Tanpa berbasa-basi lagi, akhirnya Varl memerintahkan Manu untuk terbang menuju tempat yang dimaksud oleh peta di sekitar bukit ini. Peta tersebut menunjukkan tempat di mana portal menuju ke istana.
Terlepas dari benar atau tidak, untuk sekarang Varl hanya percaya akan lembaran kertas coklat yang tergambar peta bukit tanpa nama dan titik di mana portal itu berada yang didapatkannya dari guild.
“Semuanya siap?” aba-aba Varl sebelum lepas landas.
“Yo!”
“Siaaaappp.”
Tangan Ellena, Yuya, dan Ruby terangkat ke atas, bersemangat. Semua sudah siap di atas punggung Manu kecuali Ruby karena gadis kecil itu sudah memiliki sayap sendiri dan siap terbang tanpa bantuan Manu.
“Yosh! Manu, vola!” komando Varl yang berarti ‘terbang’ sebagai salah satu aba-abanya kepada Manu untuk segera lepas landas.
Manu pun melebarkan sayapnya yang indah. Bulu putih tampak mengkilap terkena terpaan sinar mentari. Sebelum benar-benar meninggalkan landasan, Manu meringkik terlebih dahulu. Barulah wuss... ia terbang, menembus angin dan mencapai awan yang lembut. Begitu pula Ruby. Ia yang memiliki sayap merah juga tak kalah cantik. Sayapnya membentang, membawanya terbang menuju kebebasan.
Kedua mata Ellena terbelalak dengan keindahan yang ada. Ia melihat burung-burung berlomba menuju sesuatu. Bahkan, rumah warga Everfalls di bawah sana tampak kecil. Cahaya mentari yang menyilaukan menyambut Ellena dan tim barunya.
Perlahan, Ellena memejamkan matanya dan merasakan sapaan angin yang menyambutnya dengan lembut seakan-akan sudah menerima Ellena di sini. Awan putih juga tampak bersahutan menyapa. Ellena ingin memegangnya, tetapi awan bukanlah kapas yang dapat disentuh.
“Indahnya,” lirih Ellena, takjub.
Varl hanya menyeringai. Ia sudah terbiasa dengan pemandangan ini sehingga tidak terkejut dan terkesan ‘kampung’ seperti Ellena. Ya, maklum saja karena baru pertama kali ini Ellena terbang, bahkan menggunakan kuda putih bersayap yang sebenarnya lebih cocok ditunggangi oleh pangeran tampan.
“Ellie, apa kau menikmatinya?” tanya Yuya seketika. Ia sudah mulai akrab dengan Ellena dan mengikuti panggilan yang seperti Ruby lakukan pada gadis berambut pendek itu. “Everfalls indah, bukan?”
Ellena mengangguk. “Ya, ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan.” Binar netra Ellena tampak lebih bersinar. Ia benar-benar kagum atas ciptaan Tuhan yang telah membuat dunia ini seperti surga.
Tanaman hijau menghiasi daratan, burung-burung beterbangan bebas di angkasa, dan bukit-bukit menjulang tinggi seraya bertasbih memuji-Nya. Ellena sangat menikmati pemandangan yang indah ini.
Namun, tiba-tiba saja Varl menghancurkan keindahan yang ada. “Tampak indah, tapi jika suatu negeri tidak dipimpin oleh seorang pemimpin yang dipilih, maka negeri itu akan terlupakan!” Kalimat Varl membuat suasana menjadi tegang. “Semua orang terus berharap akan Ratu, tetapi Ratu sendiri melupakan dan membuang warganya!”
Sorot netra Varl tajam, di sana tersimpan kebencian yang mendalam. Hatinya seakan diremas-remas jika mengingat bagaimana seluruh warga selalu melakukan banyak hal sia-sia untuk membujuk Charlotte kembali.
“Apa Varl membenci Ratu Charlotte?” tanya Ellena di dalam hatinya. Sebab, sedari awal pria itu selalu tampak merasa kesal jika nama Charlotte disebutkan.
Manu dan Ruby terus mengepakkan sayap mereka, tetapi kini keduanya berhenti karena sesuatu yang besar tengah melintas, bahkan hingga menutupi cahaya mentari siang ini. Kedua mata Ellena seketika terbelalak saat sesuatu yang besar itu datang.
