Merasa Panik

Keesokan paginya tepat pu kul 08.30 Tamara belum juga bangun, karena wanita itu semalam tidur tepat jam 2 dini hari membuat Tamara pagi ini sangat sulit sekali di bangunkan padahal di luar Kinanti dan Herdi terus saja menggedor-gedor pintu kamar wanita itu. Namun, Tamara yang masih asik berada di dalam bawah sadarnya tidak mendengar suara gedoran pintu yang sangat keras di luar itu.

Sedangkan di luar kamar Tamara, Herdi berusaha terus mendobrak pintu kamar putrinya itu. Karena laki-laki itu berpikiran kalau ada sesuatu yang terjadi di dalam.

"Pa, rusak saja pintunya, karena ibu takut kalau ada suatu hal yang terjadi dengan Ara," ucap Kinanti, yang merasa khawatir dengan keadaan anak tirinya itu saat ini. "Mengingat Ara selama ini tidak pernah bangun kesiangan, ayolah pa, terus dobrak pintunya sampai pintu ini terbuka," ujar wanita itu yang sangat cemas.

"Iya ibu, papa sedang berusaha," sahut Herdi menimpali sang istri. Dan sekarang laki-laki itu terlihat malah mengambil kampak karena ia ingin merusak pintu itu. "Ibu minggir dulu, karena papa mau membuka pintu ini dengan kampak," kata Herdi terlihat mundur beberapa langkah. Dan tepat pada saat ia mengayunkan kapak itu tiba-tiba saja Demian datang dan malah menghentikan Herdi.

"Pa, apa yang ingin papa lakukan, pada pintu kamar Ara?" tanya Demian dengan kening berkerut. Sebab laki-laki itu merasa heran.

"Tamara, di dalam tidak mau membuka pintu dan dia sama sekali tidak mau menyahut meski papa dan ibu sudah manggilnya puluhan kali," jawab Herdi dengan raut wajahnya yang sendu. "Sehingga membuat papa memutuskan untuk membuka pintu ini dengan cara dirusak," lanjut Herdi.

"Iya benar 'Nak, apa yang dikatakan oleh papa tadi. Ara tidak kunjung mau membuka pintu, membuat kami merasa khawatir takut terjadi apa-apa dengan Ara," timpal Kinanti yang malah semakin terlihat cemas.

Demian terlihat langsung saja menggulung kedua lengan bajunya. "Kalau begitu, papa sama ibu minggir dulu, biar aku yang akan mencoba untuk mendobrak pintu ini." Demian kemudian mengambil ancang-ancang ingin mendobrak pintu itu. Dan pada detik berikutnya saat ia berlari akan mendobrak pintu tiba-tiba saja pintu itu malah terbuka dengan sendirinya dan untung saja langkah kaki laki-kali itu tepat berhenti di depan pintu itu.

Dan terlihat Tamara yang baru bangun dari tidurnya dengan rambut yang acak-acakan menguap beberapa kali, karena saat ini wanita itu belum mengerti apa yang telah terjadi di tambah nyawa Tamara belum sepenuhnya terkumpul sempurna. Membuat wanita itu hanya bisa melongo saja sambil melihat wajah ketiga orang yang sedang berdiri di depannya saat ini secara bergantian.

"Sayang, apa kamu tidak apa-apa?" Demian terlihat memegang kedua lengan atas Tamara sambil membolak-balikkan badan sang istri. Karena laki-laki itu juga merasa sangat takut jika sesuatu hal yang buruk terjadi pada kekasih pujaan hatinya itu. "Ara Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Demian malah bertanya sekali lagi pada wanita yang masih saja melongo dan dengan tatapan matanya yang masih sayu itu. Karena kemungkinan besar saat ini Tamara masih sangat mengantuk.

"Mas, Papa, ibu apa yang sedang kalian lakukan berkumpul di depan kamarku seperti ini?" Akhirnya Tamara mau membuka suara. Setelah wanita itu dari tadi hanya diam saja. "Pa, kenapa juga Papa bawa kampak?" Mata wanita itu menyipit sempurna.

"Nanti Papa ceritakan sekarang lebih baik kamu mandi saja dulu dan setelah itu baru turun ke bawah, karena kita akan sarapan bersama," ucap Herdi yang sekarang bisa bernafas lega karena ia melihat tidak ada yang terjadi dengan putrinya itu. "Kalau begitu Papa dan ibu akan menunggu kalian berdua di ruang makan," sambung Herdi, yang berjalan pergi bersama Kinanti.

Setelah Herdi dan Kinanti pergi Demian segera membawa Tamara untuk masuk ke dalam kamar wanita itu.

"Mas, lepaskan!" Tamara tiba-tiba saja menepis tangan sang suami.

"Sayang, kenapa kamu malah menepis tanganku?" Demian bertanya seraya meraih tangan Tamara lagi. "Apa kamu marah kalau aku tadi malam tidak datang ke sini, menemani kamu tidur?"

Mendengar itu Tamara tiba-tiba saja mengingat kejadian yang semalam. "Jadi, yang semalam itu benar-benar bukan Mas Demian," batin Tamara.

"Sayang, maaf jika itu yang membuatmu marah karena tadi malam aku ada lembur di kantor." Demian menjelaskan pada sang istri kenapa ia tadi malam tidak datang. "Sekali lagi maafkan aku, Sayang."

"Hm, Mas Demian tunggu aku di bawah saja, karena aku mau mandi dulu," ucap Tamara yang sekarang malah menyuruh demian menunggunya di bawah. "Aku janji, tidak akan mandi lama-lama," lanjut wanita itu yang sekarang terlihat mendorong dada bidang sang suami.

"Aku akan menunggu kamu disini Sayang," timpal Demian yang tidak mau turun ke lantai bawah.

Tamara yang tidak mau membuat Demian berpikiran yang tidak-tidak dengan cepat mengiyakan laki-laki itu.

"Baiklah, kalau begitu aku mandi dulu. Dan Mas bisa tunggu aku sebentar di sini." Tamara lalu terlihat berjalan menuju ke kamar mandi.

***

Di tempat lain, Tami yang mendengar penuturan Burhan, sang suami yang mengatakan kalau putrinya akan di madu. Dengan sangat marah malah mendobrak meja di depannya.

"Kurang ajar! Ternyata ibu dan anak itu sama-sama sangat menjijikan. Dan bagaimana keadaan putriku?" Raut wajah Tami jelas terlihat kalau saat ini wanita itu sangat marah.

"Tamara tidak menolak untuk dimadu,

dan dia sendiri yang meminta suaminya untuk menikah dengan Liana." Burhan menjawab sesuai yang dikatakan oleh mata-mata yang ia kirim untuk memata-matai keluarga itu.

"Ini tidak bisa di biarkan Mas, pokoknya aku harus datang ke rumah Mas Herdi. Bisa-bisanya laki-laki itu setuju-setuju saja melihat Ara, pitriku akan di madu!" geram Tami dengan sorot mata kebencian. "Cukup ibunya saja yang dulu menjadi pelakor antara aku dan Mas Herdi."

"Ma, tenangkan diri kamu dulu, jangan sampai Adelia mendengar suara Mamanya berteriak seperti ini," ucap Burhan yang berusaha menenangkan istrinya itu dan Adelia adalah nama putri mereka yang masih duduk di bangku sekolah SMP. Karena tepat setelah mereka menikah Burhan dan Tami dikaruniai anak yang mereka beri nama Adelia Putri.

"Mas, aku tidak bisa membiarkan ini terjadi. Dan aku minta tolong antarkan aku ke rumah itu lagi," pinta Tami yang membayangkan kalau Tamara saat ini pasti sedang terluka. Karena dulu sebelum ia dan Herdi berpisah Tami rupanya sempat dimadu dengan Kinanti. Oleh sebab itu, bayangan dirinya yang merasa hancur dan sakit hati di kala itu, ini kembali terngiang-ngiang di memori kepala wanita itu. "Mas tolong antar aku ke sana."

"Jika mama, pergi ke sana hanya untuk membuat keributan maka papa tidak mau mengantarkan mama ke sana," balas Burhan membalas kalimat sang istri. "Karena aku tidak mau kalau sampai gara-gara ini, Tamara akan semakin membenci mama," lanjut Burhan, laki-laki yang selama ini berusaha menyembuhkan trauma pada wanita yang saat ini sudah sah menjadi istrinya itu.

Sebab dulu saat Tami memilih bercerai dengan Herdi, wanita itu begitu hancur, bukan hancur karena berhasil berpisah dengan Herdi melainkan merasa sangat hancur gara-gara Tami dipisahkan oleh Tamara sang putri yang masih berumur 10 tahun. Dan bukan cuma itu saja ternyata Herdi juga mengarang-ngarang cerita kalau Tami berselingkuh dan pergi bersama selingkuhannya itu, yaitu Burhan. Dan apa yang dikatakan oleh Herdi itu supaya Tamara tidak terus-terusan meminta untuk bertemu dengan Tami.

