"Kita nikahkan saja Liana dan Demian," kata Aploso, ayah dari Demian yang tiba-tiba saja memecahkan keheningan. "Lagipula Liana dan Tamara tidak sedarah, jadi sah-sah saja mereka di madu. Karena hanya dengan cara begini aib ini tidak akan membuat dua belah pihak akan menjadi malu," lanjut Aploso di saat semua orang hanya diam saja.
"Pa, aku tidak mau menduakan Tamara." Demian rupanya masih saja menolak untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah dia lakukan. "Apa susahnya, Liana menggugurkan saja kandungannya, dengan cara begitu semuanya akan selesai. Tanpa harus aku bertanggung jawab."
"Demian, kamu akan tetap menikah dengan Liana, meskipun kamu tidak setuju," ujar Renata, wanita yang telah melahirkan Demian itu. "Lagipula Tamara sudah setuju kalau dia di madu, dan Liana juga tidak keberatan. Jadi, apa yang mau kamu tunggu, Demian?"
"Aku yang tidak mau menduakan Tamara Ma, apa Mama pikir semua hal bisa dipaksakan? Termasuk menikahi Liana?"
Ara, wanita itu terlihat begitu tenang. Namun, siapa sangka di dalam benaknya wanita itu berdoa kalau ini semua hanya sebuah mimpi yang tidak akan pernah terjadi. Sehingga dari tadi ia hanya bisa diam saja tapi dengan isi kepala yang terus saja berisik.
Sedangkan Kinanti masih saja terus menangis, karena rasa kecewanya pada sang putri teramat besar. Sehingga wanita paruh baya itu tidak mampu mengucapkan sepatah kata saja.
Beda halnya dengan Liana, gadis itu juga terlihat masih saja menangis tapi di dalam benaknya dia bersorak penuh kemenangan. Karena Demian akan menjadi suami, sekaligus anak yang ia kandung saat ini.
"Kalau saya pribadi, hanya akan mengikuti apa keputusan dari keluarga Anda saja Pak Aploso," ucap Herdi, laki-laki yang saat ini terlihat sedang merangkul putrinya itu. Karena ia berharap kalau Tamara akan kuat menghadapi ujian dalam rumah tangga putrinya itu. Herdi juga tidak bisa marah pada Liana, sebab Liana juga sangat ia sayangi sama halnya seperti ia menyayangi Tamara yang anak kandungnya sendiri.
Kecewa? Jelas, dan tentu saja itu yang dirasakan oleh Herdi. Namun, mau bagaimana lagi, ibarat nasi sudah menjadi bubur tidak akan mungkin akan bisa menjadi beras lagi. Membuat ayahnya Tamara itu hanya bisa menerima keputusan apa yang akan Demian berikan. Karena ia tahu saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk berdebat demi menjaga perasaan sang istri, dan juga kedua putrinya yang satu anak kandung dan satu lagi anak tirinya. Namun, Herdi sama sekali tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang yang ia berikan pada Ara dan juga Liana.
"Maaf sebelumnya kalau saya lancang Pak Herdi," kata Aploso memecahkan keheningan. Setelah kedua pihak itu tadi lama terdiam. "Begini Pak, meskipun Demian tidak setuju kalau dia menikah dengan Liana. Tapi saya janji, dalam waktu dekat ini mereka sudah akan sah menjadi pasangan suami istri."
"Papa ...."
"Diam Demian, karena apa yang sudah kamu lakukan harus kamu pertanggung jawabkan semuanya. Karena Papa dan Mama tidak mau menanggung dosa yang telah kamu perbuat, jika kamu masih saja terus menolak untuk menikah dengan Liana." Aploso terlihat menghela nafas. "Intinya kamu dan Liana harus tetap menikah, demi bayi yang masih ada di dalam perut Liana," sambung Aploso, yang benar-benar sudah setuju kalau putranya menikahi Liana dan itu artinya kalau ia akan memiliki dua menantu sekaligus dari satu keluarga yang sama.
"Sudahlah Demian, karena apa yang dikatakan oleh Papamu itu benar semua. Yang sekarang harus kamu lakukan hanya setuju, dan tidak boleh membantah. Mama berharap hanya untuk kali ini saja kamu jadi anak yang penurut bukan pembangkang."
Demian tidak membalas kalimat kedua orang tuanya, karena sekarang laki-laki itu malah terlihat berdiri sambil meraih tangan sang istri. "Ayo Tamara, kita pergi jauh saja dari sini, biar kita bisa hidup dengan tenang tanpa ada drama seperti ini." Demian berharap kalau Ara mau ikut dengannya. Tapi, apa daya harapan laki-laki itu harus sirna di saat melihat sang istri menggeleng tanda tidak setuju.
"Jika Mas Demian tidak mau menikah dengan Liana, maka hari ini aku akan pergi ke pengadilan dan akan mengajukan surat gugatan cerai," ucap Ara mengancam sang suami. "Karena aku tidak mau hidup dengan laki-laki yang egois seperti Mas Demian." Ara menatap sang suami dengan tatapan sendu. "Sekarang, keputusan ada di tangan Mas," sambung wanita yang saat ini sedang berpura-pura tegar dihadapan semua orang itu.
"Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi, Ara? Sehingga kau terus saja memaksaku untuk menikah dengan Liana."
"Justru, aku sangat mencintaimu, Mas, karena hanya dengan cara begini aib Mas Demian akan tertutup sempurna. Sebab aku tidak mau gara-gara ini semua Mas akan dijauhi oleh rekan-rekan bisnis Mas sendiri. Aku harap sampai disini Mas akan paham dan mengerti." Meski dada Ara sesak saat mengatakan itu semua. Namun, wanita itu tetap berusaha terlihat tenang. "Jika Mas ingin tetap bersamaku, maka dalam waktu dekat ini Mas harus menikah dengan Liana. Jangan malah menjadi laki-laki pengecut yang mau lari dari tanggung jawab."
Demian terdiam, karena bagi laki-laki itu ini pilihan yang sangat sulit. Mengingat Ara sama sekali tidak pernah berdusta saat mengatakan suatu hal. Sehingga membuat Demian berpikir kalau ia lebih baik setuju daripada ia harus kehilangan cinta pertamanya itu.
"Baiklah, daripada aku berpisah denganmu, Ara. Maka aku memilih untuk menikah dengan Liana. Hanya untuk bertanggung jawab," ujar Demian lirih sambil menunduk. Sebab laki-laki itu tidak pernah membayangkan kalau dirinya akan menduakan Ara. Apalagi menduakan sang istri dengan Liana yang nyata-nyata adik tiri Ara. Meskipun kedua wanita itu tidak sedarah. "Kapan acara pernikahan itu akan diadakan?" tanya Demian yang terus saja menatap sang istri.
"Satu minggu lagi," jawab Renata. Karena wanita itu tidak mau kalau sampai pikiran putranya itu berubah. "Iya, Demian satu minggu lagi, kamu akan menikahi Liana."
...----------------...
Dukung Author dengan cara Like dan Komen, suapaya semakin bersemangat buat up😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments