“Novel sialan! Padahal ini hanya novel, tetapi kenapa hatiku sangat sakit?!”
Hiks.
Hiks.
Hiks.
“Miko, novel ini terlalu menyedihkan,” tangis seorang gadis. Namanya Ellena Smith. Gadis keturunan Jerman yang kini tengah melakukan studi menengah atas di sekolah internasional di Inggris. Oh ayolah, ia baru saja menangisi sebuah novel milik temannya, Miko Yamada yang berasal dari Jepang. Ellena benar-benar menghayati novel kuno yang dipinjamnya dari Miko.
“Kamu terlalu cengeng, Ellie.” Miko mencubit pelan pipi Ellena yang ia panggil dengan Ellie sebagai sapaan akrabnya kepada sang sahabat. “Aku sudah berkali-kali membaca ini tetapi biasa saja tuh.”
“Miko, kamu tak tahu nilai dari sebuah seni!” Ellena menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Matanya masih basah, hidungnya pun tampak merah. Ia benar-benar terlalu menikmati sebuah karya sastra yang dibawa oleh Miko.
Kedua gadis itu kini tengah bersantai di taman sekolah setelah pelajaran usai sebagai rutinitas sebelum pulang ke asrama. Sambil menikmati terbenamnya sang mentari, keduanya juga menikmati sisa makanan tadi siang sembari membaca novel kuno berjudul ‘Charlotte’.
Buku itu lumayan tebal dengan sampul berwarna gold atau emas, amat berkilauan dan menggoda. Sudah seminggu Ellena sibuk membaca buku kuno yang ditemukan Miko dari gudang rumahnya dan hari ini, akhirnya Ellena menyelesaikan dengan penuh emosional.
Semburat senja tampak indah menghiasi langit yang tampak dapat diraih, tetapi nyatanya tidak. Udara begitu lembut menerpa kulit. Beberapa orang berjalan keluar gerbang yang dijaga satpam berpakaian laiknya penjaga istana. Seharian mereka berdiri di dekat gerbang, menyambut orang yang masuk maupun pulang.
Sekolah internasional ini juga memiliki gedung bak istana dengan ornamen detail yang memiliki nilai estetika. Ornamen-ornamen keemasan bahkan setiap dindingnya punya nilai seni yang tinggi. Tak hanya itu, kolam ikan besar, danau buatan, bahkan taman hijau juga disediakan, membuat para siswa seperti pelajar elite yang tengah belajar di akademi kerajaan.
“Aku tahu, Ellie. Tapi, kamu menangis di setiap bab. Padahal adakalanya Ratu juga berbahagia dengan pria itu.” Miko membela dirinya karena sebelumnya ia dikira tidak mengetahui nilai dari sebuah karya sastra.
“Itu tangis haru, tahu!” Ellena cemberut. “Ah, pokoknya ini menyedihkan! Meskipun cuman novel, aku merasa ingin membantu Ratu untuk sembuh dari luka hatinya.” Bayangan Ellena mulai menuju ke imajinasi buatannya sendiri yang mempertemukan dirinya dengan sang Ratu yang berada di dalam novel tersebut.
Ctak.
Satu sentilan mendarat di kening Ellena. Sontak saja gadis itu meraung kesakitan. Seketika bayangan imajinasi Ellena menguar, hilang bersama rasa sakit akibat sentilan super dahsyat dari Miko.
“Apa kamu bodoh? Tidak mungkin gadis biasa sepertimu akan menyelamatkan Ratu. Rakyatnya saja diacuhkan, apalagi kamu yang hanya menjadi pemeran figuran?” Miko terkekeh. Ia senang sekali menggoda sahabatnya, bukan berarti kalimat tadi untuk mengejek Ellena. Tidak sama sekali, hanya saja wajah cemberut Ellena sangat membuatnya candu.
“Tidak apa! Aku pasti bisa melelehkan hati Ratu!” Ellena bertekad penuh. Mata biru kehitamannya menatap yakin ke atas awang-awang. Tangan kanannya juga mengepal dengan kuat. Ia sangat menanamkan tekad yang besar di dalam dirinya.
Sementara Miko terus tertawa hingga dirinya terpingkal-pingkal. Gadis sepolos Ellena bisa-bisanya sangat menghayati sebuah isi novel. Sangat menggemaskan. “Kamu pikir hati Ratu itu seperti keju atau coklat yang bisa meleleh? Yang benar saja kamu, Ellie. Hahaha.” Miko tak henti terbahak-bahak, bahkan ia sampai memukul pelan pundak Ellena berkali-kali.
Ellena pun hanya pasrah. Ia memang mengerti bahwa dirinya terkena virus halu yang membuat Miko terus-terusan seperti mengejeknya, sebab hal itu juga mustahil, bukan?
“Tapi Miko,” ucap Ellie mencoba untuk menarik perhatian Miko lagi. “Jika kamu punya kekuatan untuk menuju ke dunia Ratu Charlotte, apa yang akan kamu lakukan?” Kini, sikap Ellena menjadi asing. Kepalanya menunduk dalam, tatapannya menjadi tampak kosong.
Melihat itu, sejenak Miko terdiam. Ia merasa bahwa Ellena mendadak bertingkah aneh. Apakah Miko sudah berlebihan menggoda gadis polos itu?
