Pagi yang sangat cerah, namun tak secerah hati Tamara saat ini karena hari ini sang suami akan melangsungkan pernikahan dengan Liana. Sehingga wanita itu lebih memilih untuk berdiam diri di dalam kamarnya, karena ia benar-benar tidak sanggup untuk menyaksikan itu semua.
"Inikah yang disebut sakit tak berdarah itu? Kenapa harus sesakit ini Tuhan?" Netra Ara kini mulai berkaca-kaca sebab bayangan dirinya yang dulu saat menikah dengan Demian kini bagai reka adegan ulang yang seolah-olah berputar sangat jelas pada memori ingatan wanita itu. Membuat air mata Tamara akhirnya luruh juga karena tidak mampu ia tahan lagi. "Kuatkan aku Tuhan," ucap Tamara yang terus saja mengulangi kalimatnya berulang-ulang kali. Sebab ia merasa sangat rapuh serapuh kayu yang dimakan oleh rayap nakal.
Ketika Tamara masih saja terus merenungi semuanya di dalam kamarnya, tiba-tiba saja suara ketukan pintu membuat wanita itu dengan cepat mengusap lelehan air matanya. Karena ia takut kalau yang mengetuk pintu itu adalah Kinanti, ibu tiri yang sama sekali tidak ingin Tamara memperlihatkan rasa sedih dan berapa wanita itu saat ini merasakan sakit yang luar biasa pada hatinya.
"Ara, Sayang, buka pintunya." Yang terdengar kini malah suara Demian yang meminta sang istri membuka pintu.
"Mas Demian, bukankah dia seharusnya saat ini sedang mengucapkan ijab qobul?"
"Sayang, buka pintunya. Ara, Sayang ...."
"I-iya Mas tunggu sebentar!" seru Tamara yang sekarang terlihat turun dari atas ranjangnya.
Demian yang berdiri di depan pintu berhenti mengetuk pintu, karena laki-laki itu sudah mendengar suara sang istri dari dalam kamar itu.
Sehingga beberapa saat, terlihat Tamara yang sekarang sudah membuka pintu untuk Demian.
"Mas, kenapa ada di sini?" tanya Tamara.
"Kenapa, apa kamu mau marah sama Mas?" Demian malah bertanya balik pada sang istri.
"Bukan begitu Mas, tapi ...."
"Sayang, aku kesini ingin menjemputmu supaya kamu mendampingiku untuk duduk mengucapkan kalimat ijab qobul karena jika kamu tidak ada di sana, maka aku akan menggagalkan acara ini." Rupanya Demian ingin melihat wanita itu mendampinginya. "Supaya aku yakin kalau kamu benar-benar ikhlas dimadu," sambung Demian.
"A-aku, ti-tidak bisa Mas." Tamara ingin kembali menutup pintu itu. Namun, Demian dengan cepat menahannya menggunakan kaki. "Sana Mas lanjutkan saja acaranya, kasihan Pak penghulunya lama menunggu."
"Sudah kukatakan, jika kamu tidak ikut denganku maka aku lebih baik kabur saja dari acara ini. Karena bagiku sangat mudah kabur dari sini," kata Demian tiba-tiba. Sehingga membuat Tamara panik seketika. "Ikut atau tidak?"
Tamara yang tidak punya pilihan lain pada akhirnya mau ikut dengan Demian.
"Baiklah, Mas tunggu sebentar aku ganti baju dulu," ucap Tamara.
Demian tersenyum saat mendengar ucapan sang istri yang mau ikut dengannya. "Aku akan menunggumu istriku Sayang."
Ara berbalik dengan bibir yang tersenyum getir. Karena ia sama sekali tidak pernah membayangkan kalau hari ini wanita itu akan benar-benar berbagi suami dengan adik tirinya. Dan tentu saja ini tidak pernah wanita itu bayangkan.
***
Tepat pvkvl 11.30 suara para tamu undangan mengucapkan kata sah sebagai penanda bahwa sekarang Demian dan Liana sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan itu artinya juga Tamara, wanita itu sudah resmi berbagai suami dengan Liana, sang adik tiri yang tidak tahu diri.
"Sah ...!"
"SAH ...!
"Saah ...."
