Perjalanan Pertama

Semua orang tertegun atas teriakan Ellena yang bahkan membawa badai kecil ke dalam tavern. Ya, satu detik setelah Ellena berteriak, angin ribut masuk ke dalam warung itu. Orang-orang panik, tetapi dengan sigap Ellena berusaha menyingkirkan badai itu.

Entah bagaimana caranya, Ellena hanya meniup saja tetapi badai tersebut malah langsung hilang dan menguar, bersatu dengan udara biasa.

“Sudah, daripada ribut terus lebih baik berbaikan. Tidak ada baiknya saling bertikai di saat-saat genting ini. Aku juga ada sesuatu yang harus kulakukan,” kata Ellena terus terang.

Mae dan Steven pun mulai melunak. Pada akhirnya mereka berbaikan, tetapi tetap masih menyimpan kekesalan yang entah kapan akan berakhir. Entahlah, Ellena jadi pusing sendiri.

“Kalau saja ada Miko, dia pasti sudah mengatasi masalah kecil begini.” Sejenak Ellena merindukan Miko, sahabatnya. Ia sudah terlalu sering bergantung pada gadis itu.

“Yahooo, sekarang semua sudah berkumpul. Bagaimana jika kita mulai saja perjalanannya?” ajak Ruby bersemangat. Ia merasa bahwa Ellena bisa menyelesaikan misinya lebih cepat bersama beberapa orang yang mungkin sebenarnya... bermasalah.

“Hoyaaaa!” sorak seluruh pelanggan tavern hari ini, bahkan pemilik warung untuk para petualang ini saja ikut bersorak. Mereka bersyukur karena kedatangan rezeki yang banyak tatkala kelompok Ellena datang ke warungnya.

Setelah melakukan berbagai macam persiapan, Ellena dan party atau kelompok bertualangnya pun mulai bergegas. Mereka sudah sedia dengan berbagai macam hal. Sementara para petualang lain hanya mengirimkan doa agar tim Ellena bisa menyelesaikan misi itu.

Ya, mereka hanya bisa mendukung dari belakang sebab mereka tidak punya kemampuan khusus atau kekuatan yang bisa mencapai singgasana Charlotte.

Ellena pun menahan senyumnya. Petualangan yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang! Selama ini Ellena hanya bermimpi saja tentang dunia fantasi dan segala hal keseruan di dalamnya. Gadis berambut pendek itu sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan mengalami hal ini secara langsung dan nyata!

Di dalam hati, Ellena kembali bertekad, “Ratu Charlotte, aku akan datang membawamu pulang pada rakyatmu! Aku yakin, aku juga bisa menceritakan hal seru ini pada Miko. Ah, tunggu aku, Miko! Akan kubuktikan bahwa aku mampu menyelesaikan misi ini. Aku akan segera pulang dan memamerkannya kepadamu. Hihihi.” Ellena tertawa geli sendiri.

“Apa yang sedang kau tertawakan?” tanya Ruby yang sedari tadi memperhatikan Ellena. Meski ia memiliki sihir pembaca pikiran tingkat rendah, tetapi ia tak pernah bisa menebak isi hati Ellena karena gadis itu bukan makhluk Wolestria.

“Tidak ada kok, hehehe.” Ellena nyengir kuda untuk membuat Ruby melupakan kejadian tadi.

Setelah itu, mereka pun memulai perjalanan. Halang rintang mereka hadapi seberat apa pun itu. Solidaritas dipegang erat-erat agar mereka bisa sampai pada tujuan yang diinginkan.

“Tetaplah bersama. Kita akan mencoba mencari portal itu.” Ruby menginstruksikan. Ia berperan sebagai gadis kecil pemandu tim petualang yang baru itu.

Namun, ada yang masih belum terima bergabung dengan tim Ellena padahal mereka sudah sampai di seperempat perjalanan.

“K-kenapa aku juga harus ikut?” tanya Mae. Meski terdengar bahwa Mae hendak menolak ajakan tim tersebut, pipi Mae memerah semu, tampak malu-malu.

“Kau ingin bertualang juga, bukan?” terka Ruby cepat.

“B-bagaimana kau tahu?!” Pipi Mae kian memerah, bahkan seluruh wajahnya menahan malu yang begitu besar apalagi kulit Mae yang putih cerah nan mulus itu sangat mudah berubah warna sesuai suasana hati Mae.

“Aku memang hanya seekor burung kecil yang mempunyai Berkah api, tapi aku juga punya sihir pembaca pikiran meski itu masih tingkat rendah, sih.”

Mendengar itu, Mae semakin tersipu. Ia tak menduga bahwa Ruby dapat membaca isi hatinya yang pemalu. Ya, sebelumnya Mae memang tampak tegas dan keras hati, tetapi sebenarnya ia hanyalah seorang elf yang pemalu. Namun, jika ada sesuatu hal buruk yang berkaitan dengan pohon atau tanaman, Mae akan berubah menjadi elf galak yang selalu mengomel.

