Tamparan mendarat sempurna di pipi mulus gadis yang saat ini mengaku sedang hamil di depan sang ibu. Membuat darah Kinanti seolah-olah langsung saja mendidih.
"Apa yang telah kamu lakukan Liana? Bisa-bisanya kamu mengaku kalau saat ini sedang hamil. Di mana letak otakmu?" Wanita paruh baya itu terlihat sangat marah. Tatkala mendengar sang putri mengaku kalau sedang hamil. "Mungkin saja, kalau Ayahmu masih hidup maka kamu akan langsung di bvnvh, karena dia tahu kalau putri yang dulu sangat ia bangga-banggakan kelakuannya tidak lebih dari pada je la ng!" Nafas Kinanti naik turun. Karena kali ini ia benar-benar sangat merasa kecewa dengan apa yang ia dengar dari mulut sang putri. "Sekarang kemasi barang-barangmu, dan angkat kaki dari rumah ini! Karena Ibu tidak sudi menampung seorang je la ng sepertimu!" bentak Kinanti yang sekarang terdengar malah mengsir anaknya dari rumah Herdi, ayah dari Tamara.
"Pergi dari sini!" Kinanti memekik saat Liana bersimpuh di kaki wanita paruh baya itu. "Keluar dari rumah ini, sebelum papa kamu tahu, kalau kamu ini mengandung bayi ha ram!" Kinanti yang sangat marah terlihat menyeret Liana keluar dari rumah itu. "Pergi dari sini Liana!"
"Ibu, ini anak kak Demian," kata Liana di sela-sela isak tangisnya. Sehingga membuat Kinanti yang menyeretnya dari tadi langsung saja berhenti dan menatap gadis itu. "Iya, Bu, anak yang aku kandung ini adalah darah daging kak Demian," lanjut Liana.
Kinanti langsung saja tertunduk lemas tak berdaya di saat kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut sang putri, yang selama ini selalu ia sanjung dan juga ia bangga-banggakan di depan Herdi, sang suami yang sangat Kinanti cintai.
"Maafkan aku dan kak Demian, Bu, karena kita melakukan ini atas dasar suka sama suka," ucap Liana yang sekarang malah berbohong. "Tepat satu bulan yang lalu, aku lah yang menjadi pengganti di malam pertama kak Ara. Aku dan kak Demian melakukan itu sehingga aku bisa hamil seperti sekarang ini." Liana memang gadis yang sudah tidak perawan itu lagi sungguh sangat pandai membual. "Aku ... aku, waktu itu tidak bisa menolak, karena kak Demian terus saja memaksaku. Sehingga membuatku terbuai dengan rayuan manisnya."
Tubuh Kinanti semakin lemas saat wanita paruh baya itu semakin jauh mendengar apa yang di katakan oleh Liana. Sehingga wanita paruh baya itu hanya bisa memegang da danya yang terasa sangat sesak.
"Kamu benar-benar murahan Liana!" bentak Kinanti dan air matanya langsung saja mengalir deras. "Demian itu suami kakak kamu Tamara, tapi kenapa kamu setega ini Liana!" Tangan Kinanti terangkat wanita paruh baya itu ingin menampar Liana sekali lagi.
Namun, Ara yang baru saja datang bersama Demian dan kedua orang tua laki-laki itu dengan cepat menghalangi tangan sang ibu tirinya itu.
"Ibu, aku mohon, jangan sakiti Liana, aku mohon ...." Ara masih saja menahan tangan Kinanti. "Semuanya sudah terjadi, yang sekarang harus kita lakukan adalah, menyelesaikan masalah ini, Bu."
"Papa kamu akan mengusir ibu dari rumah ini Ara, jika dia tahu kalau Liana hamil." Ternyata Kinanti takut kalau Herdi sang suami akan mengusir dirinya dari rumah itu. "Sekarang, apa yang harus ibu lakukan?"
"Hapus air mata ibu, dan mari kita temui keluarga Mas Demian di luar, dan juga aku sudah memanghubungi Papa untuk segera pulang dari kantor." Tamara yang bawaannya sangat tanang, tidak memancarkan raut kekecewaan pada mimik wajah wanita itu. Padahal saat ini rasanya Ara sudah tidak sanggup lagi untuk bertahan hidup. Karena ia harus rela melihat laki-laki yang sangat ia sayangi harus menikah dengan sang adik tiri.
"Ara maafkan adik kamu Liana," kata Kinanti lirih. "Tolong maafkan dia, karena gara-gara dia hubungan rumah tangga kamu menjadi berantakan."
"Bu, sudah, sekarang lebih baik ayo kita keluar," ajak Ara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments