Pasukan Bantuan

Wajah pemuda yang berdiri di atas gedung pencakar langit tersenyum."Kai!" ucapnya, menggunakan kemampuannya.

Tanda aneh muncul di tangannya. Segel aneh yang memunculkan monster kecil. Bungkus take a way dari restauran ayam goreng disodorkannya pada sang monster.

"Makan dan cerna wanita dengan bau ini," ucapnya tersenyum, membelai pucuk kepala monster kecil berlumuran tar.

Pemuda yang sebelumnya berada di restauran ayam goreng. Menyadari kemampuan khusus yang dimiliki Enkai. Ini menjadi semakin menarik baginya. Seorang pemuda berambut kuning yang menatap ke arah langit sembari tersenyum.

*

Dua orang memperbaiki beberapa peralatan restauran yang rusak. Sesekali Enkai melirik ke arah Sena. Mungkin rasa syukur wanita ini masih hidup. Merasakan bagaimana memiliki orang yang khawatir padanya.

Tangannya meraih tubuh Sena, tiba-tiba memeluknya.

"E... Enkai." Wanita itu benar-benar gugup saat ini.

"Terimakasih," hanya itulah yang diucapkan Enkai dalam senyuman. Tidak pernah ada orang yang menghargainya seperti ini di keluarga Zen.

"Bagaimana jika ada orang yang datang?" tanya Sena ragu.

"Tidak ada orang yang datang. Kamu sendiri menonton televisi kan? Kita adalah warga sipil yang tidak menghormati Hunter. Maaf, membuat usaha kita seperti ini." Kalimat yang diucapkan Enkai, melepaskan pelukannya.

"Tidak apa-apa. Mulai sekarang kita berteman." Ucap Sena ragu, tertunduk terlihat benar-benar malu. Senyuman tipis di wajahnya yang rusak, terlihat bagaikan bekas luka bakar. Rambut masih menutupi separuh wajahnya.

"Iya! Suami-istri yang berteman." Enkai tersenyum, menarik tangannya. Mungkin hari libur yang dimanfaatkan untuk membersikan seluruh area restauran.

*

Srak!

Restauran ayam goreng mereka tutup, waktu masih menunjukkan pukul 7 malam. Seperti sudah diduga, tidak ada yang sudi makan di restauran mereka setelah kejadian sebelumnya.

Rasa bersalah menghinggapi diri Enkai. Bagaimana pun ini salahnya, andaikan dirinya hanya diam dan menunduk, semuanya tidak akan terjadi. Benda-benda putih terjatuh di dekatnya. Jemari tangannya terulur, salju pertama musim dingin telah turun.

Sena kini tengah membuang sampah, di area belakang restauran. Sedangkan dirinya berada di area depan restauran, menunggu wanita itu datang. Cukup lama memang, terasa cukup lama.

Ada tiga jenis sampah yang harus dipilah. Satu persatu dimasukkan oleh Sena, menahan hawa dingin yang menusuk. Menggosok-gosokan tangannya yang putih pucat.

Plak!

Seorang anak melemparnya dengan sayuran busuk.

"Ibu! Orang ini yang tidak menghargai Hunter! Tidak tau malu!" teriak sang anak. Sedangkan Sena hanya tertunduk, mengibaskan pakaiannya yang kotor. Kemudian memungut sampah yang dilemparkan sang anak. Memasukkannya ke dalam tempat sampah.

"Wajah buruk, kelakuannya juga buruk." Cibir ibu sang anak tanpa rasa bersalah sama sekali.

Brak!

Sekantong sampah dilemparkannya pada tubuh Sena. Wanita itu hanya diam tanpa ekspresi tidak menangis sama sekali. Sudah terbiasa, orang sepertinya memang harus merendah agar dapat tetap hidup.

"Aku emosi setiap lewat di depan restauran kalian! Aku sumpahi restauran kalian bangkrut!" Wanita paruh baya yang pergi meninggalkan Sena.

Barulah air mata itu mengalir. Restauran ayam goreng yang sejatinya warisan satu-satunya dari almarhum ibunya. Tidak ada satupun harta Keluarga Wei yang didapatkannya. Ayahnya tidak sudi memiliki anak cacat sepertinya. Menikahkannya pada usia yang terbilang muda, hanya agar dirinya tidak mencemari pemandangan indah di rumah keluarga Wei. Semua saudaranya cantik dan tampan, lalu kenapa hanya wajahnya yang seperti ini.

Sena hanya terdiam menghapus air matanya. Tidak ingin terlihat sedih di hadapan Enkai.

Dari sudut terlihat bayangan aneh, suara benda-benda diseret terdengar.

Srak!

Srak!

Srak!

Tidak ada apapun kala Sena melirik sudut yang gelap. Hanya ada sesuatu yang besar seperti bangunan. Dirinya kembali fokus memilah sampah.

Srak!

Hanya beberapa saat suara itu kembali terdengar. Matanya kembali melirik, seingatnya disana tidak adalah lapangan kosong. Tapi tiba-tiba ada bangunan, jantungnya berdegup cepat saat ini tangannya gemetar.

Dan benar saja kala dirinya melirik ke belakang mata merah menyala terlihat. Bau tar menyengat tercium. Tentakel-tentakel dari tar hitam lengket menyerap orang bahkan benda-benda di sekitarnya.

"Agghhh!" Monster yang berteriak nyaring, menemukan bau wanita yang dicarinya. Tinggi sang monster yang pada awalnya hanya 25 centimeter kini telah berubah menjadi 30 meter.

Kaki Sena gemetar saat ini. Melihat orang-orang yang ada di kulit sang monster, tertempel tidak sadarkan diri dalam lautan tar. Menangis, ketakutan berusaha untuk berlari, menjauhi area restauran. Tidak ingin Enkai tertangkap. Namun, kakinya pada akhirnya terjerat tentakel. Memegang tiang listrik pun percuma. Pegangannya terlepas, selanjutnya tertempel di tubuh sang monster dengan tubuh yang diserap perlahan.

*

Tidak menyadari segalanya, Enkai membeli jepit rambut kecil dengan harga murah. Sudah 30 menit dirinya menunggu kedatangan Sena.

Menghela napas berkali-kali merasa kedinginan. Beberapa warga sipil terlihat berlari, beberapa Hunter ada disana menggunakan kemampuan mereka.

Seekor monster dengan tinggi yang kini sudah mencapai 35 meter.

"Gelang Api!" seorang Hunter menahan gerakan monster. Sedangkan dua Hunter lainnya menyelamatkan orang orang yang terperangkap dalam kulit sang monster.

Satu persatu mereka selamatkan.

"Agghhh!" sang monster meraung ganas.

Prang!

Gelang Api yang dibuat untuk menahan gerakan sang monster hancur. Pada awalnya Enkai ingin melarikan diri, namun langkahnya terhenti kala menyadari Sena ada di sana.

Jemari tangannya mengepal, menggenggam jepit rambut yang baru dibelikannya. Pemuda yang akan merendahkan harga dirinya seperti yang sena lakukan.

Berlari menghampiri Hunter dengan level S tersebut. Eiji itulah namanya.

"Tolong kunci gerakannya lagi! Istriku ada disana..." pinta Enkai memelas.

"Sebagai warga sipil kamu seharusnya menyingkir! Ini terlalu bahaya! Sebentar lagi Hunter dengan kemampuan api yang lebih tinggi akan tiba. Kami akan membakar monster ini sebelum bertambah besar lagi!" Ucap Eiji, kapten dalam misi ini.

"Tahan gerakannya 2 menit saja! Aku sendiri yang akan menyelamatkan Sena!" teriak Enkai, berlutut di hadapan sang Hunter. Air matanya benar-benar mengalir saat ini. Pria yang ketakutan, menatap Sena hampir tertelan. Hanya Sena yang tidak diselamatkan, mengapa hanya Sena.

Hingga Ryu terlihat berjalan mendekat."Bukankah ini pria yang membuat Morie harus dirawat? Pria yang merendahkan seorang Hunter. Untuk apa kami menyelamatkan istrimu?" tanyanya mencemooh.

Rekan-rekan Ryu mulai berjalan mendekat. Menertawakan warga sipil yang kini berlutut di hadapan Eiji.

"Dengar istrimu yang buruk rupa pantas mati. Walaupun kapten Eiji bersedia menahan gerakan monster, kami juga tidak akan sudi menyelamatkan istrimu. Biarkan dia membusuk, hingga kamu dapat lebih menghargai kami yang berada di garda terdepan menghadapi monster dan iblis," Kata-kata sinis dari mulut Ryu. Sedangkan delapan Hunter lain yang ada dalam misi yang sama juga menertawakan Enkai.

Pemuda itu bangkit, kemudian tersenyum."Kamu kapten mereka kan? Mulut kalian seperti sampah! Seumur hidupku impianku adalah menjadi Hunter. Tapi sekarang tidak lagi. Jika Sena mati maka kalian juga harus mati." Kata-kata dari mulut Enkai penuh penekanan.

