CHAPTER 005

“Dimana itu?” tanya Jane. “Entahlah. Sepertinya ini berada di pinggiran New York, tapi tempat ini juga sangat dekat dari tempat tinggalmu.”

“Baguslah, jika kau memang menyukai tempat itu.”

“Apa kau sudah pulang dari kantormu? Maukah kau bertemu denganku setelah pulang?”

Jack sangat ingin bertemu dengan Jane setelah sekian lama mereka tak bertemu.

“Astaga. Maafkan aku, Sayang. Aku sangat ingin bertemu denganmu, tapi di kantorku ada acara makan besar, karena bosku sedang ulang tahun hari ini.”

“Sebagai karyawan baru, aku tak mungkin meninggalkan acara ini, walau acaranya tak begitu penting.”

“Hmmm. Baiklah,” ucap Jack yang sebenarnya cukup kecewa karena tak bisa bertemu dengan Jane.

“Kau baru saja datang pindah kemari, Mas. Seharusnya kau beristirahat lebih dahulu dan kita bisa bertemu esok hari. Bagaimana?” ucap Jane.

“Tentu saja. Baiklah. Kalau begitu, aku akan beristirahat dahulu. Sampai ketemu besok, Jane.”

“Baiklah. Selamat beristirahat, Mas.”

Jack memutuskan panggilan teleponnya.

“Hoi, Anak Muda.” Eli datang dari tangga dan menyapa Jack saat melihatnya. “Apa kau datang naik ke atap untuk melihat-lihat sekitar atap?”

Eli membawa beberapa pakaian yang akan ia jemur sore itu.

“Hehehe. Ya, Nyonya. Sepertinya begitu.”

“Apa kau menyukai atap ini?”

Jack hanya tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.

Eli berjalan dan meletakkan keranjang berisi pakaian. Mulai menggantungnya satu persatu. Menggantung menggunakan hanger yang sudah karatan di atas tali dadung yang berumur tua.

“Bagaimana? Apa kau mulai betah tinggal di tempat ini?”

Jack hanya tersenyum kecil dan mengangguk. Dia tak mungkin berkata yang sesungguhnya, bahwa dia sangat tak menyukai tempat kosnya yang baru.

“Jika kau membutuhkan sesuatu, tinggal bilang saja padaku. Tak usah sungkan.”

Jack kembali memberikan senyum palsunya. Dia sebenarnya sangat risih dengan Eli yang lanngsung sok kenal dan sok dekat padanya.

“Baik, Nyonya. Kalau begitu, aku permisi dulu.”

“Tentu. Silahkan, Nak. Astaga. Selain tampan, ternyata kau juga sangat sopan. Hahahaha.”

Jack kembali menuruni tangganya untuk kembali ke kamar.

Di lorong kamar, salah satu pintu kamar kos itu terbuka. Di dalam kamar itu Jack melihat banyak sekali peralatan kuno untuk mengusir setan. Mulai dari kayu salib, hingga beberapa alkitab yang sudah usang, penuh dengan debu.

Perlahan Jack melangkah masuk dan melihat sekelilingnya.

Di ujung kamar itu banyak sekali kalung dengan liontin berbentuk salib yang tergantung di gantungan baju.

Kalung-kalung salib yang tergantung itu bagaikan barang dagangan milik pedagang kaki lima, tapi, kalung-kalung itu telah dipenuhi dengan debu dan sarang laba-laba.

Setumpuk al-kitab juga terlihat di pojok kamar.

“Astaga, tempat apa ini?” gumam Jack dalam hatinya.

whus!!!!

Dari luar kamar, terasa ada sesuatu yang melintas dengan cepat seperti kilat.

Jack berbalik dan melihat keadaan di luar.

NIHIL! Tak ada apapun atau siapapun yang melintas disana. Hanya ada suara cicak dan keheningan di lorong itu.

Sama sekali bagi Jack tak merinding atau ketakutan saat itu. Yang ada malah rasa penasaran yang berlebih padanya.

Jack kembali masuk dan melihat-lihat semua barang yang ada di dalamnya.

Tepat di sebelah ranjang terdapat sebuah rosario yang dikenal sebagai alat doa milik umat beragama katolik. Rosario sendiri terdiri dari rangkaian manik-manik yang indah.

Dalam praktik pengusiran setan, rosario sendiri sering digunakan dalam doa dan ritual untuk menguatkan iman dan memohon perlindungan kepada hadirnya roh jahat.

Cermin bulat atau biasa disebut dengan perangkat refleksi menempel pada dinding kamar

Barang itu dipercaya oleh sebagian umat beragama untuk mengusir roh jahat dengan cara memantulkan gambaran kembali kepada mereka.

Hal semacam itu didasarkan pada kepercayaan, bahwa roh jahat tidak dapat melihat refleksi dan wujud mereka sendiri.

Jack terus menyapu seluruh ruangan, melihat semua barang pengusir setan itu. Sesekali dia memegang, lalu meletakkannya kembali.

“Astaga, kenapa banyak macam benda aneh disini? Sepertinya penghuni kamar ini adalah seorang cenayang.”

klotak!!!! Tak sengaja kaki Jack menjatuhkan sebuah tongkat yang disandarkan di dipan kasur.

Membungkuk mengambil tongkat itu.

Ternyata tongkat itu juga merupakan salah satu alat pengusir setan. Panjang tongkat itu mencapai 160 cm. Dari ujung bawah hingga ujung atas tongkat terdapat corak dan ukiran seperti tumbuhan yang menjalar.

Ditambah dengan kepala tongkat itu yang berbentuk kepala tengkorak manusia. Membuat tongkat itu terlihat benar-benar mistik.

Jack kembali meletakkan tongkat, lalu berpindah pada sesuatu di atas meja. Diatasnya terdapat berbagai macam dupa dan juga rokok hening.

Asap rokok yang disulut, serta dupa yang dibakar, konon dapat mengusir roh jahat, karena pengaruh dari asap serta wangi dupa itu.

Seluruh dinding kamar itu dipenuhi dengan tulisan dan coretan atas kebencian dengan Tuhan. Terlihat juga simbol satanic yang cukup besar di tengah dinding.

Sepertinya para penghuni disana adalah umat penyembah setan, jika melihat akan hal itu.

“Hei, apa yang kau lakukan?”

Seorang pria dewasa berseru pada Jack. Dia tengah berdiri di luar kamar dan melihat Jack yang sedang asyik melihat beberapa barang mistis itu.

Dia adalah Wick. Salah satu penghuni kos di tempat itu. Berumur 40 awal dengan postur tubuh tinggi dan gempal.

“Oh, itu. Tadi … Aku hanya lewat saja, dan aku penasaran tentang benda-benda yang ada di dalam itu.” Jack kembali meletakkan barang-barang, lalu menghampiri Wick.

“Astaga, apa kau penghuni baru disini? Sepertinya kau tak punya sopan santun sama sekali. Kenapa kau masuk kamar yang bukan milikmu?”

“Itu .. Maafkan aku, Pak. Tadinya, aku hanya penasaran, dan aku pun akhirnya masuk. Sekali lagi, maafkan aku jika aku telah lancang.” Jack menunduk meminta maaf.

“Omong-omong, apa kau juga penghuni di kos ini?”

Wick hanya mendengus, lalu pergi mengabaikan Jack.

“Astaga, kenapa dia ketus sekali?” gumam Jack dalam hati. Dia pun kembali masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamarnya, Jack kembali merebahkan dirinya, dan mencoba untuk memejamkan mata.

Jack terlihat sangat lelah, karena ia belum beristirahat sama sekali semenjak ia datang ke New York.

Setelah berhasil memejamkan matanya beberapa menit,

dukkk!!!! sssss!!!!!!

Suara aneh terdengar dari langit atap kamar Jack. Seketika Jack kembali bangun karena mendengar itu.

Kali ini Jack mendengar suara yang entah darimana asalnya. Suara yang sama seperti saat kedatangannya pertama kali di kosnya yang baru itu.

“Sial!! Apalagi ini?” Jack sangat kesal karena sangat terganggu dengan hal itu.

Jack mencoba keluar, tapi, dia tak menemukan siapapun, dan dia pun kembali ke dalam kamarnya.

*KRING!!!

Ponsel Jack kembali berdering. Kali ini ia mendapatkan telepon dari temannya yang berada di New York. Dia bernama Mike.

“Halo, Mike,” sapa Jack dengan pelan, karena tak ingin orang lain mendengarnya.

“Dimana kau? Kenapa kau tak menghubungiku? Apa kau sudah melupakan temanmu ini. Seharusnya kau menghubungiku dahulu, setibanya kau di New York.”

“Sudahlah. Maafkan aku. Aku sangat sibuk tadi, karena harus mencari tempat tinggal untukku.”

“Oh ya? Apa kau sudah mendapatkan kamar?” tanya Mike.

“Tentu. Aku sudah mendapatkannya. Walau tempatnya tak terlalu bagus, tapi setidaknya aku mendapat harga yang sangat murah.”

“Hahahaha. Astaga. Keluarlah. Aku ingin mengajakmu minum bir. Aku akan mentraktirmu kali ini,” Mike tertawa mendengar perkataan dari Jack, bahwa kamarnya yang tak kedap suara itu.

“Dimana?”

“Setelah ini, aku akan mengirimkan alamatnya kepadamu.”

“Baiklah. Aku akan menunggunya.”

Terpopuler

Comments

Mama AldyNovi

Mama AldyNovi

kebanyakan astaga deh dialognya

2023-07-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!