Renata mengerutkan kening sebab ia heran, karena wanita itu hanya melihat Tamara saja yang pulang tanpa ada Demian. Sehingga wanita itu bertanya pada menantunya itu tentang keberadaan putranya saat ini.
"Ara, suami kamu kamana?" tanya Renata yang terlihat sedang memegang secangkir kopi di tangannya, karena tadi wanita itu ingin meminumnya tapi gara-gara kedatangan Tamara, wanita itu malah tidak jadi meminumnya dan ia kini meletakkannya kembali ke atas meja.
"Mas Demian, katanya ada lembur ma, makanya dia pulang nanti agak larut malaman dikit," jawab Tamara yang sekarang terlihat ikut duduk di sofa tepat sebelah Kinanti.
"Anak itu, sudah di bilangin sore ini dia harus pergi ke butik bersama Liana, emang Demian itu benar-benar," gerutu Renata yang merasa kesal dengan putranya sendiri. "Hm, maaf ya, Jeng Kinanti. Sepertinya Liana dan Demian sore ini tidak jadi pergi ke butik." Kini Renata terlihat memasakan bibirnya untuk tersenyum. Karena saat ia merasa tidak enak hati dengan Kinanti. Wanita paruh baya yang lagi-lagi harus menjadi calon besannya itu untuk kedua kalinya.
"Tidak apa-apa Jeng, masih ada hari esok, karena acaranya juga tinggal dua hari lagi," timpal Kinanti. "Kalau begitu saya dan Liana pamit pulang dulu," ucap wanita paruh baya itu yang terlihat sudah siap akan beranjak dari duduknya.
Namun, tiba-tiba saja Tamara malah menahan tangan ibu tirinya itu. "Biarkan aku yang akan menemani Liana ke butik, Bu," kata Tamara yang saat ini bisa melihat jelas kalau raut wajah sang ibu tiri yang pasti kecewa. Karena sudah jauh-jauh datang bersama Liana ke rumahnya tapi Demian malah tidak bisa pergi ke butik.
"Tidak usah 'Nak, biarkan saja adikmu besok pergi bersama Demian," tolak Kinanti yang tahu kalau Tamara pasti sangat lelah saat ini karena wanita itu baru saja pulang bekerja.
"Tidak apa-apa Bu, lagipula aku tahu ukuran serta jas yang seperti apa yang Mas Demian sering kenangan," ujar Tamara.
"Nah, benar Jeng, apa yang di katakan oleh Ara. Kalau begitu biarkan saja Ara dan Liana yang pergi. Kita di sini akan memilih kartu undangan dan kue apa saja yang harus di hidangkan untuk para tamu undangan," kata Renata yang terlihat sangat antusias.
"Bukannya acaranya kecil-kecilan Jeng?" tanya Kinanti.
"Iya Jeng, acaranya memang kecil-kecilan, tapi kita harus tetap menyiapkan hidangan untuk tamu," jawab Renata. "Tidak mungkin tamu undangan hanya makan angin saja, bisa-bisa jatuh harga diri keluarga kita," sambung Renata terkekeh-kekeh.
"Ya sudah, kalau begitu aku sama Liana pergi dulu," pamit Tamara meski saat ini wanita itu sangat terasa lelah dan butuh istirahat. Namun, karena ia memikirkan perasaan Kinanti. Wanita itu lebih memilih untuk menyembunyikan rasa lelahnya. Dan kebetulan hari ini ia bekerja membantu para karyawannya untuk mengusun beberapa baju yang di pajang di toko membuat tenaga wanita itu menajdi banyak terkuras. "Ayo Liana, kita harus cepat pergi, sebelum butiknya tutup," ajak Tamara.
Sedangkan Liana tetap diam saja meskipun gadis itu terlihat berdiri. Karena yang di harapkan oleh Liana saat ini ia dan Demian yang seharusnya pergi ke butik bukan malah bersama Tamara, kakak tiri yang sangat ia benci. Namun, Liana tetap berpura-pura baik di hadapan semua orang seperti sekarang ini.