Detik berikutnya suara itu terdengar sangat merdu di telinga Liana, sedangkan suara itu bagaikan mimpi buruk yang tidak pernah Tamara bayangkan dan inginkan.
"Aku mau ke belakang dulu Mas, lagipula sekarang Mas sudah sah menjadi suami Liana juga," bisik Tamara lirih dengan bibir yang bergetar.
"Jangan pergi Sayang," timpal Demian yang menahan tangan Tamara.
"Mas, orang-orang menatap kita, aku takut mereka akan tahu kalau kita suami istri," kata Tamara yang ternyata semua tamu undangan itu tidak ada yang tahu kalau Demian dan Tamara sudah menikah, yang para tamu itu tahu kalau Liana adalah wanita satu-satunya yang saat ini sangat beruntung itu karena telah mendapatkan hati Demian. Dan ini semua sengaja direncanakan oleh Aploso supaya keluarganya tidak menanggung malu sebab, keluarga Aploso terkenal dengan anti po li ga mi. Dan tentu saja Tamara sudah diberi tahu tentang ini sejak jauh-jauh hari.
Demian mengerutkan keningnya. "Bukankah kita memang suami istri, Meskipun aku tidak pernah menyentuhmu?" tanya Demian yang tidak tahu tentang semua ini. Karena Aploso tidak pernah memberitahu putranya itu.
"Para tamu undangan ini adalah tamu yang papa Aploso sewa Mas, karena tidak mungkin papa akan mengundang tamu yang datang di acara pernikahan kita waktu itu." Tamara mengatakan itu dengan suara sangat pelan. "Mengingat keluarga Mas anti yang namanya po li ga mi."
Demian pada detik itu juga langsung saja mengerti. "Pantesan, orang-orang ini terlihat sangat asing sekali di mataku. Papa rupanya sudah merencanakan ini semua dengan sangat matang."
"Iya Mas, jadi tolong lepaskan tanganku saat ini," pinta Tamara.
Demian menatap sang istri sebelum laki-laki itu melepaskan tangan Tamara dari tangannya, karena laki-laki itu takut jika nanti Aploso akan memarahinya.
"Dan aku minta, tolong jaga sikap Mas sedikit pada Liana, karena orang-orang di sini tahu kalau Mas dan Liana sama-sama saling mencintai. Bukan menikah atas dasar keterpaksaan.
***
Setelah rangkaian acara selesai dan tamu undangan sudah pulang, kini Demian merasa kalau saat ini laki-laki itu harus menemui Tamara. Namun, saat Demian akan melangkahkan kaki Liana malah menarik lengan laki-laki itu.
"Kak Demian mau kemana?" tanya Liana lembut. Karena mulai sekarang Liana akan memerankan peran yang sangat luar biasa supaya Demian akan bener-benar takluk dan bertekuk lutut padanya. Membuat Liana berpikiran kalau ia harus pandai-pandai dalam merebut hati laki-laki itu.
"Aku harus menemui Tamara," jawab Demian jujur.
"Kak bukankah ini malam pertama kita? Lalu untuk apa kak Demian ingin pergi meninggalkanku." Mata Liana terlihat mulai berkaca-kaca. "Lebih baik, kak Demian memberikan hakku sebagai istri kakak, karena aku wanita normal yang haus akan kasih sayang seorang laki-laki, apalagi sekarang aku sudah sah menjadi istri kak Demian. Dan semoga saja kakak mengerti dengan apa yang aku katakan ini."
"Kau dengar Liana, Ara saja sampai 1 bulan setengah ini tidak pernah aku sentuh, lalu kau sendiri dengan mudahnya mengatakan itu semua. Maaf aku tidak akan pernah terjebak lagi di dalam permainanmu untuk yang kedua kalinya."
"Aku istri kak Demian juga, apa kakak melupakan akan hal itu?"
Demian menatap Liana. "Kau dengar baik-baik Liana, bahwa pernikahan kita ini hanya akan sampai jika anak yang kau kandung itu lahir. Dan setelah itu semuanya akan berakhir, dan aku harap semoga kau mengerti dan paham sampai di sini. Karena mau sampai kapanpun rasa cintaku ini tidak akan bisa terbagi-bagi pada orang lain selain pada Ara. Wanita yang akan aku cintai sampai akhir hayatku."
