CHAPTER 016

Di depan gedung terlihat John yang masih berada di dalam mobilnya dan mencoba untuk menghubungi Wick.

“Astaga. Dimana berandal ini?”

Sebelum John menyalakan mesin, dari belakang kursi penumpang, Han yang lebih dulu bersembunyi, muncul dan mencekik John dari belakang.

Dengan tali dadung, Han mengikat leher John dan menariknya dari belakang. Membuat John tak bisa berbicara dan meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan dirinya.

“Halo, Pak Polisi. Apa kau ingin bermain-main, atau ingin mati?” ucap Han yang terus menarik talinya dengan keras.

Han mengambil sebuah pisau dari sakunya, lalu menancapkan pisau kecil itu ke leher John.

Darah mengucur dengan deras dari lehernya, membuat John terlihat seperti ayam yang sedang disembelih.

John pun tewas di tangan Han secara perlahan dan mengerikan.

Dari luar mobil, seorang pria berpakaian rapi datang menghampiri mobil John. Pria itu memakai setelan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna putih.

Dia berjalan mendekati mobil, dan saat membuka pintu mobil, John terjatuh ke luar dengan darah yang membasahi sekitarnya.

Suasana di depan gedung sepi itu sangat sepi, sehingga tak ada seorang pun yang mengetahui kejadian itu.

Pria misterius berpakaian rapi itu menatap Han yang juga menatapnya dengan tersenyum.

Dia berpindah di kursi belakang, lalu menusuk Han dengan jarum suntik berisi obat mematikan.

Seketika tubuh Han lemas, tak bisa melakukan apapun.

“Kau telah gagal melakukan semuanya. Aku membuat karya seni, bukan hanya membunuh seorang sepertimu,” ucap Si Pria misterius.

“Kenapa.. Kenapa kau melakukan ini?” ucap Han terbata-bata.

Pria misterius itu mencekik Han dan berkata,

“Kau benar. Kenapa? Kenapa kau melakukan hal ini tanpa persetujuanku? Kita punya aturan main yang harus dijalankan. Apa kau tak mengingatnya?”

Pria misterius itu bernama Rocky. Seorang pria yang pernah membantu Eli merawat panti asuhannya dulu.

Rocky memiliki tubuh kurus dan jangkung, dengan tinggi badan 189 cm yang membuatnya terlihat tampak tinggi.

Rocky juga merupakan salah satu penghuni di SALOKA RESIDENT yang jarang pulang karena harus bekerja dan mempunyai tempat tinggal lain.

Semua penghuni kos mengetahui tindakan kejahatannya, tapi mereka malah membantu Rocky, karena takut dibunuh olehnya, termasuk Han sendiri yang kini menjadi korbannya.

Rocky juga merupakan salah satu psikopat yang menyembah setan. Banyak sekali korban yang telah dibunuhnya.

Beberapa orang yang telah dijadikan bahan sesembahannnya, dia akan membunuh orang itu, karena sudah dianggapnya tak berguna lagi.

“Terima kasih atas kerja kerasmu, Teman,” ucap Rocky dengan santainya saat Han sudah benar-benar tak bernyawa lagi.

***

Di atap gedung kos, Jack sedang asyik mengobrol dengan Jane melalui ponselnya.

Mereka berdua bertukar cerita dan bersenda gurau dari telepon. Jack juga bercerita bahwa, semua penghuni di kos barunya sangat aneh dan sangat mencurigakan.

“Astaga. Benarkah?” tanya Jane mendengar cerita Jack tentang semua penghuni kosnya dari panggilan telepon.

“Yang jelas, mereka semua sudah tak waras. Aku bahkan melihat salah satu dari mereka melakukan ritual penyembah setan di dalam salah satu kamar.”

“Ritual pemuja setan? Wah, kukira aku hanya melihatnya di film, tapi, kau bahkan berkata yang sama.”

“Ya begitulah pokoknya. Sepertinya mereka juga mendirikan sekte sendiri di antara para penghuni.”

“Sayang, kau pasti sangat lelah, kau tak perlu memikirkannya terlalu dalam dan cepatlah beristirahat.”

“Jane, jika kau hanya mendengar ceritanya mungkin kau mengira ini tak masuk akal bagimu, tapi jika kau melihatnya…..”

“Sayang! Aku sangat lelah hari ini. Aku bekerja dari pagi dan harus lembur setelah itu. Kita lanjutkan besok saja. Tak masalah bagimu, kan?” ucap Jane dengan suara lesu.