“Alasanmu meninggalkan Hutan Tropis adalah untuk bertualang, ‘kan?” Ruby menebak dengan tepat lagi. Sementara Mae kehabisan kata-kata untuk melawan. Mulutnya jadi kelu, wajahnya kian memerah seperti tomat yang sudah ranum.

“Sudahlah,” potong Ellena. “Apa pun alasan Mae bergabung bukanlah sesuatu yang penting. Sekarang, kita harus memikirkan bagaimana caranya membawa Ratu kembali.” Meski ia berkata demikian, hati Ellena girang melihat wajah cantik Mae yang menggemaskan. Ellena akhir-akhir ini jadi senang pada hal-hal yang lucu dan imut.

Padahal, di dunianya ia selalu menjadi korban Miko yang menganggap bahwa Ellena lebih gemas dari apa pun. Malah sekarang, sifat Miko sepertinya berpindah pada Ellena.

“Benar yang dikatakan Ellena. Perjalanan kita akan semakin lama jika terus-terusan berdebat.” Kini, Varl yang sedari tadi diam pun angkat bicara. “Huh, jika saja aku tidak bertemu kalian, pasti aku sudah sampai duluan di istana dan segera melamar Ratu.”

Varl mengibaskan rambutnya, bersikap seperti orang tampan. Namun, pada kenyataannya itu malah membuat orang-orang jadi enggan melihatnya.

“Ah, kita jalan ke sana saja yuk. Sepertinya di sana akan ada rumah lebah deh. Mereka akan menunjukkan portal itu pada kita.” Yuya mengalihkan perhatian. Ia segera menggandeng Ellena untuk kembali melanjutkan perjalanan.

Semuanya pun mengikuti Ellena dan Yuya, meninggalkan Varl yang mematung karena tidak dihiraukan. Varl pun hanya bisa memandangi punggung yang mengacuhkan sisi narsistiknya.

“Ah, padahal aku tampan begini, loh,” sedih Varl. Ketampanan yang tadi ia banggakan seketika memudar.

Di sisi lain, Steven menahan tawa. Ia meremas pundak Varl seraya menutup mulutnya yang saat ini mati-matian menahan tawa. “Aku turut berduka cita atas mentalmu. Pfft.” Kemudian, Steven berjalan meninggalkan Varl yang membeku atas kalimatnya.

“Dasar pangeran sialan!” kesal Varl.

Sepoian angin berembus dengan lembut menerpa epidermis kulit, membuat bulu kuduk bergoyang terkena sentuhan angin. Suara gesekan antar dedaunan menjadi melodi tersendiri, segarnya warna hijau juga membuat mereka tetap berada dalam mode damai.

Sudah hampir separuh perjalanan mereka tempuh meski di tengah-tengah terkadang terjadi pertikaian kecil, tetapi itu tidak menjadi hal serius yang bisa menghambat misi mereka.

Namun, tiba-tiba saja sebuah anak panah hampir saja mengenai kepala Steven.

Wus.

Secepat kilat anak panah itu melintas di atas rambut Steven. Sontak saja sang pangeran itu mematung tetapi tubuhnya gemetar.

“Mati aku, mati aku, mati aku, mati aku,” racau Steven tepat setelah anak panah itu mengarah ke atas kepalanya.

Ellena dan yang lainnya pun langsung menoleh saat anak panah dengan bulu burung elang itu melesat cepat melewati mereka dan hampir mengenai Steven yang berada di paling belakang. Terkejut. Mereka membelalakkan mata melihat anak panah tersebut.

“Kau tak apa, Pangeran?!” tanya Ellena sigap. Ia melirik pada anak panah yang sudah tergeletak tak jauh di belakang Steven.

“M-mati aku,” gumam Steven tak sadar saking takutnya.

“Sungguh, kau benar-benar pangeran yang malang, Steve.” Kali ini Varl membalas kalimat Steven sebelumnya. Ia meremas pundak kiri Steven, sama seperti yang dilakukan pangeran itu kepadanya.

Beberapa saat kemudian, seorang gadis muncul dari semak-semak. “Sial!” kesalnya. Kemudian, ia mengarahkan busur dan panahnya ke arah rombongan Ellena, membuat mereka terkejut. Tegang.

“Apa yang hendak kau lakukan?!” protes Steven kemudian setelah ia tersadar.

“Haish, berisik!” balas gadis berambut panjang nan lurus dan sehitam jenggala itu. Di kepalanya melingkar sebuah kain yang dihiasi bulu elang.

Gadis tersebut masih mengarahkan busurnya. Namun, kali ini ia tidak mengarahkannya lagi pada rombongan Ellena yang mematung saking tercengangnya atas kejadian yang mengejutkan ini.

