-Ray membawa semua itu kembali ke tempat tinggalnya yang sekarang.

...***...

Arian dan X-Ray sampai di tempat tinggal mereka.

"Kami pulang!" teriak Arian lantang.

"Kalian habis dari ma ..." Molina akan memarahi Arian karena pergi lama, tapi saat melihat Monster Erhaz, ia langsung terdiam dan menghampiri Monster tersebut.

"Astaga Arian, ini serius Monster Erhaz bukan?" tanya Ibunya sambil mengusap Monster tersebut.

"Hehehehe ... mulai sekarang kita bakal makan enak terus Bu, ini semua berkat X-Ray!" seru Arian dengan bangga.

Wiliam dan kedua wanita kembar yang kini jadi keluarga Smeltz keluar saat mendengar Arian pulang, mereka juga terkejut saat melihat Arian membawa Monster Erhaz pulang.

"Wah, kalau begini kita bisa terus berpesta, kamu memang anak Ayah!" Wiliam menepuk-nepuk bahu anaknya dengan bangga.

Maura dan Nera hanya mencuri-curi pandang pada lelaki itu, mereka tidak menyangka akan mendapatkan tempat yang nyaman, di tambah Arian membawa bahan makanan yang sangat di puja, di dunia yang sudah jarang sekali terdapat makanan enak.

Mereka bergegas menguliti dan memotong-motong Monster tersebut dengan semangat. Arian mau membantu tapi Ayahnya melarangnya, ia menyuruhnya untuk istirahat saja.

Terpopuler

Comments

Ariwat Xx

Ariwat Xx

saran thor
klo awal2 cerita jgan mnculin heroine dlu klo bsa fokus ke inti cerita dlu nnti pertengahan bru mnculin heroin
awal2 muncul gni ujung2nya beban nnti.
saran aja broo

2023-10-08

3

Nanik Purba

Nanik Purba

pasti pada kepincut ama arian

2023-08-28

0

John Singgih

John Singgih

dua cewek tadi pasti makin kepincut sama Arian

2023-07-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!