Pemuda yang bergerak cepat berlari mendekati area pasar dimana sang monster berada. Jarak yang kini benar-benar jauh, mengingat monster tersebut bergerak dengan lebih cepat.

Dalam keadaan emosional, aura aneh ada dalam dirinya. Matanya menelisik mengamati beberapa wartawan mengambil gambar monster. Tidak, dirinya akan menyelamatkan Sena, tidak akan menunjukkan bakatnya sama sekali.

Berjalan melewati area pasar yang telah kosong. Topeng Inari diraihnya asal. Pemuda yang mengaktifkan kekuatan aneh dalam dirinya.

Ribuan kupu-kupu berterbangan di sekitarnya. Tidak mempedulikannya apapun. Tiba-tiba kupu-kupu putih yang rapuh berubah menjadi kupu-kupu besi.

Dirinya tidak pernah melompat setinggi ini. Kenapa tidak jatuh? Dirinya melayang? Itulah yang disadari Enkai saat ini. Pemuda yang melompat dari gedung pencakar langit. Guna menuju ke tempat Sena berada.

Beberapa wartawan mulai merekam kejadian tersebut.

"Monster setinggi 35 meter muncul. Hunter level S, bahkan tidak dapat menghentikannya. Saat ini departemen keamanan tengah meminta bantuan ke pusat, untuk mengirim beberapa Hunter lagi." Ucap sang wartawan.

"Apa itu?" tiba-tiba sang kameraman menunjuk ke arah samping monster. Seorang pemuda dengan wajah tertutup topeng Inari berada disana. Dengan tubuh melayang, dikelilingi ribuan kupu-kupu yang terbuat dari besi.

"Kami laporkan dari tempat kejadian, tiba-tiba muncul Hunter dengan kemampuan aneh. Apa ini pasukan rahasia dari kantor pusat? Tapi Hunter kali ini tidak menggunakan seragam atau lencana." Sang reporter terlihat antusias, untuk pertama kalinya melihat Hunter dengan kemampuan yang terbilang aneh.

Tangan Enkai mengarah pada sang monster, kala itulah ribuan kupu-kupu yang terbuat dari besi mengoyak tubuhnya.

"Agghhh!" teriakan monster menggema.

Pemuda yang kemudian menggerakkan tubuhnya, bagaikan memiliki pijakan tidak terlihat, meraih tubuh Sena yang berlumuran tar.

"Sial!" teriak Enkai yang merasa kesulitan melepaskannya.

"Hubungkan dimensi ke samudra! Dengan air laut paling hangat!" itulah yang ada di fikirannya. Tapi entah kenapa sebuah pintu besar yang aneh terbuka, air laut yang hangat membanjiri. Kupu-kupu besi mengoyak tubuh sang monster lebih banyak hingga akhirnya terlarut ke dalam air laut.

Pemuda yang kemudian bergerak pergi membuka pintu ruang dimensi lainnya. Melompat menghilang dari bidikan kamera wartawan.

Semua orang tertegun saat itu. Bahkan sebuah kapal selam dan kapal Ferry terdampar di tengah kota.

Beberapa orang turun dari kapal Ferry. Bicara menggunakan bahasa Inggris. Terlihat menggunakan pakaian ala Hawaii.

"Kita dimana? Bukannya tujuan setelah ini Pearl Harbor (pelabuhan di Hawai)" tanya seorang wisatawan heran.

Sedangkan seorang peneliti keluar dari kapal selam."Inikah Atlantis yang tenggelam?" tanyanya karena hal terakhir yang diingatnya dirinya ada di laut dengan kedalaman 3000 meter. Tapi dapat tiba-tiba ada di daratan.

Wartawan tertegun belum dapat berfikir seluruh tubuhnya basah dengan air. Hingga dirinya menyadari kamera yang masih menyala.

"Siapa identitas Hunter tadi? Apa dia Hunter dari kantor pusat. Kami akan meminta keterangan langsung dari kapten Eiji." Ucap sang wartawan melihat kedatangan Eiji.

"Apa dia Hunter dari kantor pusat!?" tanya sang wartawan. Tapi Eiji hanya diam, menyadari pasukan Hunter bantuan belum datang sama sekali.

*

Apa yang dilakukan Enkai saat ini? Tentu saja mandi dengan Sena karena tubuh mereka yang berlumuran tar.

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Terus...

2023-04-23

1

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Meskipun cuma kupu2 kecil kemampuan enkai lebih hebat dari kalian para hunter sombong..

2023-04-06

0

endang sri sejati

endang sri sejati

Enkay yang kereeennnnnnn 😊😊😊

2023-04-06

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!