Orang Buangan

Sena menghela napas kasar menatap pemuda di hadapannya makan dengan lahap. Wajahnya tersenyum, dalam hati harapan jahat terselip. Dirinya ingin mereka hidup tetap seperti ini. Tidak kaya, tapi juga tidak miskin dapat makan dengan lahap setiap hari. Ada alasan tersendiri.

Wanita itu meraba sebagian wajahnya yang rusak. Sejak lahir sudah seperti ini, dirinya juga tidak menemukan alasannya. Tapi ibunya Moira mengatakan dirinya memang dari lahir sudah seperti ini. Terlahir berbeda dengan saudara-saudaranya yang rupawan.

Ibunya bekerja keras setiap hari mengumpulkan uang untuk membawa dirinya ke dokter. Apapun telah dilakukan olehnya, mulai dari terapi khusus, memakai krim mahal, hingga ibunya sendiri menyeretnya ke meja operasi. Namun tim dokter angkat tangan mengenai hal ini. Wajah yang telah mereka perbaiki, dalam waktu 24 jam kembali berubah seperti semula.

Berbagai teori diucapkan oleh beberapa dokter, mulai dari virus langka sampai sejenis jamur yang sulit di singkirkan. Intinya semua tim medis angkat tangan.

Sena juga tidak mengerti hingga saat ini. Tapi hasil tes DNA memang menyatakan dirinya anak kandung Manabu dan Moira kedua orang tua yang rupawan. Ada kalanya dirinya putus asa melakukan ritual aneh yang diadakan di kuil untuk membuang sial. Tapi hal yang tidak diduga terjadi Miku penjaga kuil pingsan tidak sadarkan diri tanpa alasan.

Hingga seluruh keluarganya pasrah dengan keadaannya. Ibunya meninggal tepat setelah mengetahui ayahnya berselingkuh. Kini ayahnya menikah lagi dengan selingkuhannya.

Diasingkan dari keluarganya, itu sudah biasa. Karena hanya sang ibu yang sudah meninggal berpihak padanya. Hanya seorang diri itulah yang terjadi. Hingga ibu sambungnya mempengaruhi sang ayah agar dirinya tidak merusak pemandangan di keluarga Wen dengan jalan menikahkannya di usia 20 tahun. Dengan sengaja ayahnya bahkan tidak mau membiayainya masuk universitas, karena hanya akan membuat orang-orang tau dan mencibir tentang keluarga Wen yang memiliki putri cacat.

Anak angkat keluarga Zen menjadi pilihan mereka. Saat itu Sena tidak peduli siapapun yang akan menikah dengannya. Melawan juga tidak bisa, dirinya hanya akan berakhir dipukuli ayahnya.

Satu unit apartemen di kawasan kumuh, serta sebuah kedai ayam goreng warisan ibunya menjadi bekal pernikahannya dari keluarga Wen. Tidak seperti saudara-saudaranya yang akan mendapatkan warisan besar, setelah ini dirinya tidak berhak atas apapun.

Walaupun tidak dapat menentang, tapi entah kenapa saat pertama kali melihat Enkai dirinya tertegun. Seperti sudah pernah lama mengenalnya, entah mengapa. Perasaan yang aneh bagi Sena, merasa nyaman dekat dengan orang yang seharusnya asing baginya.

Karena itu, dirinya hanya ingin hidup seperti ini saja. Tidak perlu menjadi orang kaya. Karena jika kaya, Enkai akan pergi meninggalkannya menikahi wanita lain yang lebih cantik. Pemuda itu tidak akan bergantung padanya lagi.

Sebuah pemikiran yang picik, namun memiliki dasar. Tidak ingin seorang diri lagi, cukup hidup pas-pasan tidak boleh kaya.

Suara bel pintu apartemen berbunyi, Enkai bangkit dari tempatnya duduk."Aku saja," ucapnya dengan mulut yang dipenuhi makanan.