Miko pun menghela napas. Ia yakin saat ini Ellena ingin serius. Kemudian, dia menatap bumantara yang begitu indah di atas sana dengan hiasan senja. Sebelum mengutarakan jawabannya, Miko tersenyum dan mencoba untuk membayangkan jika dirinya memang seperti yang Ellena katakan.
“Aku akan berusaha untuk kembali membuka hati Ratu hingga titik darah penghabisan, Ellie.” Miko pun menatap Ellie yang kini kedua mata gadis itu berbinar, kembali menjadi Ellie yang ia kenal. Miko pun tersenyum dan mengelus kepala Ellena. “Apa pun rintangannya, aku akan terus berusaha. Sebab, tidak enak rasanya jika terus mengurung diri sendiri. Dan jika itu terjadi padamu, aku akan menarikmu keluar lagi dari kamar!”
Miko teringat, saat pertama kali Ellena datang ke Inggris, gadis itu sama sekali tidak berinteraksi dengan siapa pun. Ellena hanya mengurung dirinya di kamar dan keluar jika perlu saja. Hingga pada akhirnya, Miko benar-benar membuat Ellena kembali menjadi dirinya sendiri dan menemui banyak orang.
Padahal alasan Ellena tidak keluar adalah karena ia tak mampu berbicara bahasa Inggris. Sejak kecil, Ellena hanya menggunakan bahasa Jerman. Ellena lahir dari keluarga biasa saja, beruntungnya ia pintar sehingga mampu mendapatkan beasiswa tetapi ia belum sepenuhnya siap hidup di negeri orang.
Mereka akhirnya sering bersama dan mendalami bahasa orang-orang sana hingga akhirnya Ellena menjadi gadis yang ceria sebagaimana mestinya. Ya, komunikasi. Itulah penyebab Ellena tak mampu berbaur dengan yang lain karena ia tak mampu mengutarakan apa yang ada di otaknya dan ia tak bisa memahami orang lain yang berbicara kepadanya.
Kedua netra Ellena semakin berbinar mendengar tekad Miko dan ikut berhalusinasi bersamanya. Selama ini, Ellena memang mengagumi Miko karena kepintaran dan kebijaksanaannya.
Namun, beberapa saat kemudian, Ellena tertawa. Kini ia berniat membalas Miko. “Kamu juga ikut berhalusinasi, Miko? Oh Tuhan, sahabatku benar-benar termakan omongannya sendiri. Ini hanya novel saja, Miko. Hahaha.”
Diperlakukan begitu, wajah Miko memerah. Ia tak menyadari bahwa Ellena hanya mengerjainya saja. Gadis keturunan Jepang itu pun akhirnya bangkit. Beberapa kali ia mengibaskan roknya.
“Aku mau pulang,” katanya seraya menahan malu.
Pfft.
Ellena terus tertawa. Kemudian ia juga bangkit dan membersihkan pakaiannya. “Maafkan aku, Miko. Aku hanya bercanda. Ternyata mengerjai orang seru juga. Aku mulai tahu mengapa kamu sering menjahiliku.” Ellena tersenyum bangga karena sudah tahu motif Miko yang terus-terusan mengerjainya.
“Ya, ya, baiklah. Sudah petang. Ayo kita pulang,” ajak Miko kemudian. Ia pun menarik tangan Ellena, mengajaknya menuju asrama di mana mereka tinggal sebagai bagian dari siswa yang mendapat beasiswa.
“Oke.” Ellena menurut.
Keduanya pun berjalan beriringan. Pikiran Miko masih terbayang dengan pertanyaan Ellena tadi. “Pergi ke dunia Ratu Charlotte, kah? Apakah ada yang seperti itu? Jika memang bisa, maka Ellie-lah yang pantas mengemban misi itu. Dia adalah gadis pemberani, tidak sepertiku.”
“Miko?” tanya Ellena tatkala melihat sahabatnya itu tampak memikirkan banyak hal. “Hei, apa yang sedang kamu pikirkan?”
Tak ada jawaban. Namun, beberapa langkah kemudian, mendadak saja Miko berhenti, membuat Ellena kebingungan.
“Apa yang terjadi, Miko? Apa kamu baik-baik saja?”
Kepala Miko tertunduk sejenak. “Ellie.”
“Hm?”
“Pergilah ke sana dan selamatkan Ratu Charlotte!” seru Miko tiba-tiba seraya memegang kedua tangan Ellena, membuat sahabatnya itu tercengang. Tak berapa lama, sebuah cahaya pun muncul dari novel tersebut. Cahaya itu membentuk portal. Ellena terbelalak. Angin begitu ribut, sekeliling tampak kacau.
“Miko, apa yang terjadi?! Kamu kerasukan apa? Dan aku mau dibawa ke mana?!” panik Ellena. Perlahan, cahaya putih yang menyilaukan tersebut membawanya hilang entah ke mana. “Miko, tolong aku!” Ellena terus menjerit karena tubuhnya ditarik begitu saja oleh cahaya misterius yang memiliki kekuatan super dahsyat. Tangan Ellena berusaha meraih Miko, tetapi tidak sampai. Ellena berulang kali memanggil Miko, tetapi gadis Jepang itu hanya tersenyum melepas kepergian sahabatnya.
“Pergilah, dan selamatkan dia untukku, Ellie.”
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments