Hening.
Beberapa saat hanya ada keheningan di antara mereka. Padahal, Ellena sudah mengatakan niatnya dengan lantang dan penuh percaya diri. Namun, hanya ada bisikan angin yang mengisi kekosongan situasi tegang itu.
Kemudian, barulah sang pengembara pun angkat bicara. “Untuk apa kau menemui ratu negeri ini, Ellena?” Ia masih menaruh kecurigaan yang besar terhadap Ellena. Sebagai seorang pengembara, Varl sudah menemui banyak orang dan tahu bagaimana karakteristik orang-orang tersebut mulai dari tingkahnya bahkan dapat dinilai dari segala bentuk tubuh.
Varl ahli mengamati, setiap perkiraannya tidak pernah salah. Ia tak pernah tersesat sekali pun dan kali ini hatinya menaruh keyakinan yang besar bahwa Ellena seperti menyembunyikan sesuatu, bahkan dengan keganjilan yang terlihat jelas.
Siapa yang tidak terkejut dengan perbedaan signifikan di antara mereka? Ellena adalah ras manusia biasa tetapi tidak memiliki Berkah apa pun dan gadis itu memiliki dua nama yang bisa disamakan dengan para ras tertinggi.
Apa Ellena berusaha menipu Varl?
Pikiran Varl hanya berisi tentang kelicikan Ellena padanya. Namun, sebenarnya tentu saja Ellena tidak seperti itu. Ellena saja tidak tahu bagaimana kejadian ini sangat cepat dan membawanya menuju dunia lain yang seperti fantasi di dalam mimpi. Bagaimana mungkin otaknya penuh dengan rencana busuk hanya untuk menipu pria berambut ikal yang takut dengan serangga?
“Apa motifmu, Nona?” Lagi, Varl menanyakannya dengan tatapan tajam seakan tak mau memberikan ruang sedikit pun pada Ellena yang tengah merencanakan sesuatu kepadanya, pikir Varl.
Ya, semua itu hanya pikiran Varl.
“Tidak ada. Aku hanya merasa bahwa ini tugasku. Aku ingin melihat Yang Mulia Ratu Charlotte! Dia adalah idolaku.” Senyum Ellena mengembang, pikirannya melayang pada imajinasi di mana ia telah bertemu ratu yang agung dan sangat disanjung itu.
“Bagaimana dengan kalian?” tanya Ruby seketika, tak memedulikan imajinasi aneh Ellena. Ruby ingin tahu juga apa yang membuat mereka tiba di atas bukit ini yang konon katanya menjadi bukit teleportasi menuju istana sang ratu.
Menurut mitos yang beredar, bukit tanpa nama ini memiliki sebuah rahasia. Barang siapa yang menemukan portal di sekitar bukit ini, maka ia akan langsung teleportasi ke istana Ratu Charlotte.
Namun, rintangan untuk sampai di atas bukit juga tidak bisa diremehkan. Ratu memang sengaja menaruh banyak jebakan agar tak ada satu pun yang mampu berada di atas bukit ini, kecuali mereka. Entah bagaimana caranya, terlepas dari takdir atau bukan, mereka adalah orang-orang terpilih.
Meski begitu, sampai di atas bukit bukan hal yang bisa dibanggakan begitu saja. Sebab, belum tentu orang yang mampu menaklukan bukit tanpa nama itu bisa menemukan portal yang dimaksud.
Semuanya penuh dengan rahasia yang disembunyikan dengan rapi oleh Charlotte, sehingga sampai sekarang tidak ada makhluk mana pun yang berhasil lolos dan menembus pertahanan Ratu.
“Yuya juga ingin bertemu Ratu!” Yuya bersemangat. Ia mengangkat tangan kanannya yang masih memegang tarantula, bahkan kaki sang tarantula itu bergerak-gerak seakan ikut bersemangat seperti empunya.
“Wah, benarkah? Berarti kita sama dong! Ayo kita pergi ke sana!” ajak Ellena penuh antusias. Bagaimana tidak, ia akan pergi juga bersama Yuya. Bukankah itu akan lebih menyenangkan?
Ah, berpetualang di dunia fantasi. Sungguh fantastis!
Ellena pun menggandeng tangan kiri Yuya. Keduanya hendak mencari portal yang dimaksud oleh mitos-mitos tersebut. Mereka sangat yakin bahwa portal itu dapat ditemukan dan akhirnya bisa sampai ke istana Charlotte. Sungguh, sebuah ide dan rencana yang mudah.
Ya, walau sebenarnya tidak semudah itu, sih.
“Tunggu dulu!” Varl menarik kerah seragam sekolah Ellena. “Tidak semudah itu, Ellena!”
Ellena pun menoleh, kedua alisnya bertautan. “Kenapa? Kita hanya menemuinya saja, bukan? Ah, atau bisa juga kita menggunakan Manu dan terbang ke atas sana!” Ellena menemukan ide baru. Ia melirik dan menunjuk pada Manu yang saat ini tengah mengunyah rerumputan tanpa ada keinginan untuk ikut bergabung dengan petualang-petualang bodoh itu.
“Kau ini sangat mencurigakan, tahu! Dan lagi, jika memang hanya dengan menunggangi Manu kita bisa menuju ke istana, sudah dari dulu aku ke sana dan menikahi Ratu!” Varl tampak kesal.
“Hei, sebaiknya kau sadar diri, Paman!” sergah Yuya cepat. “Mana mungkin Yang Mulia Ratu mau dengan orang penakut sepertimu.” Yuya terkekeh jahil seraya kembali memamerkan tarantulanya yang bernama Navi.
Varl pun merengut kesal. “Hei bocah kecil, jaga mulutmu! Aku, Varl The Wanderer tidak pernah takut pada apa—”
Kalimat kebanggaan Varl terpotong seketika tatkala Yuya kembali mengarahkan tarantulanya lebih dekat pada wajah Varl. Sontak saja Varl menjerit dan tanpa sadar, ia bersembunyi di balik tubuh Ellena yang sebenarnya lebih kecil dari dirinya. Ya, bagaimana pun Varl adalah pria dewasa yang berotot, tapi agaknya otot itu tidak berguna sama sekali di depan serangga.
Sementara Yuya merasa bahagia, tawanya begitu keras hingga menggema ke angkasa. Mungkin, bisa saja seluruh warga Everfalls mendengarnya.
“Ellena, tolong hentikan bocah ingusan ini!” pinta Varl, memohon. Tubuhnya gemetar, takut.
Ellena pun menepuk jidatnya. “Yang bocah ingusan itu kau, Tuan Varl.” Helaan napas berat keluar dari pernapasan Ellena. Daripada situasi menjadi terus kacau begini, akhirnya Ellena mengambil ketegasan. “Sudah, Yuya. Paman Varl terlalu takut menghadapi kehidupan.” Ellena pun menjauh pada Varl yang terus bersembunyi di belakangnya. Kemudian, ia menyuruh Yuya untuk menyimpan Navi, si tarantula hitam dengan garis putih di bagian perut atasnya.
Setelah itu, Ellena menggandeng kembali tangan Yuya dan melanjutkan perjalanannya untuk menyelesaikan misi. Namun, mendadak saja Ellena menyadari sesuatu.
“Tuan Varl,” panggil Ellena.
“Varl saja.” Varl menolak dipanggil ‘tuan’ oleh ras tertinggi, bisa-bisa Nilai Kehidupan atau yang sering disebut dengan umur akan berkurang dan Varl juga tidak akan bisa menjalani misinya itu.
Ya, warga Wolestria menyebut umur atau usia dengan Nilai Kehidupan. Semakin kau berbuat baik, maka nilai atau umurmu akan bertambah. Namun jika tidak, tentu saja nilaimu akan dikurangi.
“Baiklah, Varl.” Ellena mengalah meski ia tahu bahwa Varl sebenarnya lebih tua dari dirinya. “Tadi... kalimat sebelumnya, aku rasa kau juga memiliki tujuan yang sama dengan kami?”
“Memang.” Tanpa menolak sedikit pun, Varl menjawab dengan lugas. Ya, memang kenyataannya begitu. Varl tidak berniat menyembunyikan niatnya pada mereka.
“Aku punya misi tersendiri. Jadi, tolong jangan ikuti aku!” Mata Varl menunjukkan ancaman yang besar pada orang-orang baru yang ia temui hari ini.
Ia bersikap sangat serius, bahkan membuat Ellena menjadi tercengang atas perubahan sikap Varl yang sangat cepat itu. Kemudian, Varl berjalan mendekat kepada kudanya, Manu The White Horse.
“Ayo Manu, kita harus cepat,” ajak Varl tanpa memedulikan orang-orang sekitarnya. Ia fokus untuk menaiki punggung Manu dan bersiap menyelesaikan misi tersembunyinya.
Sebelumnya Varl memang tak menyembunyikan niatnya, tetapi ada satu tujuan yang sengaja ia simpan rapat-rapat.
Ia bertekad untuk menyelesaikannya sendiri tanpa orang lain tahu. Namun, tak disangka Ellena dan Yuya ikut naik. Bahkan, saat ini Yuya tengah susah payah menaiki punggung Manu, tetapi Ellena membantunya.
“Heh, kenapa kalian ikut naik? Dasar bocah-bocah ingusan! Cepat turun dari kudaku!” Varl mengusir Yuya dan Ellena yang sudah duduk tenang di atas punggung Manu. Kedua mata mereka menatap lurus ke arah Varl yang terus mengoceh.
“Cepat jalan, Paman. Kalau tidak, Navi yang akan menunggangi punggungmu!” ancam Yuya. Tentu saja, mendengar nama itu membuat bulu kuduk Varl meremang seketika. Ia sudah kapok dengan bocah kecil si pawang serangga.
Sial, pikir Varl. Baginya, hari ini adalah hari paling menyebalkan karena harus bertemu dengan bocah-bocah bau kencur yang merepotkan. “Jangan sampai mereka tahu misiku sebenarnya!” batin Varl.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Tahu Bulat
Varl kadang kocak :v
2023-04-04
1