Berjalan dengan cepat membuka pintu. Wajahnya tersenyum ingin menyambut tamu yang baru datang. Namun, kala pintu dibuka wajah Manabu (ayah Sena) yang terlihat. Pria paruh baya yang menatap penuh murka padanya.

Masuk tanpa permisi, bahkan dengan sengaja menyenggol tubuh menantunya. Enkai berusaha tersenyum, mengikutinya berjalan masuk.

"Duduk!" perintah dari Manabu agar anak dan menantunya berpindah duduk di sofa ruang tamu.

"Ayah tidak makan dulu? Aku---" Kalimat Sena terhenti.

Brak!

Manabu menggebrak meja, menatap tajam ke arah dua orang di hadapannya."Sudah puas mempermalukan nama keluarga Wen!?"

"Bu... bukan begitu ayah mertua, aku---"

Bug!

Kalimat yang terhenti, wajah pemuda itu dipukul hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

"Kamu cuma menumpang hidup pada putriku! Malah membuat masalah sebesar ini! Menghina Hunter!? Anak tertuaku menjadi Hunter level B, apa yang dapat dibanggakan dari orang yang tidak lulus ujian!?" bentak pria itu murka.

"Mereka hampir membakar restauran, aku hanya meminta ganti rugi." Ucap Enkai tidak melawan, mengatakan alasannya.

Bug!

Bug!

Tubuhnya kembali di pukul hingga pelipisnya kali ini sedikit mengeluarkan darah. Memegang perutnya yang sakit akibat tendangan.

"Ayah! Berhenti! Enkai menikah denganku bukan karena kemauannya! Mempermalukan keluarga Wen juga bukan karena kemauannya! Ayah dan keluarga Zen yang ingin kami para orang buangan pergi!" teriak Sena memasang badan membela Enkai.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Sena, rambutnya dijambak oleh sang ayah, kedua pipinya cengkram kuat."Kamu pembawa si*l! Bahkan sehari setelah kelahiranmu invasi dimulai. Wajahmu benar-benar buruk. Tidak pernah ada anggota keluarga Wen yang memiliki wajah sepertimu! Anak terkutuk!" Kalimat yang diucapkan Manabu, mendorong tubuh putrinya hingga tersungkur, membentur kaki meja.

"Kalau kalian membuat masalah, jangan pernah libatkan keluarga Wen! Benalu yang memalukan! Aku tidak akan pernah mengakui mu sebagai anak lagi." Sang pria paruh baya yang menatap tajam, kemudian pergi meninggalkan mereka. Jemari tangannya mengepal benar-benar menganggap putrinya sampah yang merusak pemandangan.

Sena hanya tertunduk sesaat, menatap pintu depan yang tertutup.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Enkai, mengingat kata-kata yang keluar dari mulut Manabu.

"Tidak apa-apa, sudah biasa." Sena tersenyum dengan pipinya yang masih bengkak bekas tamparan sang ayah. Jemari tangannya meraba pelipis pemuda di hadapannya.

"Kita obati ya? Pelipismu berdarah," lanjutnya, menarik jemari tangan Enkai membantunya bangkit. Mengambil kotak P3K guna mengobatinya.

Wanita yang mengobati dengan cermat, walaupun dirinya sendiri terluka.

"Apa ayahmu sering seperti ini?" tanya Enkai.

Sena mengangguk."Ayah mencurigai ibu berselingkuh atau aku tertukar dengan bayi lainnya di rumah sakit. Dia sampai tiga kali melakukan tes DNA," ucapnya terkekeh seakan itu sebuah candaan.

"Kamu sudah terbiasa dipukuli?" tanya Enkai.

Wanita itu hanya terdiam kali ini, namun raut wajahnya menjawab segalanya. Benar-benar terlihat bibir wanita itu bergetar."Karena sudah menikah, aku dapat pergi dari rumah. Aku sudah cukup bahagia."

Jawaban darinya membuat Enkai tertegun. Menikah adalah sebuah kebahagiaan? Rumah keluarga Wen jauh lebih besar daripada apartemen sempit ini. Seperti keluarga Zen tempat Enkai dibesarkan, makanan penghangat sudah tersedia. Tapi dia mengatakan bahagia ketika sudah menikah?

Pemuda itu tertawa kecil, benar-benar sama-sama tidak diinginkan. Keluarga Zen cukup kaya dan terpandang, tapi menyekolahkan di sekolah biasa, sedangkan anak kandung mereka di sekolah elite. Hingga kuliah Enkai memohon agar mau membantunya. Mendapatkan karier yang baik walaupun bukan Hunter mengingat dirinya yang gagal dalam ujian. Setidaknya dirinya dapat hidup mapan sebagai warga sipil.

Namun keluarganya tidak bersedia. Dirinya anak angkat keluarga Zen, tapi bagaikan supir setiap hari menyetir mobil ayah angkatnya. Mengantar adik perempuannya, bahkan melamar kerja dengan menggunakan ijazah SMUnya tidak diijinkan. Dirinya hanya supir tanpa digaji, itulah yang dilakukannya setelah lulus SMU.

Hingga keluarga Wen yang bersahabat dengan keluarga Zen merencanakan pernikahan konyol ini. Ingin menyingkirkan parasit-parasit dari rumah mereka.

Sebenarnya tidak apa baginya, dirinya juga hanya memakan makanan sisa dari keluarga Zen. Masuk SMU juga mendapatkan beasiswa penuh, tidak ada yang peduli padanya di rumah itu.

Menikah? Ikatan konyol yang akan membuatnya terlepas dari keluarga Zen. Namun, jemari tangannya terangkat, mengusap pucuk kepala Sena. Sama-sama orang buangan, wanita yang hanya menunduk.

Kening Sena dikecupnya hanya kecupan singkat."Jangan merasa bersalah aku tidak apa-apa."

"Bu... bukan itu. Jangan pergi," pinta Sena cemas. Jemari tangannya memilin.

Sedangkan Enkai bangkit, mengambil saputangan, meletakkan beberapa es batu di dalamnya. Meletakkannya pada pipi Sena yang bengkak.

"Kita adalah teman, harus saling menjaga mulai sekarang. Tidak boleh saling meninggalkan." Kalimat tulus dari Enkai membuat Sena tertegun sesaat.

"I... iya! Aku bisa kompres sendiri!" jawaban dari Sena. Segera merebut kompres dari tangan Enkai.

Enkai mengenyitkan keningnya kemudian tersenyum. Tangannya terulur memojokkan Sena di sofa, mengangkat sedikit dagu wanita itu. Wajah rupawan pemuda itu begitu dekat, memancarkan aura dingin walaupun wajahnya tersenyum."Malam ini mau tidur seranjang?"

Brak!

Sena melemparnya dengan bantal."Tidak!" jawaban tegas darinya dengan wajah memerah.

Hidup yang tidak membosankan di apartemen ini. Kala melihat wanita ini benar-benar malu. Enkai tersenyum mendengar wanita yang terus saja mengomel. Tapi hanya sesaat, senyuman yang berubah aura membunuh yang kuat. Wajah Sena dipandangnya lekat-lekat, benar-benar ayah yang tidak tanggung-tanggung memukul putrinya. Apa dirinya harus menemui Tuan Manabu malam ini. Seringai mengerikan yang tidak disadari Sena.

Terpopuler

Comments

🌸MW

🌸MW

cinta masa lalu atau reinkarnasi cinta yg dulu pisah dipertemukan kembali di kehidupan selanjutnya... sii sena pasti cantik banget makanya si enkai selalu bilang cantik .. gemeessshh

2024-09-22

0

Biyan Narendra

Biyan Narendra

semangat Enkai Sena
Apapun yg terjadi
Tetaplah bersama

2023-04-10

2

Biyan Narendra

Biyan Narendra

Kalau si ayah tau bagaimana kekuatan Enkai menantunya....
ga bakal berani dia se songong itu

2023-04-10

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!