CHAPTER 006

Malam harinya, Jack dan Mike bertemu di sebuah bar sekaligus cafe yang menyediakan camilan dan beberapa makanan berat.

Mike adalah teman lama Jack dari kampung halamannya. Walau dari segi umur, Mike lebih tua, tapi mereka masih dapat berteman dengan baik.

Mike sudah lama pergi merantau ke New York, lalu mengajak Jack untuk bertemu, saat mendengar bahwa Jack juga berada di kota itu.

Mereka berdua pun mulai bertukar cerita dan pikiran di kafe itu. Sesekali dengan meminum bir dan alkohol yang telah dipesan oleh Mike, sebelumnya.

“Astaga. Asal kau tahu Jack, saat ini aku juga sedang mengalami kesulitan. Aku berbisnis dengan penuh kesulitan. Aku sudah menyadarinya, bahwa bisnis tak selamanya berjalan dengan mulus,” ucap Mike.

“Semua bisnis itu perlu utang, Jack. Tak ada bisnis besar yang tak memerlukan utang.”

“Seperti apa yang pernah dikatakan oleh Robert Kiyosaki. ‘Utang adalah Uang, jika kau menggunakan utang itu dengan baik’.”

“Omong-omong, selamat datang di New York. Aku sangat senang dapat bertemu kembali denganmu.”

Mike menuangkan alkohol di dalam gelasnya dan gelas Jack, lalu mereka bersulang.

“Terimakasih, Mike.”

“Astaga. Kau tak perlu berterima kasih. Minumlah. Adat disini adalah, sekai teguk, kau harus minum hingga mabuk. Hahahahaha.”

Mereka berdua pun meminum bir dengan alkohol itu bersama.

“Wahh. Apa kau masih menulis, Jack?” tanya Mike.

“Tentu, Mike. Aku masih tetap menulis hingga saat ini. Hanya itu yang aku gunakan untuk mendapatkan uang.”

“Astaga. Ternyata kau belum menyerah. Lantas, tentang apa kali ini? Genre apa yang sedang kau tulis? Roman? Aksi? Atau apa?”

“Kali ini aku berniat untuk menulis tentang kriminal, atau semua hal yang berkaitan tentang kejahatan kriminal,” jawab Jack dengan yakin.

“Oh ya? Baiklah, kalau begitu. Kenapa kau tak mencoba hal lain, Jack? Kau cukup tampan menurutku, tapi kenapa hanya itu yang ada di pikiranmu?”

“Kau harus mencoba hal lain selama disini. Banyak hal lain yang bisa kau lakukan. Bahkan kau bisa mencoba menjadi aktor, karena kau mempunyai wajah yang tampan. Hahahaha.”

“Setibanya di kota ini. Aku langsung mengalami kejadian yang sial. Laptopku rusak dan aku mendapat tempat tinggal yang….”

“Sudahlah. Kau bisa tinggal bersama, Jane. Kau pasti sangat senang bila tinggal bersamanya. Kau bisa tidur bersamanya dan menciumnya, kapanpun kau mau. Hahahaha.”

“Benar juga. Sudah lama aku tak bertemu dengan kekasihmu itu. Kenapa kau tak mengajaknya kemari bersama?”

“Dia mempunyai acara lain. Dia sedang makan bersama para karyawan lain di kantornya, karena bosnya berulang tahun hari ini.”

“Ulang tahun?” tanya Mike.

“Ya. Ulang tahun.”

“Astaga. Hanya ulang tahun? Memangnya kenapa? Apa dia dipaksa ikut oleh rekannya? Karena hal itu, budaya kerja disini dianggap tertinggal dibelakang oleh beberapa negara lainnya.”

“Asal kau tahu, Jack. Di kantorku tidak ada budaya seperti itu. Benar-benar sangat bebas. Kau bisa melakukan apapun, asal kau profesional dalam pekerjaan dan semua tugasmu.”

Jack terus mendengarkan dan mengangguk, sesekali meminum bir dan menikmati cemilan yang ada di atas meja.

“Hhh. Kau benar, Mike. Kau dari dulu memang suka kebebasan dan tak suka diatur,” ucap Jack.

“Hahaha. Kau benar, Jack. Lantas, bagaimana dengan tempat tinggal barumu?” tanya Mike.

“Huft! Tempat itu sangat sempit, tak sinar matahari yang masuk, dan sama sekali tak kedap suara. Toiletnya pun dipakai bersama. Astaga. Bahkan aku tak tahan, walau hanya membicarakannya.”

Jack menuangkan alkohol dari dalam botol, lalu menegaknya hingga habis.

“Sepertinya, sekarang sedang tren menyewa apartemen dengan fasilitas lengkap dan kamar mandi dalam,” ucap Mike yang tak tega melihat Jack tinggal di kos barunya.

“Itu terlalu mahal untukku, Mike. Aku tak mungkin tinggal disana.”

“Hmm. Benar juga. Di tempat seperti itu cukup mahal. Kau harus bersabar, Jack.”

“Begini saja. Lebih baik kau bekerja di kantorku. Sembari mencari penghasilan tambahan dan menunggu laptopmu yang sedang rusak. Kau pun juga bisa bekerja 2 profesi sekaligus.”

“Kau bekerja di kantorku, dan kau akan tetap menulis novelmu. Itu akan membuatmu mendapatkan penghasilan yang cukup, bahkan lebih. Bagaimana?”

Mike menawarkan pekerjaan kepada Jack untuk bekerja di kantornya. Sebagai seorang CEO perusahaan, Mike tentu saja tak tega melihat temannya sendiri yang sedang kesulitan.

“Satu bulan pertama, kau bisa menjadi pegawai magang di kantorku. Setelah itu aku akan langsung mengangkatmu menjadi pegawai tetap disana.”

“Benarkah? Akan tetapi, aku tak yakin akan bekerja dengan baik di kantormu, Mike. Sebenarnya, aku juga membutuhkan uang yang lebih untuk kehidupanku disini.”

“Kau harus yakin. Kenapa kau sudah pesimis. Datanglah ke kantorku esok hari. Aku akan menunggumu di sana.”

“Baiklah, kalau begitu. Wahh. Kau terlihat sangat hebat setelah menjadi CEO di perusahaan mu,” ucap Jack memuji Mike.

“Itu bukan apa-apa, Mike. Aku hanya bekerja demi uang. Bayangkan saja. Apa yang akan kau lakukan, jika Jane ingin segera menikah denganmu, tapi kau tak mempunyai uang yang cukup, lalu dia memutuskanmu begitu saja.”

Seketika raut wajah Jack langsung merengut saat mendengar, apa yang dikatakan oleh Mike padanya.

Jack adalah orang yang sangat sensitif. Walau Mike hanya bercanda, tapi Jack akan memasukkan perkataannya itu ke dalam hati.

“Bagaimana, Jack? Apa yang akan kau lakukan jika itu terjadi? Banyak orang disekitarku yang mengalami hal seperti itu.”

Mike menatap Jack yang tiba-tiba mengerutkan dahinya.

“Astaga. Kenapa kau mengerutkan dahi seperti itu?”

“Tidak. Lupakan saja, Mike. Itu karena kau mengatakan hal aneh tadi.”

“Hal aneh? Apa maksudmu?” Mike menjatuhkan pisau dagingnya. “Tidak. Bukan begitu maksudku. Sudah, lupakan saja,” ucap  Jack.

“HAHAHAHAHAHA. Astaga, Jack. Ternyata kau masih saja seperti dahulu. Kau sangat sensitif pada apapun.”

Mike tertawa terbahak-bahak. Menggoda Jack yang masih terlihat sangat kesal padanya.

Satu jam berlalu, mereka berdua mengobrol bersama dan menghabiskan beberapa minuman alkohol yang masih tersisa.

“Apa kau punya korek?” tanya Mike. “Tidak, Mike. Aku sudah berhenti satu tahun yang lalu.”

“Wahh. Kau hebat. Dengarkan aku, Jack. Kau harus bekerja keras, agar kau mendapatkan banyak uang. Aku yakin kau akan sukses jika kau tekun.”

“Di kota ini, banyak sekali anak muda seumuran mu yang pengangguran. Mereka tak mempunyai pekerjaan dan akhirnya melakukan tindakan kriminal.”

“Meski banyak pemuda berkualitas tinggi meminta pekerjaan padaku, tapi aku tetap memilihmu,” ucap Mike menyombongkan dirinya.

“Baiklah. Terimakasih banyak untuk itu, Mike.”

Jack sebenarnya sangat kesal karena Mike terus menyombongkan dirinya, tapi ia tak menunjukkan itu pada, Mike. Jack hanya memendamnya dalam hati.

“Kau harus bekerja keras, Jack. Aku sangat menyukaimu. Aku juga akan memujimu di depan pegawai lain, saat kau disana nanti, jadi, kau tak boleh mengecewakanku.”

“Baiklah, Mike. Aku akan bekerja keras.”

Jack menganggukan kepalanya pada Mike.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!