CHAPTER 020

Di tempat kerja Jack, terlihat Jack yang baru sampai di tempat parkir. Ia memarkirkan motor, lalu bergegas memasuki kantor.

*KRIING!!!!

Ponselnya kembali berdering, Jack mengangkat panggilan itu saat melihat Jane yang menelponnya.

“Ada apa, Jane. Aku baru saja sampai di kantor. Sepertinya belakangan ini kau sangat sibuk.”

“Ya. Aku sangat sibuk dan lelah belakangan ini. Bulan ini ada empat program yang harus di rilis. Semua badanku pegal karena kelelahan. Bagaimana denganmu, Sayang?” ucap Jane.

“Aku baru sehari bekerja di kantor, Mike. Akan tetapi, ada atasanku yang sangat menyebalkan. Dia tampak bodoh, dan sangat kaku sejak awal, bahkan dia menyukai salah satu staf wanita secara diam-diam.”

“Hmmm. Meski begitu, kau harus mencoba untuk dekat dengannya. Akan buruk jika dia tak menyukaimu.”

Jane terus memberi nasihat kepada Jack yang baru pertama kalinya merasakan dunia kantor.

“Sayang, maafkan aku. Saat ini aku menelponmu di kamar mandi, seseorang telah mengetuk pintu dan menyuruhku untuk cepat keluar. Aku akan menelponmu lagi, nanti.”

“Baiklah. Aku akan menelponmu nanti. Dadah!”

Sambungan telepon pun terputus.

Sesampainya di dalam ruang kantor, Jack melihat Kim yang sudah duduk di ruang klien bersama seorang pria.

“Selamat pagi!” Jack menunduk menyapa. Memberi salam kepada mereka berdua.

“Kau datang, Jack?” sapa Kim. “Dia adalah pegawai magang baru disini. Perkenalkan, dia adalah reporter Wil.”

Kim mengenalkan Jack pada pria yang duduk di depannya.

“Salam kenal, Pak. Namaku Jack.” Jack kembali menunduk memperkenalkan dirinya.

“Astaga. Tampaknya kau lupa sudah lupa tak mingirimkan data yang ku minta. Aku yang mengirimimu pesan tadi malam lewat Whatsapp. Kau ingat?” ucap Wil.

“Oh, itu. Astaga. Aku benar-benar lupa. Maafkan aku, Pak,” ucap Jack yang memang tak mau membuka pesan dari siapapun.

“Tidak. Tak masalah. Untung saja kau tak lupa untuk berangkat kerja. Hahahaha.” Wil tertawa tertawa kecil.

“Astaga. Rupanya ada reporter Wil disini.” Nick datang dan bersalaman dengan Wil.

“Halo, Tuan Nick.”

“Sepertinya, CEO agak terlambat datang hari ini. Dia sangat mabuk tadi malam. Padahal di kantor sedang banyak urusan,” lanjut Nick.

“Ya, dia benar. Semalam dia sangat mabuk karena terlalu banyak minum,” sahut Kim.

“Wah! Sepertinya kalian bekerja terlalu santai. Kalian sangat menyepelekan promosi pertunjukannya. Kalau begitu, aku permisi dulu.”

Wil beranjak dari tempat duduk dan mengambil tasnya.

“Astaga. Kau juga menulis artikel tanpa melihat pertunjukannya, benar bukan?” ucap Kim yang juga berdiri mengantar Wil keluar.

“Hei, Kim. Apa kau mulai menyerangku kali ini? Hahahaha.”

“Astaga. Bukan begitu, Pak,” ucap Kim dengan centil dan sedikit menggoda.

“Kau cantik tapi sangat menakutkan, Kim. Baiklah, aku akan segera pergi dari sini.”

“Hati-hati di jalan, Pak,” ucap Kim.

“Tentu. Aku akan kembali lagi nanti, setelah CEO mu datang.” Wil pun pergi dari kantor.

Jack, Kim dan Nick pun menuju ke mejanya masing-masingg.

“Astaga, masih pagi dan dia sudah sangat sibuk sendiri,” ucap Nick yang sedikit kesal.

“Dia seperti orang mesum, tiba-tiba datang kemari dan heboh seperti itu. Sebenarnya aku sangat jijik padanya,” ucap Kim mengernyitkan dahi.

“Jack, kemarilah sebentar!” Nick memanggil Jack. “Kita sangat sibuk, jadi kau harus cepat mengerjakannya.” Nick memberikan beberapa pekerjaan kepada Jack.

Nick mengambil beberapa berkas dan memberikannya sebagai contoh.

“Apa kau bisa membuat PPT (Power Point)?” tanya Nick. “Aku tak terlalu mengerti, tapi aku akan mencobanya,” ucap Jack.

“Baiklah. Kau hanya perlu menyusunnya sesuai contoh yang ada disini. Kalau kau kesulitan, kau bisa bertanya pada Pak Winson.”

“Baik, Pak.” Jack mengambil berkas-berkas itu, lalu kembali ke meja kerjanya.

Di meja kerjanya, Jack mulai mengerjakan tugas yang telah diberi oleh Nick. Setengah jam berlalu, Jack menjalankan tugas tanpa ada halangan apapun.

Saat ada sesuatu yang belum diketahuinya, Jack merasa sedikit kebingungan.

“Astaga. Aku tak tahu harus bagaimana ini,” gumam Jack dalam hati.

Dengan berat hati, Jack mengumpulkan niatnya untuk bertanya pada Winson.

“Permisi, Pak. Maaf sebelumnya jika aku mengganggu waktumu. Apa kau bisa membantuku sebentar?” Jack menunjukkan hal yang tak diketahuinya pada Winson. “Disini. Aku masih tak….”

“Apa-apaan ini? Bahkan hal semudah ini kau tak bisa melakukannya. Bagaimana kau bisa lulus saat kau masih sekolah?” respon Winson dengan ketus.

“Jika kau bekerja di kantor dengan koneksi orang dalam, sudah seharusnya kau bekerja lebih keras lagi. Sejak kau datang, kau hanya melamun. Lebih baik kau tidur saja di rumah, jika terus seperti ini.”

Jack sangat kesal dengan perkataan Winson. Dia sangat ingin meninju wajahnya di kantor itu, tapi Jack hanya diam dan mencoba untuk bersabar.

“Maafkan aku, Pak,” ucap Jack menunduk.

“Apa kau sudah mempelajari tugasmu?” lanjut Winson. “Baik, Pak. Aku akan berusaha semampuku,” ucap Jack yang kembali menatap layar komputernya.

Karena Winson tak mau membantu, Jack terpaksa harus mencari jalan keluarnya sendiri.

Dia mencari cara dari google dan juga youtube, tentang semua hal yang berkaitan dengan pekerjaannya, lalu mempraktekkannya sendiri.

Ditengah-tengah pekerjaannya, Jack kembali menemukan kesulitan. Dia bingung, tapi enggan untuk bertanya pada Winson.

“Astaga. Ini buntu. Bagaimana caranya?” gumam Jack dalam hati. “Aku benar-benar malas bertanya pada Si Babi ini.”

Jack terlihat sangat bingung dan frustasi. Menggaruk-garuk kepala dan menghela nafas panjang.

“Ada apa denganmu? Apa kau masih bingung? Ada sesuatu yang belum kau pahami?”

Kim menghampiri Jack. Dia berdiri di belakang Jack. Membungkuk, melihat layar komputer di depan Jack, lalu menatap Jack

“Ini.” Jack menunjuk pada layar komputer pada hal yang belum diketahuinya. “Aku tidak mengerti bagian ini.”

“Lihat ini!” Kim memegang Mouse, lalu memberikan petunjuknya pada Jack. “Kau hanya perlu menekan pojok, lalu ENTER. Selesai. Mudah, bukan?” ucap Kim menatap Jack.

“Ah. Baiklah,” ucap Jack mengerti.

“Kalau kau tidak paham, langsung tanya saja pada Pak Winson. Jangan kebingungan sendiri,” ucap Kim menatap Jack.

“Tentu. Terimakasih, Kak,” ucap Jack sedikit malu.

“Astaga. Kau sangat manis, bahkan saat kau terlihat kebingungan,” ucap Kim yang lagi-lagi menggoda Jack.

Kim pun pergi dari meja Jack menuju pojok ruangan.

Jack tersenyum dan kembali menatap layar komputernya.

Saat Kim berada di pojokan, Winson menoleh melihat Kim. Matanya tak luput sedikitpun dan terus memandangi Kim.

Saat itu Kim sedang membungkuk, mencari bubuk kopi sachet yang ada di loker bawah.

Mata Winson terus memandang tubuh Kim, dan bokong Kim yang terlihat seksi saat ia membungkuk.

Ditambah dengan rok pendek yang sedang dipakainya, serta kaki putih mulus dan jenjang yang dimiliki Kim. Membuat mata Winson tak bisa berkedip melihat pemandangan yang menurutnya indah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!