CHAPTER 008

Di teras toko itu berjajar meja berbentuk persegi dengan empat kursi di setiap sisinya. Para pelanggan toko dapat bersantai sejenak sembari menikmati makanan yang telah dibelinya.

Juga menyediakan air panas untuk menyeduh kopi instan dan mie gelas, jika pelanggan ingin menikmatinya di teras.

Jack mulai menegak minuman beralkohol itu perlahan. Sesekali dia melamun, melihat ke langit yang dipenuhi bintang di malam itu.

Beberapa orang berdatangan ke toko, lalu langsung pergi setelah itu. Hanya ada Jack yang menikmati alkohol sendirian disana.

“Setan? Benarkah setan itu nyata?” gumam Jack. Dia kembali teringat semua hal mengganjal yang terjadi di kos barunya itu.

Karena selama hidupnya, Jack pun tak pernah melihat sesuatu yang mistis dengan mata kepalanya sendiri. Dari itu-kepalanya dipenuhi dengan banyak pertanyaan.

“Ah,sudahlah. Kenapa aku harus mengingatnya. Itu hanya akan membuatku pusing saja.”

Setengah jam berlalu dengan cepat. Waktu menunjukkan pukul 00.30 dini hari. Minuman alkohol Jack kini tinggal hanya setengah dari botol berukuran tujuh ratus mili.

Cukup banyak alkohol yang dihabiskannya di malam itu. Matanya terasa lebih berat lagi. Dia pun memutuskan segera kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

Jack berjalan dengan sempoyongan. Membawa sisa minuman di dalam botol, dan cemilan yang tak dimakannya sama sekali.

Sesampainya di gedung kos, dia pergi ke dapur terlebih dahulu untuk meletakkan sisa alkoholnya di dalam kulkas.

Saat berjalan di dalam lorong, lagi-lagi dia melihat pintu  kamar yang dipenuhi oleh perangkat pengusir setan terbuka lebar.

Kali ini ada seseorang yang berada di dalam nya. Seorang pria dengan tubuh kurus. Menggunakan pakaian serba hitam.

Pria itu sedang menggelar karpet dan melakukan semacam ritual dan membacakan jompa-jampi khusus, yang entah menggunakan bahasa apa.

Semua alat pengusir setan diletakkan di hadapannya saat itu.

Jack menghentikan langkahnya, lalu mencoba untuk mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka.

“Apa yang dilakukan pria itu? Benarkah dia seorang cenayang?” gumamnya.

“Astaga!” Jack terkejut saat pria itu tiba-tiba menoleh kearahnya.

Kini Jack ketahuan sedang mengintip. Dia pun segera bergegas pergi dari kamar itu menuju ke dapur.

Membuka kulkas, meletakkan sisa alkoholnya di dalam. Dia cukup terkejut setengah mati saat melihat pria tadi menatapnya dengan tajam.

Menuangkan air putih, lalu menegaknya.

Perlahan dia berjalan di lorong, dan segera memasuki kamarnya, lalu beranjak untuk tertidur.

***

Keesokan harinya, tepat pukul tujuh pagi, Jack sudah berpakaian rapi. Bersiap untuk berangkat kerja.

Jack menggunakan setelah sederhana. Kemeja polos berwarna hitam dan celana chino, serta sepatu casual.

Dia juga membawa tas kecil yang digunakan untuk membawa ponsel, buku catatan, dan dompet.

Setelah semuanya siap, Jack mengunci kamarnya, lalu berjalan pergi meninggalkan kamarnya itu.

“Hei, Anak Muda!” Eli menyapa Jack dari ruangannya.

Jack berhenti sejenak melihat Eli yang menghampirinya.

“Astaga, kau rajin sekali. Kau sudah sangat rapi sepagi ini. Apa kau akan bepergian?”

“Tidak, Nyonya. Aku hendak bekerja. Hari ini, hari pertamaku masuk kerja.”

“Ah, begitu rupanya. Apa kau sudah sarapan? Sarapanlah dulu, Nak. Aku sudah menyiapkan sup dan telur rebus di dapur.”

“Tidak perlu, Nyonya. Aku tidak terbiasa sarapan pagi.” Jack membenarkan kemejanya. Dia sungguh tak nyaman dengan Eli yang sok baik padanya.

Karena, Jack sendiri pun termasuk orang yang tidak pandai untuk bersosial.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!