Jane sangat lelah dan mulai bosan mendengar cerita Jack tentang semua tetangga penghuni kos barunya, hingga ingin menyudahi pembicaraan di telepon.

“Hmm. Baiklah, kalau begitu. Selamat tidur, Jane,”

“Ya, Sayang. Kau juga harus beristirahat. Jangan terus begadang dan memikirkan sesuatu berlebihan.”

Sambungan telepon pun terputus, Jack menarik nafas sedalam-dalamnya, lalu menghembuskannya kembali.

Dia masih memikirkan, kenapa Jane tak mempercayai perkataannya, tentang semua penghuni kos yang terlihat aneh.

“Hei! Kau pasti penghuni baru.”

Rocky datang dari tangga dan menyapa Jack yang melihat keadaan luar gedung dari atap. Berjalan mendekati Jack perlahan.

Jack menoleh membalikkan badannya. Pertama kali baginya melihat Rocky di kos itu. Dia juga tidak mengetahui, bahwa Rocky adalah psikopat yang menguasai kos itu.

“Ya,” jawab Rocky singkat.

“Bibi Eli berkata, ada penghuni baru di kamar 313. Kau rupanya orang itu?” lanjut Rocky.

“Ya,” Jack menganggukkan kepalanya.

Jack memalingkan wajahnya. Melihat pemandangan langit yang indah, tanpa bertanya balik, siapa Rocky. Dia sangat enggan untuk berkenalan dan bertemu orang baru.

“Wah! Pemandangan disini sangat indah, bukan? Saat kau berada di kamar, rasanya sesak seperti di dalam peti mati.”

“Namun, saat kau berada disini dengan menikmati pemandangan dan meminum bir, rasanya akan sangat berbeda,” ucap Rocky yang juga melihat pemandangan dari atap.

“Ya, kau benar,” jawab Jack singkat.

Rocky tersenyum dan menatap Jack yang berdiri di sebelahnya. Hal itu membuat Jack merasa tak nyaman, dengan senyuman dan tatapan Rocky.

“Omong-omong, kenapa kau tersenyum dan menatapku seperti itu?” ucap Jack yang balik menatap Rocky karena merasa tak nyaman.

“Astaga. Maaf kalau aku menyinggung atau membuatmu merasa tak nyaman,” ucap Rocky. “Tak apa. Aku hanya merasa aneh kau melihatku seperti itu,” Jack kembali memalingkan wajahnya.

“Itu semua karena… karena aku menyukaimu,” kata Rocky. “Apa? Apa maksudmu?” tanya Jack terkejut kembali menatap Rocky.

“Ada hal yang terlintas di pikiranku saat pertama kali aku melihatmu. Apa kau juga termasuk orang sepertiku?”

Rocky berkata seakan melihat jiwa psikopat dari dalam diri Jack, tapi Jack hanya diam karena tak mengetahui, apa maksud dari perkataan Rocky.

“Lupakan.” Rocky mengambil beberapa bir yang ia bawa di dalam kantong plastik. Menawarkannya pada Jack. “Apa kau mau minum bersamaku? Aku baru membelinya, jadi, masih sangat dingin.”

Jack akhirnya menerima bir itu dan melihat beberapa bekas luka di tangan kiri Rocky.

“Tampaknya tanganmu terluka,” ucap Jack membuka botol kaleng bir.

“Oh, ini.” Rocky melihat luka di tangan kirinya. “Ini terjadi saat aku bekerja,” lanjutnya.

Rocky berkata dengan santai, hingga Jack tak merasa bahwa luka itu bekas ia membunuh Han.

“Oh. Kau pasti bekerja sangat keras hingga tanganmu terluka,” ucap Jack sambil menikmati bir dingin.

Rocky diam sejenak dan melihat ke tangan Jack.

“Aku sangat iri denganmu. Jari-jarimu tampak halus dan kau memiliki wajah yang tampan. Apa kau seorang penulis?” tanya Rocky spontan.

“Hhh. Bagaimana kau tahu?” tanya Jack. Rocky tersenyum kecil dan berkata, “Tiap orang mempunyai aura unik yang terpancar dari wajahnya dan aku bisa melihat itu darimu.”

Jack hanya mengangguk sesekali meneguk bir. Jack cukup nyambung saat berbicara dengan Rocky karena ia berbicara dengan jelas, tak seperti penghuni kos lainnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!