"Liana, jangan cemberut dong," kata Renata yang tidak sengaja melihat wajah Liana yang masam. "Itu kamu akan tetap pergi bersama kakak kamu Tamara ke putik. Sana gih, dan jangan cemberut lagi."
"Iya Tante, maaf karena memang belakangan ini mood-ku mudah berubah-ubah, kadang bahagia kadang ya begini." Liana mengatakan itu semua karena ia tidak mau kalau Renata berpikiran yang bukan-bukan pada dirinya meskipun faktanya memang begitu.
"Mungkin saja bawaan ibu hamil," sahut Kinanti.
"Jeng Kinanti benar juga," balas Renata. "Lho, kok diam saja. Sana kalian berangkat," kata Renata saat melihat Tamara dan Liana hanya diam saja.
"Kalau begitu aku sama kak Ara pergi dulu Tante, dan aku minta titip Ibu ya Tante." Itu kalimat hanya untuk sekedar berbasa basi saja bagi Liana. Supaya ia terkesan menjadi calon menantu yang baik di depan Renata.
"Pokoknya aku harus bisa mengambil hati Tante Renata, biar dia lebih sayang padaku ketimbang Ara, wanita yang jelas-jelas sangatku benci ini," batin Liana. Yang merasa selama ini kasih sayang Kinanti hanya untuk kakak tirinya itu saja. Sehingga timbul rasa iri dan dengki di hati gadis yang saat ini sedang mengandung itu.
****
"Kakak boleh pilahkan aku kebaya mana saja yang cocok untuk aku kenakan nanti pas akad nikah," kata Liana pada Tamara saat mereka sudah sampai di butik.
Tamara menatap adik tirinya yang sebentar lagi akan menjadi madunya itu. Sambil berkata, "Kenapa harus kakak, yang memilihnya untukmu? Apa kamu tidak punya keinginan tentang kebaya warna seta model yang seperti apa yang akan kamu kenakan di hari H itu?" tanya Tamara yang merasa heran dengan adik tirinya.
"Kakak saja yang pilihkan untukku, karena tiba-tiba saja aku malah menjadi mual gara-gara memcium baju baru yang ada di butik ini." Liana adalah gadis yang sangat luar biasa dalam memerankan perannya sebagai pelakor yang ingin berlebel menjadi istri sah. Dari seorang Demian dan gadis itu sama sekali tidak keberatan dimadu dengan kakak tirinya sendiri. "Kak Ara tidak keberatan 'kan?"
Tamara terlihat menghela nafas. "Tidak, kalau kamu benar-benar merasa mual, kamu boleh duduk di sofa itu. Dan biarkan kakak yang akan memilih kebayanya." Meski ada rasa sesak di hati wanita itu. Namun, ia tetap berjalan menjauh dari Liana hanya ingin mencari kebaya yang cocok untuk gadis yang sedang hamil itu.
"Kuatkan aku Tuhan, tolong kuatkan aku ...," gumam Tamara lirih di dalam benaknya. Karena mau sekuat apapun ia menjaga hatinya agar tidak sakit. Itu terdengar sangat mustahil sebab laki-laki yang sangat ia cintai dan sudah sah menjadi suaminya itu akan menikah lagi dalam waktu 48 jam lagi atau bisa di sebut 2 hari lagi.
"Yang simple dan elegan ya, kak Ara, dan tentunya jangan terlalu murah!" seru Liana saat melihat Tamara menjauh darinya.
Sedangkan Tamara yang mendengar itu hanya bisa mengangguk dari jauh saja. Sebagai tanda respon wanita itu pada sang adik tiri. Meskipun saat ini rasanya Tamara ingin pergi jauh, sejauh mungkin. Karena ia tidak sanggup menerima semua kenyataan pahit ini.
...----------------...
Jangan lupa mempir ke karya besiku, pokoknya rekomendasi banget😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments