Hawa dari musim dingin masih terasa. Suhu diperkirakan minus satu derajat, dengan hujan salju yang masih mengguyur. Seperti biasanya Sena pergi untuk bekerja paruh waktu. Mengapa hari ini tidak menghentikannya? Tentu saja karena hari ini Light harus mengunjungi seseorang.
Earphone terpasang di telinganya. Tengah menghubungi seseorang."Bisa membantuku?"
Matanya mengamati penampilannya sendiri, setelah mengenakan setelan hitam, jas hitam panjang berbentuk bagai jubah dikenakannya menahan hawa dingin menerpa tubuhnya.
"Ini bukan misi resmi, jadi aku tidak bisa membayar kalian. Ingat aku orang miskin?" Ucap sang pemuda pada orang di seberang sana, sembari memakai topeng Inari, dengan hiasan benang merah di kedua ujungnya.
"Baik jika kalian membantuku. Aku berjanji akan satu tim dengan kalian di setiap misi." Kalimat yang diucapkannya, tersenyum dingin menggunakan sarung tangan hitam.
"Kita bertemu di dekat rumah ayah mertuaku..." Kalimat terakhir yang diucapkan Enkai sebelum mematikan panggilannya.
Pemuda yang membuka pintu kaca balkon. Merasakan angin menerpa tubuhnya. Rambut putih yang terkena hembusan angin. Sang pemuda yang membuat ruang dimensi kemudian melompat dari balkon masuk ke dalamnya.
*
Di tempat lain dua orang tengah berada dalam mobil mereka. Setelah bertahun-tahun dua orang itu pada akhirnya memiliki mobil. Sungguh perkembangan yang besar, walaupun sampai saat ini uang mereka belum cukup untuk membeli rumah.
Harga rumah termurah di kota besar sekitar 6 miliar. Entah berapa misi yang harus dijalani agar memiliki hunian. Namun harapan untuk mengumpulkan uang itu tetap ada. Tercium bau uang semenjak menjadi rekan tim dari ketua mereka tercinta.
Jadi untuk mempertahankan rekan tim seperti Light, dibayar gratis sehari juga tidak apa-apa. Itulah prinsip mereka saat ini.
"Dia bilang alamatnya dimana? Di dekat kawasan ini bukan?" tanya Kairi hendak kembali mengatur GPS.
"Sudah aku saja yang atur! Kamu konsentrasi menyetir saja." Ucap Arashi juga bingung dengan kawasan ini.
"Sebenarnya ada masalah apa dengan mertuanya. Apa dia kesal karena istrinya jelek? Lalu menghina istrinya, berselingkuh dengan wanita lain yang lebih cantik. Ayah mertuanya tidak terima, membawa putrinya tercinta pulang. Lalu Light selaku psikopat yang kesal, akan membunuh istri dan seluruh keluarganya?" Prediksi aneh dari Kairi.
"Terlalu banyak membaca novel tentang wanita teraniaya." Cibir Arashi, memijit pelipisnya sendiri.
"Lalu tentang apa!? Istrinya berwajah hancur begitu, apa yang perlu di perdebatkan?" tanyanya sesumbar.
"Dia cantik," kalimat yang diucapkan seseorang. Suara yang pernah mereka dengar bagaikan ada di kursi penumpang bagian belakang.
"Cantik apanya!? Monster bahkan lebih---" Kalimat Kairi terhenti menyadari suara di kursi penumpang bagian belakang.
Kriet!
Mobil di rem mendadak olehnya."Li---light? Sejak kapan ada disini?" tanya Kairi gelagapan, menengok ke arah belakang.
"Tadi," jawaban ambigu dari Enkai, pemuda yang tengah memakan ayam goreng yang tidak laku dijualnya.
"Benar! Sena sangat cantik! Bahkan selebriti yang ada di TV saja kalah. Kecantikan yang benar-benar hakiki. Walaupun tidak tercermin dari wajahnya, tapi ukuran bagian depannya benar-benar sempurna. Membuat pria manapun ingin merebahkannya di tempat tidur dan---" Kalimat Kairi terhenti menyadari ada kupu-kupu besi di sekitar lehernya. Pemuda yang ketakutan menelan ludahnya sendiri.
"Kamu ingin melecehkannya?" tanya Enkai, menjilat bagian atas dan bawah bibir sendiri yang sedikit terkena saus tomat.
"Ti... tidak bukan itu maksudku. Maksudku dia punya inner beauty!" Alasan Kairi cepat, kupu-kupu yang menghilang lenyap bagaikan terbakar api biru. Membuatnya menghela napas lega, kembali melajukan mobilnya yang sudah ada di dekat kediaman keluarga Wen.
*
Waktu saat ini menunjukkan pukul 8 malam, sebuah mobil yang berhenti di tempat yang tidak ada CCTV sama sekali.
Enkai menghela napas kasar membuang bungkus makanannya ke tempat sampah. Sedangkan Kairi dan Arashi mengamati wilayah sekitar mereka. Rumah besar, tempat kediamannya keluarga Wen.
"Istrimu dari keluarga kaya!?" tanya Arashi.
"Tidak, dia dari keluarga miskin saat ini. Karena hanya aku yang sekarang menjadi keluarganya." Jawaban dari Enkai.
"Lalu apa tugas kami? Apa membuat kebakaran besar? Atau mencuri data-data rahasia keluarga Wen?" tanya Kairi.
"Mudah! Tugas Arashi mencari ruangan tempat kendali CCTV berada. Hubungi aku jika sudah mengetahui letak kamar utama. Kairi, keluarkan gas beracun sebanyaknya di area halaman rumah." Hanya itulah yang diucapkan Enkai.
"Itu saja?" Kairi mengenyitkan keningnya.
"Aku tidak akan membiarkan kalian melanggar hukum. Identitas kalian diketahui, sedangkan aku tidak sama sekali. Sebelum jam satu malam sebaiknya kita bergerak." Perintah dari Enkai bersamaan dengan kedua orang itu bergerak cepat mengikuti perintahnya.
*
Suara benturan antara piring keramik dan alat makan terdengar. Menyapu keheningan, suasana yang senyap dalam keluarga Wen yang tengah menikmati makan malam mereka, tanpa kehadiran sang kepala keluarga.
Seorang Hunter level B terlihat di sana, walaupun telah mengganti pakaiannya. Akio itulah namanya, pemuda rupawan berambut hitam yang tengah makan dengan tenang. Kakak kandung Sena, tidak ada kata yang terlontar dari mulutnya.
Semua memang serba disiplin di tempat ini. Terkecuali kepala keluarga tentunya. Semuanya berjalan seperti biasanya, Daisuke yang berusia 18 tahun menempuh pendidikan di universitas ternama. Sedangkan Keiko saat ini masih menginjak usia 15 tahun, bersekolah di sekolah bertaraf internasional.
Tidak ada yang tidak sempurna dari mereka. Pintar dan rupawan, salah satu kursi dibiarkan kosong, dengan alat makan masih berada di sana. Ini semua atas permintaan Daisuke, sejatinya menginginkan kakak perempuannya ada diantara mereka.
"Aku selesai..." Ucap Akio hendak bangkit.
"Kak, aku ingin kak Sena kembali." Pinta Daisuke.
"Ayah sudah memutuskan hubungan keluarga dengannya. Sena kali ini benar-benar keterlaluan, mempermalukan nama keluarga terang-terangan." Akio menghela napas kasar."Dia berubah semenjak menikah. Dulu bagaimana pun ayah dia tidak pernah menjawab kata-katanya. Tapi tadi sore dia membuat ayah marah besar."
"Tapi ini kesalahan ayah! Dia saudara kita! Ibu menyayanginya!" Daisuke bersikeras.
"Iya aku tau! Lalu kenapa!? Jika kita melawan maka satu persatu dari kita akan bernasib sama dengan Sena!" Bentak Akio membuat Daisuke terdiam, suasana di meja makan kembali hening.
Tapi hanya sesaat hingga Enkai mulai bergerak, setelah mengetahui dimana letak kamar ayah mertuanya.
Brak!
Lampu tiba-tiba mati, semua kabel komunikasi juga diputuskan oleh kupu-kupu besi milik Enkai. Tangan pemuda itu mengepal, inilah yang akan dilakukannya pada kepala keluarga Wen.
Segalanya tidak terlihat dengan jelas. Kala mata masih beradaptasi dalam gelap Akio melihat kehadiran seseorang melompat ke lantai dua.
Tidak terdengar apapun, hanya suara benturan, mungkin terjadi perkelahian di lantai dua.
Tidak langsung masuk, Enkai saat ini tengah menendang dua orang penjaga yang ada di depan kamar ayah mertuanya.
Srash!
Srash!
Tidak mengalami luka parah hanya melukai kaki dan lengan agar dua penjaga ini tidak dapat bergerak, empat ekor kupu-kupu besinya masih meneteskan darah segar yang berasal dari tubuh penjaga yang Enkai lumpuhkan.
"Kamu siapa?" tanya Akio yang naik langsung ke lantai dua, setelah melihat bayangan samar seseorang.
Topeng Inari masih dikenakan Enkai pemuda yang tersenyum."Urusanku dengan ayahmu..." Kalimat dari Enkai penuh senyuman.
