CHAPTER 017

“Aku juga melakukan hal yang serupa. Aku membongkar, memasang, dan membuat lagi,” lanjut Rocky.

“Siapa dia? Dia berbeda dari penghuni lain, tapi kenapa dia sok akrab denganku?” gumam Jack dalam hati.

“Apa genre yang kau suka?” tanya Rocky. “Kriminal. Aku menyukai novel kriminal,” jawab Jack.

“Wah!!! Kebetulan sekali. Aku juga sangat menyukai genre itu,” sahut Rocky dengan girang. “Benarkah?” tanya Jack ketus.

“Ya. Aku menyukai J. K. Rowling,” kata Rocky. “Sungguh?” tanya Jack terkejut. Menatap Rocky. “Ya, sungguh,” sahut Rocky.

“Wah, aku juga sangat menyukai dia. Bahkan, aku telah membaca semua buku karangannya. Tak disangka, aku bertemu sesama penggemar di tempat seperti ini.”

Jack tersenyum menatap Rocky. Dia sangat heboh bertemu dengan penggemar yang sama di tempat itu, tanpa mengetahui siapa Rocky sebenarnya.

“Sebenarnya, banyak orang yang tak tahu siapa J. K. Rowling. Apa kau sudah membaca novel terbarunya, THE INK BLACK HEART?” tanya Jack antusias.

“Tentu. Tepat satu minggu aku menamatkan novel itu,” ucap Rocky yang membuat Jack lebih antusias lagi.

Sepertinya Rocky telah mengetahui semua latar belakang Jack, sebelum ia bertemu dengannya di atap gedung, tapi Jack belum menyadari akan hal itu.

“Wah. Benar-benar mengesankan,” ucap Jack dengan antusias dan tersenyum menatap Rocky.

“Jika kau tak keberatan, bolehkah aku membaca novel yang sedang kau tulis?” tanya Rocky. “Tulisanku?” ucap Jack lebih bersemangat. “Ya, tulisanmu,” jawab Rocky.

“Astaga. Tulisanku masih belum selesai.” Jack menggelengkan kepalanya. “Kau bisa menceritakan sedikit saja dulu,” sahut Rocky.

“Novelku masih dalam proses penulisan. Itu tentang, kisah seorang dokter gigi yang terlihat berbakat dari luar. Namun, dia ternyata seorang psikopat pembunuh berantai yang sangat kejam,” jelas Jack.

“Wah. Begitukah? Sepertinya itu sangat menarik,” jawab Rocky tanpa merasa cerita itu sangat mirip dengan dirinya. “Ya. Begitulah, kurang lebih,” sambung Jack.

“Akan tetapi, ada orang-orang seperti itu disekitar kita. Dia tampak normal dari luar, tapi dia punya keinginan membunuh dari dalam jiwanya.”

“Kau benar,” ucap Jack yang mengangguk setuju perkataan Rocky.

Rocky melihat Jack, karena ia semakin tertarik dengan Jack karena hal itu. Jack tak mencurigai Rocky sama sekali, dan malah sangat antusias bercerita padanya.

“Lantas, bagaimana dia membunuh?” tanya Rocky. “Apa?” ucap Jack yang tak paham maksud Rocky.

“Si Dokter, Sang tokoh utama dalam novel mu. Bagaimana dia membunuh mangsanya?” jelas Rocky.

“Oh, itu. Dia menggunakan semacam metode khusus dan kemampuan yang dimiliki oleh tokoh utama.” Jack meletakkan kaleng bir. Bersiap memperagakan.

“Pada suatu malam, dia memiliki pasien wanita, hanya dengan tangan kosong, tanpa bantuan alat apapun. Dia mencekik leher wanita itu hingga tewas.”

Jack mengangkat kedua tangannya memperagakan, seolah dia sedang mencekik seorang.

“Dia terus menatap mangsanya hingga mati. Terus-menerus. Secara psikologis, tokoh utama ingin menggunakan kedua tangannya sendiri untuk membunuh.”

“Dengan postur tinggi kurus, dan sedikit pucat, dia mencekik leher dan merasakan secara langsung suhu tubuh mangsanya menghilang.”

Jack bercerita menggebu-gebu dan mempraktekkannya. Tanpa disadari, cerita Jack sangat mirip dengan apa yang telah dilakukan Rocky saat ia membunuh Han dengan mencekiknya. Persis seperti itu.

Rocky mencekik Han hingga dan suhu tubuh Han pun hilang perlahan, dan Rocky sangat menikmati akan hal itu.

“Wah! Itu sangat keren,” ucap Rocky datar.

“Hahahahaha. Astaga. Keren, bukan? Sepertinya aku terlalu banyak berbicara,” Jack tertawa dan mengambil kaleng birnya kembali.

“Omong-omong, aku pikir itu bukan menghilang, tapi terbakar,” sahut Rocky. “Apa maksudmu?” tanya Jack penasaran.

“Saat tokoh utama mencekik leher, kedua tangannya seakan menggenggam ribuan bola api, bukan peralatan dokter yang sangat dingin. Aku pikir, mungkin itu yang ingin dia rasakan.”

Rocky pun juga mempraktekkan apa yang telah dipraktekkan Jack dengan sudut pandang yang berbeda. Jack diam dan memikirkan, ada benarnya dari sudut pandang itu.

“Astaga. Aku minta maaf. Aku sangat lancang mengatakannya langsung di depan Si Penulis. Hahahaha,” lanjut Rocky.

“Astaga. Tak perlu meminta maaf. Aku belum sepenuhnya menjadi penulis profesional.”

“Aku yakin kau akan sukses suatu saat nanti. Baiklah. Mari kita bersulang.”

Rocky mengangkat kaleng bir, dan mereka berdua pun bersulang.

“Syukurlah. Sepertinya dia yang paling normal disini. Setidaknya aku bisa nyambung saat mengobrol dengannya,” gumam dalam hati.

Setelah menghabiskan bir, mereka berdua kembali ke kamar bersama.

Rocky menempati kamar 314, yang mana kamar itu bersebelahan dengan kamar Jack.

Mereka berdua berjalan berdampingan dan saling mengucapkan selamat malam, lalu memasuki kamarnya masing-masing.

Di dalam kamarnya, Jack kembali teringat perkataan Rocky, tokoh utama yang memegang ribuan api di dalam tangannya.

“Sebaiknya aku harus menambahkan kata-kata itu ke dalam novelku,” gumam Jack.

Dia duduk di kursi dan menghadap laptopnya. Mulai menulis melanjutkan cerita novel dengan kerangka yang telah dibuatnya kemarin hari.

***

Di sebuah desa yang sejuk nan tentram. Lahirlah seorang anak perempuan bernama Lisa. Terlahir dari kalangan keluarga menengah kebawah dan hidup serba keterbatasan.

Lisa hanya hidup bersama ibunya, di pelosok kota Pattaya, Thailand. Desa tempat tinggalnya sendiri sangatlah kumuh dan tak terawat. Banyak aksi kriminal dan tindak kejahatan yang terjadi di desanya.

Prostitusi adalah salah satu profesi yang paling banyak diminati di desa itu. Karena minimnya SDM dan SDA, banyak wanita remaja hingga dewasa yang menjadikan dirinya sebagai pelacur.

Begitupun dengan ibu Lisa sendiri. Ibu Lisa bekerja sebagai pekerja **** komersial untuk menghidupi kebutuhannya sehari-hari, juga untuk menyekolahkan Lisa yang masih duduk di bangku SD.

Meski ibu Lisa seorang pelacur, tapi dia tetap mengutamakan pendidikan untuk Lisa. Dia tak ingin Lisa tumbuh dan menjadi seorang pelacur sepertinya.

Tapi tidak begitu kenyataannya, Lisa sendiri sama sekali tak ada niat untuk belajar. Dia hanya datang ke sekolah, duduk melamun, lalu segera kembali setelah jam pelajaran telah usai.

Dia sangat membenci sekolah dan teman-temannya sendiri. Setiap harinya teman-teman Lisa selalu membulinya. Menghina bahwa dia hanyalah anak miskin dengan ibu seorang pelacur.

Dia sangat muak dengan semua yang terjadi di sekolahnya.

***

Kembali di kamar tempat tinggal Jack. Mengangkat kedua tanganya ke atas, dan menguap lebar-lebar.

“Astaga, otakku sudah mampet. Aku tak tahu lagi harus melanjutkan apa,” ucap Jack.

Dia baru mendapatkan hampir dua ratus kata untuk memulai novel barunya itu.

Waktu menunjukkan pukul 12 malam. Dia harus beristirahat, karena harus kembali bekerja esok hari.

Cukup sudah dengan dua ratus kata dia menulis, dan akan melanjutkannya esok hari.

Mematikan laptop, lampu kamar. Menggantinya dengan lampu tidur, lalu merebahkan dirinya di atas kasur.

***

Di tempat lain, Si Mesum, Roy bersama kembarannya Si Autis. Mereka bertiga sedang berada di dalam sebuah hutan.

Mereka membawa 2 mobil. Satu mobil pick up, dan satu lagi mobil milik John dan mayat John dan Han yang mereka bawa di dalam bagasi mobil.

Hutan berada di dekat gunung, tempat sumber air mengalir. Sangat sepi dan hanya terdengar suara jangkrik dan kelelawar yang ada.

Semakin jelas, bahwa Rocky adalah dalang dibalik kejahatan yang ada di kontrakan itu.

Mereka bertiga takut dan menuruti semua perintah dari Rocky yang diberikan untuknya.

Roy dan Si Autis membuka bagasi mobil, mengeluarkan mayat John dan Han yang sudah dikurung di dalam sebuah karung yang cukup besar.

“Apa yang kau lakukan? Cepat angkat, lalu kubur dia.”

Si Mesum berkata pada Si Autis yang masih cekikikan dan bermain dengan golok dan pacul.

“Astaga. Si Bodoh itu bertingkah lagi,” lanjut Roy.

Roy dan Si Mesum mesum mengeluarkan kedua mayat itu dari dalam bagasi, dan meletakkannya ke lubang yang telah dibuat sebelumnya.

“:Mati kau, Keparat. Mati! Mati! Mati!”

Si Autis menginjak-injak mayat Han di dalam lubang. Membuat rekannya sangat kerepotan.

“Minggir kau!” Roy menendang Si Autis, lalu mulai menutup lubang itu kembali.

Setengah jam berlalu dan kedua mayat pun telah terkubur ke dalam tanah di hutan.

“Astaga. Sulit sekali menemukan tempat seperti ini. Berapa lama lagi kita harus melakukan ini? Sial!” Si Mesum mengambil jerigen berisi bensin. Menyiramkannya ke mobil John.

“Siram semuanya. Kita harus menyingkirkan semua yang bisa menjadi barang bukti, dan jangan lupa bawa plat nomornya.” ucap Si Mesum pada Roy.

“Sial! Kenapa kita harus melakukan ini, padahal bukan kita yang membunuhnya,” sahut Roy yang mulai menyiram mobil dengan bensin.

“Bukan karena polisi, tapi karena orang itu. Dia bisa melakukan apapun pada kita semua,” ucap Si Mesum.

“Astaga. Kita selalu membereskan sisanya. Memangnya aku tak ingin punya asuransi untuk itu?” Roy terus mengeluh saat mengerjakan hal itu.

Si Mesum hanya diam dan mulai menyalakan api untuk membakar mobil itu di hutan.

Saat api mulai menyala, mereka bertiga kembali ke dalam mobil, lalu pergi meninggalkan hutan itu.

Terpopuler

Comments

Lea Azalhea

Lea Azalhea

seru thor

2023-05-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!