Ellena yang sedari tadi berusaha meraih Ruby, kini terhenti. Ia berpikir keras akan kalimat Ruby barusan yang mengatakan hal aneh. Beberapa saat kemudian, Ellena terkekeh. “Hahaha, ada apa, Ruby? Aku tahu ini hanya mimpi. Jadi, aku tak akan percaya—”
“Ini bukan mimpi, Ellie!”
Ctak.
Satu sentilan mendarat di kening Ellena. Gadis itu pun mengaduh kesakitan sebab Ruby menyentil jidatnya dengan keras bahkan hingga meninggalkan bekas merah. Ellena baru sadar, rasa sakit ini begitu nyata. Apakah memang ia tengah berada di dunia lain?
“R-Ruby, j-jangan bilang kalau aku memang dilempar ke dunia asing ini?!” Ellena berusaha menebak. Keyakinannya yang berawal dari mimpi kini malah menjadi kenyataan.
“Ya, inilah kebenarannya. Selamat datang di Wolestria, Ellie.” Ruby membentangkan tangannya seakan menyambut Ellena dengan penuh kehormatan. Sementara Ellena terbelalak dan terus mematung. “Tapi, sekarang kamu sedang berada di negeri Everfalls sih.” Senyum Ruby mengembang lagi.
Ellena pun melangkah mendekati tepian bukit berumput, sekali lagi ia memperhatikan dunia yang asing ini. Burung-burung terbang dengan bebas di angkasa. Hewan-hewan berkeliaran dengan mudah. Awan tampak lebih lembut dari dunia Ellena sendiri. Bahkan, Ellena kian terkejut tatkala dia melihat sebuah tanah yang mengapung di atas udara.
Ia baru menyadari bahwa semua yang ia lihat saat ini terlalu nyata dan indah, bukan sekadar mimpi yang menjadi bunga tidur. Ellena merasakan semuanya melalui panca indera yang ia punya.
Mulai dari mata, ia melihat begitu indahnya dunia ini diciptakan. Hidungnya mencium aroma kehangatan, kulitnya merasakan sentuhan lembut dari udara nan asing ini, telinganya mendengar kedamaian dan lidahnya seakan tak sabar ingin mengecap bagaimana rasa kenyamanan di negeri Everfalls ini.
Kedua netra Ellena semakin melebar. Ia sangat mengagumi suasana asing ini, baginya tampak begitu indah dan agung. Dalam beberapa saat, bibir Ellena kelu. Ia kehilangan kata-kata. Dunia fantasi, sebuah dunia yang Ellena impikan.
Sungging senyum mulai tampak di wajah Ellena. Binar netranya tampak bercahaya, Ellena amat antusias. Di awan juga, tampak beberapa hewan berbentuk aneh yang terbang, bahkan saling menyapa dengan burung-burung lain padahal mereka berbeda spesies.
Terlalu indah.
“R-Ruby...” lirih Ellena kemudian, tetapi matanya masih menatap ke dunia asing yang seperti mimpi ini.
“Kenapa? Apa kamu sudah sadar, Ellie?”
Kepala Ellena hanya mengangguk. Matanya terus mengarah pada keindahan alam di depannya.
“Kamu melihat dunia ini begitu indah, bukan? Aku juga setuju akan hal itu. Tapi, sangat menyakitkan jika melihat seseorang tersakiti sendiri selama berabad-abad. Melihat kematian, tetapi diri sendiri tak bisa merasakan itu.” Ruby mendadak menjadi seorang bocah yang serius.
Ellena pun menoleh. Ia tidak mengerti dengan kalimat Ruby yang terdengar asing itu. Ellena pun bertanya daripada terus-terusan memendam tanya yang tidak jelas jawabannya. “Apa maksudmu, Ruby? Aku tidak mengerti.”
Kemudian, terdengar kembali nyanyian Penyihir Buta yang dinyanyikan oleh Ratu dan dibawa pergi udara di Everfalls agar seluruh warga mendengar sang ratu sedang bersenandung.
