CHAPTER 003

Saat Jack terus melangkah menyusuri lorong kamar,

“Hoi, Anak muda! Apa kau yang menelpon tadi?”

Seorang wanita paruh baya bertubuh pendek dan gempal, menyapa Jack dari  belakang.

Wanita itu bernama Eli. Eli sepertinya adalah penjaga kos itu. Dia muncul dari balik pintu resepsionis dan menyapa Jack, saat melihatnya berjalan.

“Ya, Nyonya,” jawab Jack yang menoleh dan berjalan kembali mendekati wanita itu.

“Astaga. Pasti cukup sulit saat kau naik kemari. Begitupun lokasinya yang berada di dataran yang cukup tinggi,” ucap Eli.

“Maafkan aku, Nyonya. Mungkin aku agak terlambat tadi.”

“Tak masalah, Nak. Tempat ini terpencil, jika kau pertama kali datang kemari, kau pasti akan kebingungan dengan tempat ini.”

Eli kembali masuk ke dalam ruangannya dan mengambilkan minuman untuk Jack.

“Astaga. Ambilah ini,” Eli memberikan minuman kemasan pada Jack. “Suaramu di telepon terdengar sangat bagus, ternyata kau sangat tampan. Hahahaha. Apa kau lelah? Kau terlihat sangat berkeringat.”

Eli berbasa-basi dan memuji paras tampan yang dimiliki Jack.

“Omong-omong, saat naik kemari, aku melihat banyak ruko yang sepertinya sudah lama tak terpakai,” ucap Jack.

“Hmmm, itu benar. Gedung ini sudah lama terbengkalai, hanya aku dan beberapa anak kos yang menghuni di tempat ini.”

“Baiklah.” Jack melihat sekeliling ruangan Eli.

Ruangan Eli sangatlah kecil dan tak terurus. Hanya berukuran 5 kali meter, dengan kasur dan ruang resepsionis yang dijadikan menjadi satu.

Sangat tak layak sekali dijadikan untuk kamar sekaligus tempat tidur, apalagi Eli adalah seorang wanita.

“Dulunya tempat ini adalah sebuah panti asuhan, Nak. Sekitar 20 tahun yang lalu. Mungkin saat itu kau masih kecil sekali, dan aku juga yang menjaga panti asuhan saat itu.”

“Panti asuhan? Lantas, bagaimana ceritanya bisa menjadi kos?” tanya Jack basa-basi.

“Ceritanya panjang, Nak.” Eli membenarkan posisi duduknya, lalu mulai bercerita.

***

20 tahun yang lalu. Saat itu umurku masih awal 30 an, Aku mendapatkan warisan yang cukup banyak dari orang tuaku untuk menjaga panti asuhan itu sendiri.

Kala itu aku harus menjaga panti asuhan sendirian. Tak ada satupun orang yang membantu atau menjadi karyawanku. Aku harus menanggung semua beban dan masalah yang terjadi di panti asuhan sendirian.

Aku mencari proposal dan sumbangan bantuan kepada para donatur terkaya, saat dana yang kumiliki sudah menipis.

Meski aku selalu kesulitan, aku tetap senang dan lapang dada saat merawat anak-anak yang terlantar itu.

Aku bisa memberinya tempat tinggal, makanan, minuman, dan perawatan medis, meski itu tak seberapa.

Beberapa kali aku juga mendatangkan seorang guru dan pengajar untuk mengajari anak-anak itu sedikit ilmu.

Sekitar seribu kepala anak kecil yang tinggal di panti asuhanku saat itu.Mulai dari umur 10 tahun hingga 20 tahun. Sekitar sepuluh tahun lamanya mereka tinggal di panti asuhanku.

Beberapa dari mereka ada yang ditelantarkan oleh orang tuanya, dan beberapa dari kuambil dari jalanan saat itu.

Semenjak anak-anak itu berumur 20 tahun lebih, kebanyakan dari mereka keluar dari panti asuhan ini. Mereka sudah mulai berpikir bahwa mereka sudah besar dan harus memiliki pekerjaan sendiri.

Banyak anak-anak yang berdatangan, lalu pergi. Sebagian mereka masih ingat denganku, dan sebagian lainnya entah kemana.

Mereka yang masih ingat denganku selalu menelponku dan menanyakan kabarku. Bahkan, mereka yang sudah sukses dan kaya, memberikan banyak bantuan untuk panti asuhan, meski aku tak memintanya.

Beberapa tahun kemudian, ada seorang pria remaja yang menawarkan ingin membantuku, merawat panti asuhan, dan saat itulah bebanku mulai berkurang.

Pria itu bernama Rocky. Dulunya dia juga salah satu anak yang tinggal di panti asuhanku. Entah apa yang membuatnya ingin membantuku mengurus panti asuhan.

Akan tetapi, aku sangat senang sekali ada orang yang membantuku saat itu, dan sejak itulah, bebanku mulai berkurang.

Dia banyak membantuku menyelesaikan masalah yang terjadi.

Singkat cerita, panti asuhanku mengalami tragedi yang menyeramkan. Seluruh gedung terbakar membuat beberapa anak mengalami luka bakar yang cukup parah.

Sekitar 10 orang anak tak terselamatkan nyawanya saat itu. Saat mereka hendak kabur melintasi kobaran api, tubuhnya tertimpa oleh kayu dan mereka meninggal karena terbakar.

Itulah salah satu tragedi yang paling menyeramkan. Aku tak akan mungkin bisa melupakan tragedi buruk itu. Dan itulah awal mula aku mengubah panti asuhan menjadi sebuah kos.

Dengan beberapa sisa uang yang kumiliki, aku kembali memperbaiki gedung dan menjadikan salah satu lantainya menjadi rumah kos.

Dan karena uang yang kumiliki sangat terbatas, maka kos yang terrbangun pun juga tak cukup mewah, bahkan bagi beberapa orang, kos ini tak layak untuk ditempati.

Rasa bersalah dan penyesalan selalu menghantuiku setiap malamnya. Aku selalu teringat pada wajah dari sepuluh anak yang terenggut nyawanya saat kejadian itu.

Saat aku tertidur, melamun, dan bahkan saat beraktivitas, aku selalu memikirkan tentang mereka.

Beberapa kali kesepuluh anak itu juga datang dalam mimpiku. Mereka bergandengan tangan, melambaikan tangan padaku. Seolah mereka meminta pertolongan padaku.

Tragedi yang sangat tragis.

***

Kembali ke zaman sekarang. Di ruangan Eli. Jack mendengarkan cerita Eli dengan seksama, meski dia tak sepenuhnya percaya dengan cerita Eli.

Jack menghela nafas panjang.

“Jadi, begitulah kurang lebih ceritanya, bagaimana awal mula aku mendirikan kos ini.”

Jack mengangguk kecil.

Eli beranjak dari kursinya, lalu mengambil minuman kemasan es teh, memberikannya pada Jack.

Terpopuler

Comments

GoldDYoga

GoldDYoga

keren bung

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!