Episodes
1 Hari H
2 Awal Mula Kehancuran
3 Malam yang Penuh Air Mata
4 Kenyataan yang Pahit
5 Meminta Untuk Di Gugurkan
6 Kemarahan Kinanti
7 Demian Setuju
8 Meluapkan Isi Hati
9 Merasa Panik
10 Kedatangan Tami
11 Kedatangan Bara ke Toko
12 Tamara dan Demian
13 Pergi ke Butik
14 Berbagi Suami
15 Sopir dan Pengawal Pribadi
16 Sarapan Bersama
17 Kejutan untuk Tamara
18 Ulang Tahun Tamara
19 Kadang Bijak dan Kadang Egois
20 Berwaspada
21 Kemesraan Demian dan Tamara
22 Tamara Wanita yang Baik
23 Pergi ke Luar Kota
24 Acara Reunian
25 Reunian ll
26 Menyusun Rencana
27 Fakta yang Mengejutkan
28 Menyimpan Rahasia Berdua
29 Bercanda Malah Meminta Haknya
30 Ingin Memiliki Anak
31 Demian Menemui Liana
32 Gas Tipis-Tipis
33 Tertunda
34 Obat Pera ngsang
35 Kembali Kecewa dan Terluka
36 Tamara Dalam Pengaruh Obat Per*ngsang
37 Tidak Ada Pilihan Lain
38 Kesucian yang di Renggut
39 Bab 39
40 Demian Bangun
41 Di dalam Kamar Tamara
42 Tamara Mencoba Mencari Tahu kebenaran
43 Merasa Pusing dan Mual
44 Positip Hamil
45 Takut
46 Bara Marah
47 Merasa Mual Lagi
48 Perdebatan Kecil
49 Moodnya Cepat Berubah-Ubah
50 Penyatuan yang Berakhir tak Sesuai Keinginan
51 Rahasia yang Akan Terungap
52 Pingsan
53 Bab 53
54 Kebenaran yang Terungkap.
55 Terpaksa Berbohong
56 Demian Marah
57 Asam Jawa
58 Mengakui
59 Tahu Ayah Bayi yang Dikandung
60 Liana Datang
61 Dalam Bahaya
62 Malam yang S*al Bagi Demian
63 Di Rumah Sakit
64 Menuduh Bara
65 Disalahkan
66 Datang ke Apartemen
67 Hanya Untuk Membantu
68 Kembali di Usir
69 Bab 69
70 Tahu Dari Mulut Orang lain
71 Bab 71
72 Perubahan yang Sangat Derastis
73 Terluka
74 Iblis
75 Berpura-Pura Baik
76 Sama Saja
77 Mama (Kedatangan Sang Ibu)
78 Kebenaran
79 Bab 79
80 Siapa yang Jahat?
81 Hanya Memakai Topeng
82 Obat Penghilang Ingatan
83 Di Nyatakan Buta
84 Mulai Merasa Aneh
85 Dua Wanita Licik
86 Bab 86
87 Tanda Tangan
88 Orang Suruhan
89 Sifat Asli
90 Putus Asa
91 Bab 91
92 Gagal Total
93 Hanya Janda
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Promo novel baru
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Hari H
2
Awal Mula Kehancuran
3
Malam yang Penuh Air Mata
4
Kenyataan yang Pahit
5
Meminta Untuk Di Gugurkan
6
Kemarahan Kinanti
7
Demian Setuju
8
Meluapkan Isi Hati
9
Merasa Panik
10
Kedatangan Tami
11
Kedatangan Bara ke Toko
12
Tamara dan Demian
13
Pergi ke Butik
14
Berbagi Suami
15
Sopir dan Pengawal Pribadi
16
Sarapan Bersama
17
Kejutan untuk Tamara
18
Ulang Tahun Tamara
19
Kadang Bijak dan Kadang Egois
20
Berwaspada
21
Kemesraan Demian dan Tamara
22
Tamara Wanita yang Baik
23
Pergi ke Luar Kota
24
Acara Reunian
25
Reunian ll
26
Menyusun Rencana
27
Fakta yang Mengejutkan
28
Menyimpan Rahasia Berdua
29
Bercanda Malah Meminta Haknya
30
Ingin Memiliki Anak
31
Demian Menemui Liana
32
Gas Tipis-Tipis
33
Tertunda
34
Obat Pera ngsang
35
Kembali Kecewa dan Terluka
36
Tamara Dalam Pengaruh Obat Per*ngsang
37
Tidak Ada Pilihan Lain
38
Kesucian yang di Renggut
39
Bab 39
40
Demian Bangun
41
Di dalam Kamar Tamara
42
Tamara Mencoba Mencari Tahu kebenaran
43
Merasa Pusing dan Mual
44
Positip Hamil
45
Takut
46
Bara Marah
47
Merasa Mual Lagi
48
Perdebatan Kecil
49
Moodnya Cepat Berubah-Ubah
50
Penyatuan yang Berakhir tak Sesuai Keinginan
51
Rahasia yang Akan Terungap
52
Pingsan
53
Bab 53
54
Kebenaran yang Terungkap.
55
Terpaksa Berbohong
56
Demian Marah
57
Asam Jawa
58
Mengakui
59
Tahu Ayah Bayi yang Dikandung
60
Liana Datang
61
Dalam Bahaya
62
Malam yang S*al Bagi Demian
63
Di Rumah Sakit
64
Menuduh Bara
65
Disalahkan
66
Datang ke Apartemen
67
Hanya Untuk Membantu
68
Kembali di Usir
69
Bab 69
70
Tahu Dari Mulut Orang lain
71
Bab 71
72
Perubahan yang Sangat Derastis
73
Terluka
74
Iblis
75
Berpura-Pura Baik
76
Sama Saja
77
Mama (Kedatangan Sang Ibu)
78
Kebenaran
79
Bab 79
80
Siapa yang Jahat?
81
Hanya Memakai Topeng
82
Obat Penghilang Ingatan
83
Di Nyatakan Buta
84
Mulai Merasa Aneh
85
Dua Wanita Licik
86
Bab 86
87
Tanda Tangan
88
Orang Suruhan
89
Sifat Asli
90
Putus Asa
91
Bab 91
92
Gagal Total
93
Hanya Janda
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Promo novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!