“Ellie, apa kamu mendengar suaranya lagi?” tanya Ruby mengalihkan topik pembicaraan. Agaknya, ia memang enggan membicarakannya lagi meskipun Ellena sangat penasaran. Senyum Ruby mengembang seraya menikmati lantunan melodi itu dan melupakan kalimat yang dikatakannya tadi.
Namun, Ellena yang sudah kadung penasaran pun kembali bertanya, “Ruby, tadi kamu mengatakan ap—”
“Sudahlah, dengarkan saja dulu suara itu. Apa kamu menikmatinya, Ellie?”
“Ya.” Ellena mengangguk pasrah. Ia menyerah akan rasa penasarannya dan mengikuti alur topik yang dibuat Ruby. “Itu suara siapa, Ruby? Aku merasakan kesedihan dari nyanyiannya.”
“Itu adalah suara ratu negeri ini, Ratu Charlotte The Pavo Cristatus.” Ruby menjelaskan.
Namun, reaksi Ellena berlebihan. Ia terkejut bukan main. Tubuhnya mematung kembali dan matanya melebar sempurna. Banyak hal yang mengejutkan di dunia asing ini dan Ellena seperti belum siap untuk menerimanya. Meski begitu, ia pernah sesekali berkhayal menuju ke dunia ini, tetapi apakah keinginannya memang menjadi kenyataan?
“H-he i-ini benaran tempat di mana Ratu Charlotte yang mengangkat istananya sendiri ke langit?!” Ellena masih tak percaya.
Dinafikan sekali pun, kenyataan memang kenyataan. Jadi, Ruby tidak akan berbohong apa pun pada Ellena. Ia pun menganggukkan kepala, mengiyakan pertanyaan Ellena.
“K-kamu pasti bohong, ‘kan, Ruby?!”
“Tidak.” Ruby tak menolak sama sekali. Sejak awal ia juga tak berniat berbohong kepada Ellena yang diundangnya khusus dari dunia lain, sebab ia memang memiliki tujuan yang pasti untuk membawa Ellena menuju dunia ini.
Kemudian, Ruby mengeluarkan sebuah kalung dengan kristal berwarna oranye kemerahan, hampir senada dengan rambut Ruby. Setelah itu, dia mengalungkannya pada leher Ellena. “Ini adalah Kristal Ruby sebagai kunci untuk membuatmu kembali ke dunia asalmu, Ellie.”
“T-tunggu, aku tak bisa pulang? K-kamu pasti bercanda ‘kan, Ruby? Kamu yang membawaku ke sini, hah?!” Ellena benar-benar syok. Bagaimana mungkin ia hidup di dunia asing ini? Di mana Miko dan yang lainnya? Apakah Ellena benar-benar masuk ke dunia novel kuno itu? Rasanya sangat mustahil dan tidak masuk akal!
“Ya, Ellie. Aku yang merasuki Miko dan membuka segel ke dunia ini lewat novel kuno milik Miko sehingga kau yang sampai di sini. Sebenarnya, novel itu sama sekali tidak ada. Aku membuatnya ada untuk menjadi portal penghubung dunia kita. Awalnya aku ingin membawa Miko dengan paksa sehingga aku merasukinya, tetapi gadis itu ragu dan berbicara di hatinya bahwa kau yang lebih pantas. Maka dari itu aku membawamu.” Ruby yang sedari tadi melayang di udara sembari mengepakkan sayapnya, kini ia turun menginjak tanah dan rerumputan. “Kau tak akan bisa pulang sebelum menyelesaikan misi ini, Ellie.”
Ellena terkejut. “Misi? Misi apa itu?”
“Membuka segel kutukan Ratu Charlotte.” Senyum licik muncul dari bibir Ruby. “Kamu sudah membaca novel halusinasi itu, bukan?”