“Quinkana akan datang!” kata gadis asing itu. Dia mengarahkan busur ke atas pohon. Sedetik kemudian, terdengar erangan monster yang menggema di seluruh kedalaman hutan.

“RAWR!”

****

Episodes
1 Merak Putih
2 Halusinasi
3 Gadis Berjambul Merah
4 Bukan Mimpi
5 Pawang dan Pengembara
6 Menjalankan Misi
7 Terbang Bebas
8 Singa dan Mangsanya
9 The Prince
10 Pangeran yang Malang
11 Pangeran dan Elf
12 Perjalanan Pertama
13 Lawan Aku!
14 Menuju Tak Terbatas
15 Bukan Makhluk Wolestria
16 Hilangnya Berkah The Archer
17 Hanya Sebuah Tanda
18 Impetum!
19 Hijau
20 Berhenti Berkabung!
21 Angin Ribut
22 Gadis Tanpa Berkah
23 Keresahan Charlotte
24 Penculikan Ellena
25 Jeruji Kesengsaraan
26 Pahlawan Kemalaman
27 Demi Misi
28 Satu vs Seratus Satu
29 Amukan
30 Penjatuhan Hukuman
31 Beban
32 Tak Akan Gentar
33 Teman Baru
34 Lima Koin Emas
35 Peri Hutan
36 Tiga Pria dan Ular
37 Rencana Ellena
38 Gerbang Perak
39 Yang Terluka
40 Cincin Permata Perak
41 Peperangan Dua Kubu
42 Berjuang Sekali Lagi
43 Budak Baru
44 Hati yang Membeku
45 Kehilangan Ellena
46 Keajaiban
47 Lanjut atau Menyerah
48 Keluarga Seutuhnya
49 Termakan Kegelapan
50 Wanita Reinkarnasi
51 Melanjutkan Perjuangan
52 Akhir yang Menyedihkan
53 Air Mata Steven untuk Ellena
54 Kebingungan Ellena
55 Perasaan Aneh
56 Dunia untuk Charlotte
57 Tak Berdaya
58 The Power of Kepepet
59 Tidak Gentar
60 Boss Sesungguhnya
61 Bangkitnya Sang Legenda
62 Sang Penyihir
63 Kesadaran
64 Demi Cinta
65 Pengorbanan Sang Pawang Serangga
66 Kembalinya Sang Merak Putih
67 Gadis Dunia Lain
68 Kembali Pulang
69 Pengorbanan Seorang Elf
70 Kebahagiaan yang Tertunda
71 Kembalinya Ellena (The End)
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Merak Putih
2
Halusinasi
3
Gadis Berjambul Merah
4
Bukan Mimpi
5
Pawang dan Pengembara
6
Menjalankan Misi
7
Terbang Bebas
8
Singa dan Mangsanya
9
The Prince
10
Pangeran yang Malang
11
Pangeran dan Elf
12
Perjalanan Pertama
13
Lawan Aku!
14
Menuju Tak Terbatas
15
Bukan Makhluk Wolestria
16
Hilangnya Berkah The Archer
17
Hanya Sebuah Tanda
18
Impetum!
19
Hijau
20
Berhenti Berkabung!
21
Angin Ribut
22
Gadis Tanpa Berkah
23
Keresahan Charlotte
24
Penculikan Ellena
25
Jeruji Kesengsaraan
26
Pahlawan Kemalaman
27
Demi Misi
28
Satu vs Seratus Satu
29
Amukan
30
Penjatuhan Hukuman
31
Beban
32
Tak Akan Gentar
33
Teman Baru
34
Lima Koin Emas
35
Peri Hutan
36
Tiga Pria dan Ular
37
Rencana Ellena
38
Gerbang Perak
39
Yang Terluka
40
Cincin Permata Perak
41
Peperangan Dua Kubu
42
Berjuang Sekali Lagi
43
Budak Baru
44
Hati yang Membeku
45
Kehilangan Ellena
46
Keajaiban
47
Lanjut atau Menyerah
48
Keluarga Seutuhnya
49
Termakan Kegelapan
50
Wanita Reinkarnasi
51
Melanjutkan Perjuangan
52
Akhir yang Menyedihkan
53
Air Mata Steven untuk Ellena
54
Kebingungan Ellena
55
Perasaan Aneh
56
Dunia untuk Charlotte
57
Tak Berdaya
58
The Power of Kepepet
59
Tidak Gentar
60
Boss Sesungguhnya
61
Bangkitnya Sang Legenda
62
Sang Penyihir
63
Kesadaran
64
Demi Cinta
65
Pengorbanan Sang Pawang Serangga
66
Kembalinya Sang Merak Putih
67
Gadis Dunia Lain
68
Kembali Pulang
69
Pengorbanan Seorang Elf
70
Kebahagiaan yang Tertunda
71
Kembalinya Ellena (The End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!