CHAPTER 002

Jack melihat beberapa kost yang kosong yang sudah disewakan oleh pemiliknya di platform itu.

Saat melihat kamar yang disukainya, Jack pun langsung menghubungi pemilik kos tersebut dan mendatangi lokasinya.

Karena Jack tak membawa dan memiliki kendaraan, dan biaya taksi yang tak murah, Jack memutuskan untuk menyewa motor yang akan ia gunakan untuk sementara waktu.

Dengan harga sewa lima puluh dolar, Jack dapat menyewa motor itu dalam kurun waktu satu bulan. Harga yang sangat murah daripada Jack harus menggunakan taksi kemanapun ia pergi.

Di tempat kost pertama yang ia kunjungi, Jack bertemu langsung dengan pemilik kos untuk melihat ruangan dan bernegosiasi.

Pemilik kos itu adalah seorang wanita dewasa berumur akhir tiga puluhan. Pemilik kos menyambut Jack dengan ramah dan mempersilahkan masuk. Melihat kamar-kamar yang masih kosong.

Mereka berdua berjalan di lorong kamar, dengan pemilik kos yang menunjukkan jalan.

“Kamarnya berada di ujung, di lantai 2. Kamarnya kedap suara, tenang, dan juga sangat bersih. Jendela di kamar itu juga menghadap jalan raya yang membuatmu dapat melihat semua orang yang melakukan aktivitasnya.”

Pemilik kos itu menaiki tangga diikuti dengan Jack yang melihat kamar-kamar yang sudah dipenuhi oleh penghuni.

Dari luar dan lorong, rumah kos itu memang terlihat sangat bersih dan rapi. Beberapa bunga dan tanaman yang terawat membuat suasana di luar kos itu terlihat lebih rapi lagi.

Mereka berdua akhirnya sampai di kamar paling ujung. Salah satu kamar yang masih tersisa dengan kondisi kamar yang cukup bersih dan baik.

“Disini. Inilah kamarnya. Kau bisa merasakan sinar matahari yang masuk dari jendela dan menutup jendela dan tirai, jika kau tak menginginkan itu,” jelas pemilik kos.

Saat melihat kamar itu, Jack cukup senang karena tempatnya yang sangat bersih dengan sprei berwarna putih hitam, serta dilengkapi AC, TV, serta kamar mandi dalam, yang membuat kamar itu terlihat lebih aesthetic.

“Berapa harga sewanya, Kak?” tanya Joko pada pemilik kos itu.

“Enam ratus dolar, tapi jika kau membayarnya langsung selama setahun, aku bisa memberimu diskon sebesar tiga puluh persen.”

Jack pun terkejut karena mendengar harganya yang sangat mahal itu. Ditambah dia yang baru pindah dari kota kecil. Dia harus mengatur dan sebisa mungkin untuk menghemat pengeluarannya.

“Astaga. Kenapa mahal sekali. Padahal kamar ini sangatlah bagus,” gumam Jack dalam hati.

Dengan fasilitas seperti itu, di kota yang cukup besar, itu adalah harga yang sangat wajar dan masuk akal.

Karena Jack belum mempunyai uang yang cukup, Jack akhirnya memutuskan untuk pergi dan mencari kos lain.

Jack duduk diatas motornya dan kembali membuka platform yang menyediakan kos di kota itu.

Setelah mendapatkan beberapa nomor pemilik, Jack akhirnya pergi menuju ke tempat terdekat.

Di kos kedua yang Jack datangi, Jack kembali disambut oleh pemilik kos. Pemilik kos itu adalah seorang pria paruh baya dengan rambut yang sudah memutih dan menggunakan kacamata minus.

Pemilik kos itu kembali menunjukkan sebuah kamar yang tersisa. Kamar itu sama bersihnya dengan kamar pertama, tapi tak dilengkapi oleh AC, dan TV berukuran kecil.

Saat Jack bertanya, pemilik mengatakan bahwa harganya berkisar di 400 sampai 500 dolar.

Karena Jack menganggap harga sewanya masih mahal, dia akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.

Jack berjalan meninggalkan tempat itu dengan lesu, karena ia belum beristirahat sama sekali, semenjak ia datang di New York.

Karena kondisinya yang lelah, Jack pergi ke sebuah warung makan sederhana untuk mengisi perutnya yang telah kosong.

Di warung makan, Jack memesan makanan seadanya, hanya untuk mengganjal perutnya.

Di sela-sela menikmati makanan, Jack kembali memegang dan melihat ponselnya, membuka platform aplikasi yang menyediakan kos.

Jack meletakkan sendoknya saat melihat sebuah kamar dengan biaya sewa 200 dolar per bulan. Di platform aplikasi penyedia kos, tercantum nama kos dan nomor yang bisa dihubungi.

Tanpa pikir panjang, Jack menelpon pemilik kos itu untuk bertanya tentang kamar kos.

“Halo, Tuan / Nyonya,” ucap Jack saat melihat panggilannya diangkat.

“Halo. Ada yang bisa saya bantu?” Suara seorang wanita menjawab panggilan Jack.

“Aku sedang mencari sebuah kos, lalu menemukan nomor ini di sebuah platform. Apa masih ada kamar yang kosong?”

“Tentu saja,” jawabnya.

Jack sangat senang karena mendengar kabar itu.

“Apa benar harga sewanya cuma 200 dolar per bulan?” tanya Jack kembali memastikan.”

“Ya, kau benar.”

“Astaga, baiklah. Aku akan segera menuju kesana.”

“Tentu. Sampai jumpa.”

“Terima kasih, Nyonya.”

Jack langsung mematikan sambungan teleponnya dan menghabiskan makanan yang baru ia makan dua suap.

***

Tepat pukul lima sore hari, Jack sampai di lokasi kos yang sudah di telponnya semenjak siang.

Jack menghentikan motornya, lalu memarkirkannya di tempat parkir khusus sepeda motor.

Lokasi kos itu berada di pinggir kota dan berdempetan dengan bangunan, dan ruko lainnya yang berada di tempat itu.

Sebuah bangunan gedung tua dengan banner besar yang tertempel dan bertulis, SALOKA RESIDENT.

Melihat dari namanya yang sama, Jack yakin bahwa itulah kos yang memiliki harga sewa 200 dolar per bulan.

Beberapa menit Jack berdiri dan menatap bangunan tua yang terlihat sangat kumuh itu.

“Astaga. Sepertinya aku tak bisa tinggal di tempat seperti ini,” gumam Jack dalam hati.

Jack langsung mengeluh saat melihat kondisi gedung bangunan yang sangat tidak terurus itu.

Saat dia akan pergi dan mencari tempat lain, Jack berpikir, tak mungkin ada kos lain yang memberikan harga paling murah, dan mungkin hanya kos itu yang menyediakannya.

Dengan berat hati, Jack terpaksa harus menerima keadaan itu semua. Jack menurunkan koper yang diikat di motor bagian belakangnya, lalu bergegas memasuki gedung tua itu.

Bangunan tua mempunyai tiga lantai, dengan lantai satu yang dipenuhi oleh ruko yang sudah lama tak terpakai, lantai 2 dengan beberapa kamar kos, dan lantai 3 adalah paling atap untuk menjemur pakaian.

Jack menaiki tangga dan menuju lantai 2. Dia mengangkat kopernya yang berat menaiki anak tangga satu persatu.

Tangga itu terlihat sangat gelap di sore itu, tapi Jack hanya meneruskan langkahnya.

Sesampainya di lantai 2, Jack melihat sebuah pintu besar dipenuhi dengan poster bola dan beberapa tulisan-tulisan aneh lainnya.

Ia pun membuka pintu itu dan masuk ke dalam. Di dalamnya, terdapat ruang resepsionis yang berada di sebelah pintu masuk.

Akan tetapi, tak ada satu orang pun yang terlihat di tempat itu. Lantai dua kos itu membentuk huruf T dengan kamar-kamar yang saling berhadapan di setiap lorong.

Jack meneruskan langkahnya menyusuri lorong-lorong kamar yang terlihat seperti rumah hantu.

Tempat itu terlihat kurang bersih, dan tak seperti tempat kos lainnya. Mungkin dikarenakan harganya yang cukup terjangkau, jadi pemilik kos tak ingin merawat gedung itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!