Ellena mengangguk cepat. Ia benar-benar penasaran dengan apa yang selanjutnya dikatakan oleh Ruby.
“Saat kau mampu membuat Ratu Charlotte kembali, maka kristal ini akan aktif dan membawamu pulang bertemu dengan Miko yang saat ini tengah mencarimu ke mana-mana.”
“Miko mencariku?”
“Ya, tubuh dan jiwamu menghilang dari dunia asalmu, Ellie. Saat ini semua orang tengah mencarimu, terlebih Miko. Sejujurnya, material di dalam tubuhmu tidak akan bertahan lama di dunia ini. Maka dari itu, kau harus menyelesaikan misi ini sebelum tubuhmu hancur dan tak akan pernah kembali ke duniamu.”
Lagi-lagi Ellena tak mampu berkata-kata. Ia hanya mematung seraya terkejut dengan fakta yang disampaikan oleh gadis kecil berjambul merah.
Kemudian, terdengar kembali nyanyian sang Ratu. Hari ini Charlotte bersenandung tiga kali, lebih banyak dari biasanya. Ia seperti tengah menyampaikan sebuah pesan yang dalam kepada seluruh rakyatnya. Namun, tak ada yang bisa meraih istana nan mengapung tinggi di atas sana.
Semua rakyat hanya bisa menunggu seraya terus mendoakan yang terbaik bagi sang ratu agar bisa kembali kepada mereka. Sebab, sebuah negeri tanpa pemimpin atau seorang penguasa maka akan menjadi negeri yang terlupakan dan terbuang.
Wolestria memiliki lima negeri yang mengelilinginya yaitu Everfalls, Nolaria, Esaland, Rustford, dan Holand. Setiap negeri memiliki pemimpin dengan karakteristik masing-masing. Dunia yang indah ini, menyimpan banyak rahasia.
“Coba kamu dengarkan dengan seksama nyanyian Ratu.” Ruby menginstruksikan kepada Ellena.
Ellena pun memejamkan matanya kembali. Lantunan itu seakan menyentuh kalbu Ellena. Angin bahkan setuju akan hal itu. Seluruh tubuh Ellena terasa hangat. Suara yang memiliki pesan, begitulah kiranya. Hingga pada bait terakhir, akhirnya Ellena merasakannya. Perasaan Charlotte sudah tersampaikan dengan sempurna.
Lagi, Ellena meneteskan air matanya. Terasa sangat menyakitkan meski hanya mendengar lagu dari sang ratu yang dikaguminya. Perasaan sedih dan takut benar-benar nyata!
Sebelumnya, Ellena percaya bahwa itu hanyalah sebuah novel. Namun, ini bukanlah dunia khayalan yang dikarang oleh seorang penulis. Ellena hadir dan keinginannya untuk menyelamatkan Charlotte benar-benar terkabul.
Mendadak.
“Heh, menjauhlah dariku, Bocah Kecil!” Seseorang menjerit ketakutan. Selain itu, terdengar suara tawa puas anak gadis.
“Ada apa itu, Ruby?” Ellena langsung bertanya.
Sementara Ruby tak menjawab, ia langsung mengantar Ellena pada sumber suara.
Tampak di sana seorang pria tengah dikalahkan oleh gadis kecil yang memberinya seekor tarantula. Gadis berambut pirang dengan model rambut space buns memegang tarantula dengan tangannya yang mungil tanpa perlindungan apa pun.
“Hoya, hoya, Paman. Navi mau berkenalan denganmu,” kata gadis itu seraya terus mengarahkan tarantula yang bergerak-gerak kepada pria yang sepertinya sudah diambang batas. Senyum gadis itu penuh kepuasan tersendiri melihat seorang pria ketakutan hanya karena seekor tarantula yang baginya seperti bayi imut.
“He-hentikaaaaaaaaan!!” jerit pria itu sudah tak sanggup lagi. Kedua sudut matanya sudah basah.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments