CHAPTER 014

Han menyeret tubuh Wick kembali ke kamar, lalu menyeret tubuh Si Autis keluar dari kamar itu.

syurr!!!

Han mengguyur kepala Si Autis dengan sebotol minuman air mineral.

“Sudah kubilang padamu, kau harus mengawasinya, bukan?” ucap Han datar.

Si Autis terbangun gelagapan.

“Maaf… Maafkan aku. Itu karena kesalahanku,” ucap Si Autis dengan gugup.

Si Autis mengangkat tangan kanannya, lalu menampar pipinya sendiri berkali-kali.

Si Autis terus melakukan itu berkali-kali, dan bergantian tangan dan pipinya yang ia tampar dengan keras.

“Astaga. Kenapa kalian berkelahi?” tanya Eli yang datang dari ruangannya.

“Aku minta maaf, Bu,” ucap Han yang tersenyum kecil pada Eli.

“Kalian membuatku naik darah. Para pria berkumpul dan hanya berkelahi atau duduk-duduk saja. Bertobatlah kalian semua!”

Eli berteriak, menuju kulkas untuk mengambil sesuatu. Begitupun dengan Han yang pergi begitu saja meninggalkan Eli dan Si Autis.

***

Di depan gedung kos SALOKA RESIDENT, terlihat Jack yang baru saja datang dan memarkirkan motornya di tempat parkir depan gedung.

Jack turun dari motor, melepas helmnya. Sejenak dia berdiri di depan gedung dan melihat gedung.

“Padahal baru sehari, tapi aku sudah malas untuk kembali ke tempat ini,” gumamnya Jack.

Dengan berat hati, Jack pun tetap memasuki gedung kosnya.

Di lantai 2, Jack bertemu dengan Eli yang datang dari arah dapur.

“Oi, Anak muda! Apa kau baru pulang kerja?” sapa Eli.

“Ya, begitulah,” jawab Jack singkat dan terus melangkah.

“Apa kau sudah makan? Kalau belum, ada telur rebus yang sudah matang. Aku meletakkannya di kulkas.”

Eli tersenyum pada Jack dan menawarkan telur padanya.

“Tidak, Nyonya. Tak perlu. Aku sudah makan-makan dengan rekan kantorku.”

“Tunggu. Apa kau yakin? Aku juga memasak mie instan dengan telur setengah matang. Kau mau?” Eli menarik lengan Jack. Menghentikannya dan terus menawarkan makanan.

“Tidak, Nyonya. Terimakasih. Aku sudah sangat kenyang. Perutku juga sudah mules karena makan terlalu banyak,” ucap Jack yang kesal.

“Astaga. Perutmu sakit? Apa kau mau obat herbal? Aku yakin kau pasti sembuh setelah meminumnya. Ikutlah ke ruanganku.”

“Tidak, Nyonya. Tak perlu. Aku akan masuk ke kamar dan beristirahat saja.”

Jack menggelengkan kepalanya, lalu pergi meninggalkan Eli.

“Baiklah. Jika kau butuh bantuanku, bilang saja. Aku akan membantumu kapanpun.”

“Ya, tentu,” jawab Jack sambil membuka pintu kamar.

“Astaga. Kenapa dia sakit perut? Kasihan sekali,” ucap Eli pergi meninggalkan lorong.

“Sial! Kenapa dia terus menawariku telur?” gumam Jack.

Di dalam kamarnya, Jack meletakkan tas, dan merebahkan dirinya di atas kasur. Dia sangat lelah setelah bekerja dari pagi hingga petang.

“Astaga. Disini sangat sempit. Aku tak punya kegiatan lain saat ini, ditambah laptopku yang masih belum selesai, membuatku tak bisa menulis,” ucapnya dalam hati.

Sesekali Jack mengecek ponselnya. Waktu menunjukkan pukul 8 malam, dan ia belum mendapat kabar dari Jane, pacarnya.

Saat akan beranjak dari kasurnya, kaki Jack menendang sebuah buku yang berada di bawah tempat tidurnya.

Karena penasaran, Jack mengambil buku catatan kecil itu dan membacanya di kursi.

Buku catatan kecil itu berwarna putih, tanpa ada nama yang tertulis di atas kertasnya.

Jack membuka lembaran buku itu satu persatu, melihat beberapa tanda tangan dan tulisan acak-acakan.

“Tampaknya, ini buku catatan milik penghuni kamar ini sebelumnya.”

Di tengah-tengah buku, Jack mendapati tulisan BUNUH AKU, MATILAH, MATI, yang memenuhi satu halaman, dan beberapa lembaran berikutnya.

Jack kembali teringat perkataan Eli, bahwa penghuni sebelumnya kamar itu melakukan bunuh diri.

Jack melempar buku itu kembali di pojok meja dan,

“Kenapa aku berpikir yang tidak-tidak. Aku harus melupakan itu. Mungkin dengan minum sebotol bir akan membuatku tidur lebih cepat.”

Jack berdiri dari kursi, lalu keluar dari kamarnya. Jack ingin pergi ke TOSERBA yang buka selama 24 jam yang berada di dekat kos, untuk membeli sebuah bir.

***

Sebuah mobil datang melewati Jack yang berjalan menuju ke TOSERBA. Mobil itu berhenti di depan gadung kos.

Seorang pria keluar dari dalam mobil dan bergegas menaiki tangga gedung. Pria itu adalah John. Dia adalah detektif kenalan Wick.

Dia pergi ke kos tempat Wick tinggal untuk memeriksa keadaan Wick, yang tadi menelpon dirinya.

Di tempat resepsionis, dia melihat Eli dari balik kaca ruangannya sendiri.

*TOK TOK!!! John mengetuk kaca itu.

“Astaga. Siapa kau? Kau mengejutkanku,” ucap Eli yang membuka jendela kaca ruangannya dan mengeluarkan kepalanya dari sana.

“Halo. Aku Inspektur John.” John mengeluarkan kartu identitasnya sebagai polisi. Menunjukkannya pada Eli.

“Kau polisi?” ucap Eli terkejut.

“Omong-omong, apa kau mengenal orang ini? Benarkah dia tinggal di tempat ini?”

John mengeluarkan foto Wick. Memperlihatkan pada Eli.

“Astaga. Tunggu sebentar.” Eli bergegas keluar dari ruangannya dan berdiri di depan John.

“Sebenarnya, aku bermaksud melapor pada polisi, jika dia tidak pulang hingga esok,” ucap Eli yang mengetahui dan menyembunyikan sesuatu dari detektif itu. “Orang itu. Dia kabur dan belum membayar uang sewa.”

“Uang sewa?” tanya John.

“Dia belum menunggak bayar sewa, lalu kabur hari ini,” jelas Eli dengan gugup.

“Jadi, benarkah dia tinggal disini?”

“Ya. Dia tinggal di kamar 305,” jawab Eli. “Bisakah aku melihat kamarnya?” tanya John.

“Tentu. Sebelah sini. Astaga aku sangat mempercayainya, tapi dia malah menipuku dan kabur begitu saja.”

Eli menunjukkan jalan ke kamar Wick. Mereka berdua pun berjalan melewati lorong. Menuju kamar Wick.

“Aku terlalu percaya kepadanya hingga aku tertipu dengannya.”

“Wah. Kenapa disini begitu gelap? Apa tak ada lampu sama sekali?” tanya John yang berjalan melihat sekeliling lorong.

“Bisnisku sedang buruk. Kenapa aku harus memasang lampu terang di sebuah koridor? Aku tak mempunyai uang cukup untuk melakukan itu,” jelas Eli.

“Ini dia. Disinilah kamarnya.”

Eli membuka pintu kamar Wick dengan kunci cadangan yang dibawa olehnya.

“Astaga. Si Preman itu minum terlalu banyak. Lihatlah,” ucap Eli menunjuk botol-botol dan bungkus mie instan siap saji yang berserakan di kamar Wick.

John masuk ke dalam Wick dan mulai mencari sesuatu yang dapat ia gunakan sebagai petunjuk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!