“P-pari?!” Mulut Ellena sampai bergetar. “Heh, itu ikan pari, bukan?!” Ellena menoleh ke arah Ruby, meminta jawaban. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Kedatangan makhluk super besar ini mengundang keramaian di bawah sana. Warga Everfalls terdengar bersorak ria. Seekor pari besar tengah terbang mendekati istana Charlotte. Meski ia tampak besar dari pada bukit yang tadi Ellena dan teman-temannya injak, tubuh pari masih kalah dengan megahnya istana Charlotte.
Kulit pari tersebut memiliki dua warna. Bagian atasnya berwarna biru laut, sementara bawahnya berwarna putih pucat. Ellena tak henti-hentinya memandangi pari super besar tersebut. Bahkan, matanya sampai tak berkedip. Jika saja pari jatuh ke tanah, sungguh Ellena dan teman-temannya akan tertindih, bahkan tidak akan tampak jejak mereka lagi.
Sungguh dahsyat!
“Itu adalah Manta The Batoidea. Dia adalah pari agung simbol dari kerajaan air di negeri Holand. Sepertinya, kedatangan Manta ke sini memiliki maksud tertentu karena jarang sekali Manta keluar dari air. Terakhir kali dia keluar dari habitatnya adalah seribu tahun yang lalu,” jelas Ruby panjang lebar.
Glek.
Ellena meneguk salivanya. Pari sebesar itu bisa keluar dari air dan terbang di atas awan, bagaimana bisa?
“Mungkin menurut logikamu, itu tidaklah mungkin. Tapi, inilah Wolestria, sebuah dunia yang menyimpan banyak hal yang mustahil menurutmu.” Ruby seakan tahu apa yang ada di pikiran Ellena sehingga ia mengatakan demikian.
Benar, Ellena tak dapat langsung percaya dengan hal yang di luar logikanya ini. Benar-benar dunia fantasi yang fantastis!
Mendadak, Varl mendapat informasi dari telepati. “Hentikan yang kau lakukan itu, Ciel! Kau pikir dia siapa? Hentikan hal yang sia-sia!” Varl tampak naik pitam.
Sementara Ellena dan Yuya kebingungan sendiri karena Varl mendadak marah-marah meskipun pada dasarnya sifat dia seperti itu, kesabaran yang setipis tisu.
“Apa yang dia lakukan?” tanya Ellena tak mengerti.
“Dia sedang telepati, Ellie.” Yuya sudah tahu alasan mengapa Varl tiba-tiba naik pitam. Namun, ia tak tahu dengan siapa Varl melakukan telepati karena telepati hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah terhubung dengan darah persatuan. Yaitu, kedua belah pihak bertukar darah dan meneteskannya di atas tanda Berkah sehingga mereka akan terhubung satu sama lain.
Setelah Varl menyelesaikan telepati bersama seseorang yang entah siapa itu, tangannya mengepal dengan erat. Giginya mengerat, tampak kekesalan tengah menimpa dirinya. Ellena ingin bertanya ada apa, tetapi agaknya Varl enggan bercerita.
“Padahal hanya seekor pari, tapi kenapa dia juga melakukannya demi seseorang yang sudah meninggalkan dia?!” lirih Varl yang semakin membuat Ellena dan Yuya kebingungan.
“Apa kau baik-baik saja, Varl?” tanya Ellena kemudian. Ia tidak tahan melihat Varl hanya bergumam sendiri tanpa membagi cerita karena selama ini jika ada apa-apa, Ellena selalu menceritakannya pada Miko, pun sebaliknya karena tidak ada yang benar-benar bisa berjuang sendirian. Meskipun bercerita kepada orang lain bukanlah jalan utama, tetapi setidaknya hati akan lega karena ada telinga yang masih mau mendengarkan.
Namun, Varl tetap bungkam. Bahkan, ia tak menghiraukan kecemasan Ellena padanya. “Manu, vola!” komando Varl lagi, tidak peduli pada apa pun. Pikirannya menjadi kacau, hatinya tengah bersedih, tetapi ia enggan membaginya kepada orang lain.
Mereka pun akhirnya kembali terbang menuju tempat yang menjadi titik utama peta. Kemudian, sebuah suara mengejutkan mereka.
Di tengah-tengah hutan, terdengar jeritan seseorang yang tengah kesakitan dan aum singa yang menggema hingga terdengar sampai di seluruh penjuru hutan. Terdengar sedikit menantang, tetapi auman singa itu seperti menyampaikan sebuah pesan bahwa ia pun tengah terancam.
“Siapa pun, tolong akuuuu!” jerit seseorang di kedalaman hutan yang gelap dan tak jauh dari bukit utama.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments