Karena kafe masih baru dan baru punya 3 karyawan, 2 karyawan lama dan satu teman SMA ku Nisa membuatku mengerjakan pekerjaan apa saja. Tidak seperti toko kue and bakery ibu cukup 2 orang karyawan, karena tempatku bernuansa kafe jadi banyak yang hanya sekedar hangout,makan siang , atau sekedar bersantai.
"Manejemen Lo buruk jadinya Lo sendiri yang babak belur" ucap Nisa teman sekaligus koki kafe untuk kue dan Bakry aku yang menghandle terkadang di bantu ibu.
"Ya gimana lagi gw belum berani menambah karyawan, karena banyak sekali kafe atau rumah makan yang ramai di bulan Ramadhan dan gulung tikar setelah lebaran. Aku tidak mau kayak begitu dan jika mencari karyawan lepas aku tidak tega kalau harus memecat saat tidak ada pekerjaan" keluhku.
"Tapi Lo sendiri yang capek,Lo meski nyiapin kue and bakery' sebelum cafe buka, begitu cafe buka selain jaga kasir Lo masih merangkap Waiters. Ingat Lo bukan robot seminggu lagi puasa, Lo harus tambah orang "ucap Nisa.
"Berapa orang ?" tanyaku, "Gw rasa untuk waiters Lo perlu tambah 2 lagi dan koki bisa tambah 1"ucap Nisa.
"Kalau Waiters gw bisa minta tolong karyawan lama, yang rumahnya dekat sini kalau koki barangkali Lo ada kenalan ?" tanyaku. "Lo bisa pasang iklan kan " ucap Nisa.
"Boleh juga ,tar malem gw bikin ".
"Lo masih nulis,buat promosi ?"tanya Nisa. "Masih sampai lebaran kontrak kerja gw "ucapku.
"Terus masalah Fian beres?" tanya Nisa, karena kami dari sekolah yang sama membuat Nisa mengenal Fian meskipun tidak akrab.
"Aku tidak tahu. Kan kamu tahu sendiri aku hampir tidak pernah pulang, giliran disini sepi aku harus bikin tulisan."
Sejak aku bertemu dengan mama Fian sebulan lalu aku tidak tahu kabar mereka. Hampir tiap hari ayah,ibu dan Fino kesini mengecek keadaanku, kadang juga tidur disini karena ada satu kamar diatas, tapi kami tidak pernah membahas urusan orang selain tentang perkembangan kafe and bakery'ku.
Awal puasa tiba proyek 1000 takjil dimulai pada puasa hari ke 3, karena hari pertama dan kedua semua fokus mempersiapkan dan dimanfaatkan bersama keluarga sebelum kerja extra selama bulan ramadhan.
"Gimana kerja freelance mu keteter ga, kalau kewalahan korbankan salah satu" ucap ayah, saat kami menikmati sahur bersama di hari puasa pertama.
"Insyaallah untuk sekarang masih ke pegang meski sedikit keteteran" ucapku. "Gress Minggu kemarin menikah dengan lelaki seumuran ayah dan di jadikan istri kedua "ucap ibu.
"Berati itu bukan anak Fian dong?"tanyaku. "Iya bukanlah, kalau itu anak Fian yang nikah ya Fian bukan orang lain."ucap Fino.
"Padahal dulu mama Gress suka menggosip kalau Gress sangat akrab dengan Fian ,mereka pacaran dan keluarga mereka akan berbesan "ucap ibu.
"Kalau sudah kaya gitu malu dong" ucapku.
"Makanya jangan suka berbicara mendahului kehendaknya,kita tidak tahu kedepannya bagaimana" ucap ayah.
"Rumah Fian puasa pertama kosong tumben ?"tanyaku.
"Mama Fian mengajukan pensiun dini dan sekarang merawat orang tuanya yang lagi sakit di Bandung" ucap ibu.
"Sudahlah tidak usah membahas keluarga mereka yang lagi di timpa musibah,kita bantu doa saja semoga mereka bisa tegar dalam menjalani cobaan ini"ucap ayah.
Setelah sahur kita melaksanakan sholat subuh berjamaah di mushola dekat rumah,saat kami sekeluarga keluar dari rumah Nampak Fian dan papanya juga berpapasan dengan kami. Papa Fian berjalan di depan dengan ayah.
"Gimana kesehatan nenek sudah lebih baik belum ?"tanya ibu kepada Fian yang berjalan di belakangku bersama Fino.
"Allhamdullilah Tan sudah lebi baik, padahal kalau nenek mau di ajak tinggal di sini mama tidak perlu berhenti bekerja."
"Sabar Fian namanya orang tua kadang seperti anak kecil , pingin di perhatikan extra"ucap ibu yang di sambut tawa kecil Fian.
"Maklum mama anak tunggal,Tan jadi begitu mama dapat ijin papa buat ngurus nenek. Mama milih berhenti dan fokus sama nenek " ucap Fian.
"Itulah repot nya anak tunggal apa lagi nikah dapat anak tunggal. Makanya kalau nikah nanti nyari istri banyak "ucap Fino. "Istri banyak ,mau poligami kamu Fino "ucapku sambil melotot kearah nya.
"Salah ngomong bukan istri banyak,hehe. Saudara istri banya"ralat Fino sambil menutup mulutnya.
"Ingat kata ayah. Tidak pandai menjaga lisan adalah bukti tidak pandai menjaga hati. Jaga hatimu, maka lisan juga ragamu akan terjaga." ucap ibu membuat Fino menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal .
Aku tidak menyangka pagi itu adalah hari terakhir buat ketemu Fian, karena habis hari itu aku tidak pernah bertemu Fian lagi.
Bahkan saat aku ketemu Mbak Indah dan mas Erwin di kafetaria kantor untuk membahas pekerjaan,Fian juga tidak nongol. Hari ini hari terakhir kerja samaku dengan mbak Indah dan tim nya pun tanpa Fian.
"Gimana masalah Tari dan Gress mbak,aku sibuk sampai lupa menanyakan itu?"tanyaku.
"Aku kira kamu sudah tahu dari Fian makanya aku tidak pernah cerita ".
"Fian emang Fian tahu?" tanyaku penasaran. "Fian dan kakakmu menemuiku dan Erwin , dari sana Fian juga cerita tuduhan yang dia terima ahkirnya kita kerja sama. Fian bilang dia ingin pergi dari ISAT dengan nama baik , bukan pergi dengan meninggalkan nama buruk "ucap mbak Indah. Pergi Fian pergi kemana, kenapa Fino tidak pernah cerita. Apa Fian juga menetap di Bandung untuk menemani mamanya yang sedang merawat neneknya, berbagai pertanyaan dalam benakku tentang apa yang terjadi sebenarnya.
"Tadinya pak Anton gak mau tanggung jawab,tapi karena kepiawaian Fian. Kami bisa mendapatkan kecurangan-kecurangan pak Anton, ahkirnya pak Anton bersedia bertanggungjawab asalkan tidak di berhentikan."
Sebenarnya aku ingin bertanya tapi aku takut Fino menuduh aku kepo, ahkirnya aku diam sampai lebaran datang. "Kamu itu mudik paling terakhir balik ke Jakarta malah yang paling duluan "ucap nenek.
"Ya mending aku bisa pulang dari pada Fino gak bisa pulang"ucapku yang disambut jewerran telinga oleh nenek. Fino tidak bisa pulang karena dapat jatah jaga rumah sakit selama seminggu , Maklum derita dokter residen katanya.
"Kalau pulang cek kondisi rumah takutnya Fino berantakan rumah "ucap ibu saat aku mau ke bandara.
"Aku usahakan Bu,ini Nisa nanya Mulu kapan balik,"ucapku. "Ya Uda sana hati-hati Bim, bawa mobil jangan ngebut "ucap ibu.
"Iya bulek jangan kuatir "jawab mas Bima sepupuku. Sedangkan ayah dan ibu akan pulang mundur karena menghadiri acara reuni Akbar universitas, karena mereka berasal dari satu almamater yang sama.
"Ya ampun Fino ini rumah apa kandang ayam,sih"geram ku melihat kondisi rumah yang berantakan, banyak bungkus makanan dan minuman serta abu rokok di mana-mana.
"Jika ibu tahu habis kamu "ucapku dengan terus mengoceh tapi tanganku dengan cekatan membersihkan sampah-sampah yang berserakan dimana-mana.
"Maaf semalam kami mengadakan pesta perpisahan dengan Fian yang akan melanjutkan pendidikan ke NUS dan siang ini kami juga akan mengantarkan ke bandara." ucap Fino.
Mengingatkan aku dengan kalimat mbak Indah, 'Fian bilang dia ingin pergi dari ISAT dengan nama baik , bukan pergi dengan meninggalkan nama buruk'. Jadi benar dia berhenti kerja,bego sekali jauh hari sebelumnya kan mamanya juga udah bilang.
'Kemarin mama diajak papa jalan-jalan ke Singapore untuk melihat apartemen yang aka ditempati Fian, selama menempuh pendidikan S2 di NUS (National University of Singapore). Mama beli tas pasti kamu suka pokoknya selera kamu banget'. Ucapan mama Fian juga mulai berputar di kepalaku.
Ah bodoh sekali aku ucapku dalam hati, setelah membersihkan seisi rumah aku langsung kembali ke cafe and bakery'. "Kamu tidak mau ikut mengantarkan Fian ke bandara ?"tanya Fino.
"Gak bisa di cafe lagi kekurangan orang,salam saja hati-hati selamat sampai tujuan dan segera kembali dengan keberhasilan " ucapku sebelum pergi dengan mengendarai motor matic ku.
Fian hanya tetangga,teman main ku dan Fino, kenapa aku harus mengantar ke bandara. Lagian kami tidak ada hubungan apa-apa, meski ada rasa ingin berjumpa dengannya setelah sebulan lebih tidak berjumpa dengannya. Gejolak di hati antara ingin bertemu dan mengantar Fian ke bandara,ku abaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments