CHAPTER 004

“Ini. Minumlah dulu, Nak.”

Jack menerima gelas itu, lalu menegaknya. Rasa panas dan dahaga dirasakannya sejak kedatangannya di tempat itu.

“Bagaimana? Apa kau sudah membuat keputusan?” tanya Eli.

Jack menghela nafas panjang dan menjawab, “Ya, tentu. Aku akan tinggal disini.”

“Wahh. Bagus, Nak. Kau membuat keputusan yang sangat tepat,” ucap  Eli kesenangan, menepuk-nepuk pundak Jack.

“Kalau begitu, ini kuncinya.” Eli merogoh kunci dari kantongnya. Memberikannya pada Jack.

“Kau bisa menggunakan kamar 313 tadi. Aku memberimu 2 kunci. Satunya bisa kau gunakan untuk cadangan, jika kau kehilangan salah satu kuncinya.”

Jack mengulurkan tangannya. Menerima kunci yang telah diberi oleh Eli.

“Baiklah, Nyonya. Terimakasih. Senang bertemu denganmu,” uxap Jack berdiri dan akan pergi ke kamar 313.

“Tidak. Seharusnya aku yang mengatakan hal itu padamu.”

Eli tersenyum menemani Jack hingga depan pintu ruangannya.

Perlahan Jack berjalan dengan membawa tas dan menarik kopernya menuju kamar 313.

Saat di lorong, Jack mulai merasakan keanehan yang terjadi. Seperti ada sosok yang melihatnya, tapi entah siapa itu. Dia tetap melangkah dan pergi ke kamarnya.

Dan mulai saat itulah. Semua hal-hal mistis mulai dialami oleh Jack.

Di dalam kamar, Jack meletakkan kopernya  di bawah dipan kasur dan tasnya diatas meja yang sangat sempit itu.

Jack melepas sepatu beserta kaos kakinya, lalu melihat sekeliling kamarnya. Dia mulai mencoba kasur tua yang berada di atas dipan.

Dipan dari kayu itu mengeluarkan bunyi saat saat Jack mencoba duduk di atas kasur. Jack mengambil sebuah bantal, lalu menciumnya.

Saat ia menepuk bantal itu, debu berterbangan yang membuatnya terbatuk-batuk.

“Sial!”

Jack menepuk-nepuk bantal itu, membuka pintu kamarnya, berharap debunya keluar dari dalam kamar.

Jack mencoba untuk merebahkan dirinya dengan berbagai posisi, tapi tetap saja, ia merasa sangat tak nyaman dengan kamar itu.

Dia pun berdiri di atas kursi dan mencoba membuka jendela kecil yang berada di dinding yang cukup tinggi.

Akan tetapi, tetap saja, jendela kamar itu tak bisa terbuka, dan ruangan pun sangat pengap.

“Astaga. Tempat tidurnya berderit, berjamur, dan baunya sangat tak sedap. Bahkan sinar matahari tak dapat masuk kemari,” gumam Jack dalam hatinya.

Jack berdiri di tengah-tengah kamar. Memutar, memandangi kamarnya yang sangat tak layak baginya untuk ditempati.

Dengan terpaksa, Jack kembali mencoba untuk merebahkan diri di kasurnya.

“Baiklah. Aku harus bertahan, hingga semua depositku terkumpul, cukup beberapa bulan saja. Aku harus bisa bertahan. Lagi pula, tidak ada tempat lain sebaik ini, dengan harga yang sangat murah.”

Jack terus bergumam dalam hati sambil memandangi langit-langit atap kamarnya.

Ponsel Jack kembali berbunyi. Jack langsung mengangkat panggilan itu saat melihat Jane lah yang menelponnya.

“Halo, Jane. Apa kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?” tanya Jack.

“Ya, begitulah. Astaga. Aku sangat lelah hari ini. Salah satu klien ku membuatku emosi, tapi aku tak bisa membalasnya,” ucap Jane dengan kesal.

“Astaga. Kau harus bersabar. Memang begitulah semua orang. Kau tak bisa mengharapkan semua orang bersifat sama, Jane.”

“Ah, sudahlah. Aku lelah sekali hari ini. Ingin rasanya segera pulang dan merebahkan tubuhku di atas kasur.”

“Baiklah, Jane. Kalau begitu, sampai nanti. Aku juga ingin mandi dan membereskan pakaianku. Dadah!” Jack menutup teleponnya.

Sesampainya Jack di kamar mandi, ia kembali melihat kamar mandi yang sangat kotor dan berlumut.

Mulai dari dinding kamar mandi, mesin cuci yang lusuh, wc yang bau. Jack berjalan melihat isi kamar mandi, satu persatu.

Setelah mandi, dan mencuci beberapa pakaiannya, Jack menuju lantai 3, lantai paling atas, hanya untuk menjemur baju dan melihat pemandangan sore hari dari atas sana.

Dari atap kos SALOKA RESIDENT, Jack dapat melihat bangunan-bangunan yang lebih tinggi dan megah.

Meski gedung kos yang ditempatinya sangat terpencil di pinggiran kota, tapi pemandangan dari atap itu sangat indah di sore hari.

Mata hari mulai turun dan langit berubah menjadi warna-warni yang sangat indah. Pemandangan senja yang sangat menakjubkan di sore itu.

Dari atap gedung itu terlihat gedung-gedung tinggi pencakar langit yang menjulang tinggi, menutupi siluet matahari yang akan terbenam.

Jack menghela nafas panjang. Menghirup udara di sore hari, menjelang petang itu.

Dia kembali mengeluarkan ponselnya dan menelpon Jane.

“Halo, Jane,” ucap Jack saat Jane mengangkat teleponnya.

“Halo, Sayang. Apa kau sudah mendapat kos baru?” tanya  Jane.

“Tentu saja. Aku sudah mendapatkannya. Sekarang, aku sedang berada di atap kos ini.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!