Celah dimensi terlihat, Enkai segera masuk kemudian menghilang. Akio berusaha mencari penyusup itu namun tidak ada hasilnya.
Tidak menyadari hal yang terjadi di dalam kamar Manabu. Pria paruh baya yang tengah berhubungan badan dengan istri mudanya itu kini diikat menggunakan tali. Mulutnya disumpal menggunakan celana d*lam.
Pemuda dengan topeng Inari itu tersenyum.
"Kamu siapa!?" Ucap Manabu menggeliat dengan kalimat tidak jelas, dengan kain kecil berbentuk segitiga itu di mulutnya.
Pemuda yang tidak menjawab. Menarik kaki Manabu dalam ruang celah dimensi. Pria yang berusaha menyelamatkan diri namun tidak bisa.
*
Pagi menjelang, kala itulah terjadi kekacauan di kediaman keluarga Wen. Semua orang mencari kepala keluarga yang tiba-tiba menghilang. Bahkan mengerahkan anj*ng pelacak tapi tidak ada gunanya.
Pencarian yang dilakukan Akio selaku anak tertua. Namun langkah mereka yang tengah mencari terhenti kala menatap ke arah televisi. Kepala keluarga Wen ditemukan tergantung dengan posisi kaki di bagian atas dan kepala di bawah. Serta kain berbentuk segitiga di mulutnya.
Tidak dalam keadaan mati, hanya tergantung terbalik tanpa pakaian di dalam mall. Bersama istri mudanya, yang tengah dalam keadaan sama.
Dua orang yang telah diselamatkan itu. Hendak diwawancarai oleh wartawan. Tapi mereka hanya berteriak dan murka.
"Aku akan memberikan imbalan besar bagi orang yang berhasil menyerahkan Dark Hunter yang memakai topeng Inari!" Murka Manabu hanya menggunakan selimut yang diberikan petugas keamanan mall.
Sedangkan di tempat lain Sena mengenyitkan keningnya menatap pemberitaan tentang ayahnya.
"Kenapa ayah bisa tergantung terbalik begini?" tanya Sena, menatap foto dari ayahnya sebelum akhirnya di turunkan. Foto yang tersebar di sosial media.
"Mungkin hobi barunya dalam berhubungan badan. Kenapa kamu mau coba?" tanya Enkai masih memakai celemeknya. Menonton berita siang duduk di restauran yang sepi dengan Sena.
"Aku masih belum gila!" teriak Sena, kembali kabur.
Sementara Enkai mengenyitkan keningnya. Wajahnya tersenyum, imbalan besar? Semua orang mungkin kini akan berusaha menangkapnya. Menjadi semacam permainan menarik untuknya.
Pintu restauran tiba-tiba dibuka seseorang. Pelanggan tetap mereka beberapa hari ini masuk. Wajahnya benar-benar terlihat ramah menyejukkan. Matanya hanya fokus mengamati Enkai. Seorang pria yang memunculkan monster tar sebelumnya. Entah apa tujuannya, tapi sejak melihat kemapuan menembus ruang dimensi. Termasuk memunculkan kupu-kupu putih kecil, pria itu bagaikan mengikutinya.
Benar-benar tertarik, apa untuk membunuh? Entahlah, namun entah cara apa lagi yang akan dilakukannya selanjutnya.
Sena membawakan pesanan sang pemuda. Pemuda itu tersenyum lembut padanya."Kamu masih terlihat cantik."
"Anda bilang apa?" tanya Sena memastikan pendengarannya.
"Bukan apa-apa." Jawaban dari sang pemuda tersenyum, menikmati ayam goreng miliknya.
Mata yang terus-menerus mengamati Enkai sembari tersenyum. Menyusun strategi, untuk memancing amarah pemuda ini. Atau mungkin seharusnya langsung saja memasukannya dalam Dungeon (ruang bawah tanah dengan labirin raksasa di dalamnya).
Seperti biasanya pemuda aneh yang datang membeli ayam setiap hari itu tersenyum. Kemudian membayar lebih, memberikan tips pada mereka.
Bulir-bulir hujan salju turun, mengantar kepergian sang pemuda yang berjalan menuju halte bis, meninggalkan restauran ayam goreng milik Enkai dan Sena. Pemuda yang akan kembali lagi, seolah tidak akan membiarkan kehidupan Enkai tenang sebelum tujuannya terwujud.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
_arjunnainun__
penasaran juga sama pria yang sll memperhatikan enkai....lawan atau kawan niihh🤔🤔
2023-04-10
2
Ide'R
Balas dendam yang sangat cantik..Enkai..🤭🤭
2023-04-10
2
mama angga
bisa dipinjem gak pintu kemana sajanya 😂
2023-04-10
3