CHAPTER 010

Kim adalah seorang wanita cantik dengan tinggi badan yang sama dengan dimiliki Jack. Memiliki kulit putih dan paras wajah yang cantik.

Dia menggunakan kemeja panjang dan rok pendek di atas lutut yang membuatnya tampak lebih seksi saat itu.

“Salam kenal semuanya. Senang bertemu dengan kalian.”

Jack menundukkan kepalanya. Menunjukkan rasa hormat.

“Oi, Winson! Apa kau sudah menyapanya?” tanya Nick pada pria bertubuh gemuk yang bertemu dengan Jack pertama kali.

“Sudah. Aku sudah menyapanya pertama kali, sebelum kalian datang kemari,” ucap Winson yang tetap duduk dan melihat layar komputernya.

“Winson, kau bisa ajari dia nanti. Dia cerdas dan mungkin akan sangat membantu untuk tim ini.”

“Baik, Pak,” jawab Winson singkat.

“Baiklah, mari. Tempat dudukmu di sebelah sana, di samping meja Winson.”

Nick menunjukkan tempat duduknya pada Jack.

“Baiklah. Terimakasih, Pak.”

Jack pun pergi dan meletakkan tasnya di atas kursi. Dia melihat Winson yang duduk di sebelahnya. Jack merasa bahwa Winson mempunyai sikap aneh, sama seperti penghuni kos yang sedang ia tempati.

“Ikutlah denganku, Jack.”

Mike mengajak Jack keluar ruangan.

Mereka berdua menuju atap gedung di lantai 5 untuk berbicara empat mata.

“Astaga. Pria bertubuh gemuk itu terlihat aneh,” ucap Jack.

“Siapa? Si Gempal?” tanya Mike.

“Gempal?” sahut Jack.

“Ya. Si gemuk itu bukan?”

“Ya. Kau benar, Mike.”

“Walau dia terlihat aneh, tapi dia mempunyai etos kerja yang sangat bagus. Bersikaplah baik padanya. Aku yakin, lama-lama dia akan luluh sendiri. Kau harus cepat beradaptasi, Jack.”

“Lagi pula, banyak senior selain dia yang menyukaimu.”

“Ya. Terserah kau saja, Mike.”

“Dengarkan aku, Jack. Kehidupan sosial sebenarnya tidak berada di kampus atau militer, tapi disinilah, di kantor. Jika ada hal yang sedikit menyebalkan, kau harus bersabar saat menghadapinya.”

Lagi-lagi Mike menasehati Jack dengan omong kosongnya, yang membuat Jack sangat bosan mendengar hal itu.

“Baiklah. Aku paham. Siap, Bapak CEO,” ucap Jack.

“Astaga. Kau tak perlu seperti itu. Panggil saja Mike, jika kita sedang berdua.”

Mike tersenyum dan menepuk pundak Jack.

“Baiklah, Jack. Aku akan ke toilet dahulu. Satu hal lagi. Kau harus bisa mengontrol emosimu, terkadang kau masih mudah marah, jadi, berhati-hatilah.”

Mike pun pergi dari atap gedung, meninggalkan Jack

Setelah Jack kembali di ruangan kerjanya, Jack langsung mengerjakan beberapa pekerjaan yang telah ditugaskan untuknya.

Saat semua orang fokus dengan kesibukannya, Winson mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Sebuah sandal slop dengan corak yang indah. Winson berdiri, berjalan menuju meja Kim, lalu memberikan sandal itu pada Kim. Winson hanya meletakkan di atas meja dan berkata,

“Saat aku berlibur, aku membelikannya sekalian. Kurasa kau akan cocok memakai itu. Aku membelinya saat diskon sedang berlangsung. Beli satu gratis satu.”

Winson dengan gugup berjalan kembali ke meja kerjanya.

“Kau bisa memakainya, aku sudah mempunyai satu lagi yang akan kupakai.”

“Hmmm Begitukah? Astaga. Ini sangatlah cantik.”

Kim mengambil sandal itu dan melihat-lihatnya sekilas.

“Akan tetapi, kurasa ini lebih cocok jika Jack yang memakainya,” ucap Kim yang melihat Jack. “Pak Winson, apa boleh aku memberikannya kepada Jack?” lanjut Kim.

Jack hanya mengangguk dari tempat duduknya, tanpa mengucapkan apapun.

“Jack, kau tidak membawa sandal kemari, bukan? Cobalah ini. Kurasa ini lebih cocok untukmu.”

Kim meletakkan sandal itu di bawah meja Jack.

“Ya.. Aku tak membawanya, tapi…” ucap Jack yang terbata-bata dan melihat ke Winson sesekali

“Coba saja, Jack. Tak apa.”

Jack memutar kursinya, melepas sepatu, lalu mencoba sandal itu.

“Wah. Cocok sekali itu untukmu. Kau terlihat sangat manis. Hahahaha,” ucap Kim dengan kata-kata yang menggoda Jack.

Winson yang duduk di pojokan pun hanya merengut, melihat Kim malah memberikan sandalnya kepada Jack.

Winson sepertinya menyukai Kim secara diam-diam karena ia tak berani untuk mengatakannya pada Kim. Winson hanya bisa diam dan merengut karena tak bisa melakukan apapun.

“Astaga. Jack sudah mempunyai pacar. Kau tak boleh menggodanya, Kim. Lagi pula, Jack lebih muda darimu. Apa kau menyukai brondong?” ucap Mike yang datang dan balik bergurau pada Kim.

“Ayolah. Padahal aku tak melakukan apapun,” Kim kembali ke tempat duduknya dan menyelesaikan pekerjaannya.

“Aku sangat iri melihat Jack yang begitu populer di kalangan para wanita,” lanjut Mike. “Kau sangat beruntuk Jack, memiliki wajah yang tampan. Astaga. Andaikan aku sepertimu.”

Mike mengambil jas dan bersiap untuk menuju suatu tempat.

“Baiklah. Semuanya  saja. Aku akan pergi untuk mengadakan rapat dengan para direktur. Sampai jumpa lagi.”

“Hati-hati di jalan, Pak.”

“Sampai jumpa.”

Semua orang memberikan salam balik pada Mike yang akan mengadakan rapat bersama direktur.

***

Di SALOKA RESIDENT, terlihat Wick yang terbangun dari tidurnya karena mendengar sesuatu dari salah satu kamar.

“Brengsek!” umpat Wick kesal.

Karena emosi dengan hal itu, dia mengambil sebuah pisau miliknya, lalu keluar dari kamarnya.

Di lorong, dia melihat semua penghuni kos yang sudah berada di depan kamarnya.

Mereka berjumlah 4 orang, dan salah satu dari mereka adalah Han. Ketiga pria lain yang berdiri di depan pintu kamar Wick merupakan penghuni kos itu.

Seorang pria dengan wajah kusut dan kaos kumal. Menggunakan kacamata bulat. Para penghuni biasa menyebutnya Si Mesum.

Karena dia sering ketahuan melakukan masturbasi, saat sendirian di dalam kamarnya. Kamar Si Mesum pun sangat tak terurus.. Banyak sisa bungkus makanan ringan, dan makanan cepat saji yang dibuang olehnya.

Kedua orang lain yang berdiri saat itu adalah seorang pria kembar. Si Kakak tertua bernama Roy. Memiliki seorang adik kembaran yang memang memiliki sedikit kelainan jiwa.

Penghuni kos sering menyebutnya Si Autis. Dia selalu bersikap tidak normal dengan terus menerus tertawa dengan sendirinya.

Mereka berempat berdiri di depan pintu kamar Wick dengan penuh mencurigakan.

“Apa-apaan ini? Apa yang kalian inginkan?” Wick mengacungkan pisaunya.

“Tenanglah, Pak. Kami hanya ingin bermain denganmu.”

“Brengsek!”

Belum sempat Wick mengayunkan pisau, Han lebih dulu menyerangnya. buk

Saat Wick berlutut, di sanalah Si Kembar dan Si Mesum langsung mengeroyoknya. Mereka bertiga menyeret Wick ke ruang mistis, tempat Han melakukan ritual dan semacamnya.

Sebuah keranda peti mati. Tubuh Wick diletakkan di atasnya. Keempat orang itu mulai melakukan ritual. Mereka mempersembahkan dan menjadikan Wick sebagai tumbal untuk sesembahan.

Pintu ruangan kamar ditutup, tubuh Wick diikat di atas peti, lalu mereka berempat memulai persembahan gila itu.

***

Di depan SALOKA RESIDENT. Terlihat seorang detektif wanita yang sedang berpatroli. Detektif wanita itu bernama Rose.

Seperti detektif di negara bagian eropa pada umumnya, Rose hanya mengenakan kaos tipis dengan blazer hitam, dengan pistol yang berada di ikat pinggang celananya.

Rose memiliki rambut sedikit panjang yang dikuncir, menambah gayanya yang terlihat kekinian.

Rose mendapat laporan dari warga sekitar kos itu. Beberapa anak anjing mati secara berturut-turut dengan tidak wajar.

Setelah mengumpulkan semua bukti dan rekaman cctv yang ada, tersangka utama dalam kasus itu adalah Si Autis.

Rose pun segera menuju ke gedung kos untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Si Autis itu.

Rose menaiki tangga dan melihat sekelilingnya. Pertama kali baginya menginjakkan kaki di tempat itu.

Selain tempatnya yang sangat tak terurus, tempat itu juga sangat terpencil di pojok kota. Tempat yang jarang sekali dilewati oleh polisi saat berpatroli.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!