Liana menggeleng kuat. "Tidak bisa, kak Demian juga harus mencintaiku, karena aku akan melahirkan generasi penerus untuk kak Demian. Dimana anak kita ini akan menjadi kebanggaan di keluarga Aploso ini."
"Tidurmu terlalu miring Liana, begitu juga dengan halumu yang tidak akan pernah terwujud itu," kata Demian yang benar-benar pergi meninggalkan Liana.
"Kak Demian!" panggil Liana dengan suara yang setengah berteriak. Namun, laki-laki yang diteriaki tidak mau menoleh dan malah terlihat tetap berjalan santai.
"Pokoknya aku akan pastikan kak Demian bersimpuh di bawah kakiku, iya, aku akan pastikan itu semua akan terjadi," gumam Liana membatin. "Bila perlu, akan aku singkirkan Tamara, wanita yang menjadi penghalangku untuk mendapatkan cintamu kak Demian," sambungnya membatin.
Tamara yang sedang berbaring sambil membayangkan malam ini adalah malam pertama sang suami dan adik tirinya. Terlihat sama sekali tidak bisa memejamkan mata sehingga ia terlihat terus saja bolak balik kekiri dan kekanan.
***
"Mencoba untuk ikhlas rupanya tidaklah mudah, apalagi Mas Demian adalah cinta pertamaku," kata Tamara.
"Jika kamu saja tidak bisa ikhlas maka Mas juga sama, merasa tidak bisa menyentuh wanita lain selain kamu Ara," sahut Demian yang tiba-tiba saja sudah duduk di pinggir ranjang. Dan entah sudah sejak kapan laki-laki itu ada disana. "Maafkan Mas yang pada waktu itu melakukan kesalahan yang teramat besar. Sehingga membuat dadamu terasa sesak sampai detik ini."
"Mas Demian, kenapa malah ada disini?" tanya Tamara yang merasa kaget. Sebab laki-laki itu bukannya bersama Liana malam ini. Tapi Demian malah mendatanginya.
"Mari kita melakukannya sekarang, anggap saja ini sebagai malam pertama yang dulu sempat tertunda, bagaimana apa kamu setuju, Sayang?" Bukannya menjawab pertanyaan sang istri Demian malah mengalihkan pembicaraan dengan cara menanyakan hal yang membuat Tamara akan menjadi ingat kejadian yang hampir saja membuat Tamara meminta cerai dengan laki-laki itu.
"Mas mau balas dendam?"
"Tidak Sayang, aku hanya ingin memberikan kamu hakmu malam ini, karena aku sebagai suami merasa sangat berdosa. Sebab sampai saat hingga detik ini belum memberikanmu tubuhku ini sepenuhnya. Maka izinkan aku untuk melakukan itu malam ini padamu, sebagai tanda cinta dan sayangku kepadamu, Ara." Suara Demian terdengar lirih dan berat.
"Mas, ini bukan waktu yang tepat."
"Kenapa?"
"Pikirkan perasaan Liana, Mas, karena pasti saat ini dia sedang menunggu Mas di ranjang pengantin kalian."
"Ara, jangan terus-terusan memikirkan perasaan orang lain, dan mulai sekarang coba pikirkan saja perasaanmu sendiri. Karena hidup ini tidak selamanya harus membuat orang lain senang dengan kita yang harus mengalah," ucap Demian yang tahu kalau sang istri saat ini sedang berusaha menyembunyikan luka di dalam hati kecilnya.
"Mas ...," panggil Tamara. "Jangan egois, karena sekarang aku harus berbagai suami dengan Liana," sambung Tamara.
"Mas akan menceriakan Liana jika anak itu sudah lahir," kata Demian sambil menatap lurus ke depan dinding tembok. Di mana di tembok itu ada foto pengantinnya dengan Tamara. "Karena jujur saja Mas tidak bisa membohongi diri Mas sendiri, kalau Mas tidak bisa membagi rasa cinta ini padanya." Demian menghela nafas. "Seperti katamu, Sayang, kalau Mas menikah dengannya hanya demi bayi yang saat ini masih ada di dalam kandungannya. Dan Mas harap kamu akan mengerti, Sayang. Sebab rasa cinta tidak akan pernah bisa di paksakan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments