Setelah sempat di kagetkan dengan sikap Fian yang membantu ayah mencuci semua perabotan dapur, sekarang aku dikejutkan dengan suara tawa renyah Fian yang sedang mengobrol dengan para orang tua.
"Capek?"tanya ayah saat aku duduk di samping ayah.
"Lumayan menguras tenaga yah, maklum lama g kerja rodi" ucapku. "Kaya pernah kerja aja lo?"tanya Fian.
"Kamu tida tahu Alfi itu pengalaman kerjanya banyak tidak hanya kerja di toko saja " ucap mama Fian. "Emang mama tahu kerja Alfi apa ?"tanya Fian.
"Taulah freelance Copywriter untuk sekarang, karena rumah sakit papa kerja pernah memakai jasanya mama juga tahu dari papa. Waktu perjalanan dinas ke Jogja dulu mama melihat Alfi menjadi moderator"ucap mama Fian.
"Kok Tante tahu,?" tanyaku, karena selama aku kuliah yang tahu aku kerja part time cuma keluargaku.
"Waktu perjalanan dinas ke Jogja Tante melihat mu di telivisi lokal lagi memandu debat calon pemilihan pemimpin daerah "ucapnya, "Hehe kebetulan sekali ya te, "jawabku. "karena setahu Tante kamu kuliah bukan kerja jadi Tante hubungi ibu dan ibumu membenarkan ,hebat kamu bisa kuliah sambil Kerja"ucapnya membuatku tersenyum malu-malu.
"Gak usah malu biasanya juga malu-maluin juga"ucap Fian membuat semua tertawa kecuali aku yang cemberut.
"Ga nangis Fi, waktu kecil kamu suka nangis kalau diledekin Fian"ucap ibu. "Emang aku anak kecil masih suka nangis" kesalku. " Kalau Fian bikin nangis Alfi, Alfi akan membalas dengan mencium Fian dan Fian yang gantian menangis karena malu "ucap mama Fian.
"Apa sih mah!" ucap Fian . "Ada yang malu ternyata haha. Alfi udah dapet tempat belum buat buka cabang toko kue ?"tanya mama Fian mengalihkan pembicaraan. "Belum ada yang cocok te,"jawab ku.
"Tante ada bangunan letaknya di pinggir jalan dekat kampus sama instansi pemerintah,tadinya mau buat buka praktek papa Fian di sana,eh malah di ajakin temannya buka klinik ya gak jadi di pakai,mau dibuat kos-kosan harus renovasi dulu karena masih berupa bangunan kosong tanpa sekat"ucap mama Fian.
"Sepertinya lokasinya strategis ya Tan, tapi takut gak ke bayar hehehe , maklum modalnya di bagi-bagi" jawabku. "Di bantu ayah dan ibu ga mau ge gayaan mau merintis usaha sendiri tanpa bantuan modal," ucap ibu.
"Kan aku dah dompleng nama ibu,masa modal juga"ucapku. "Putri ibu pasti bisa buktinya setahun kamu pegang AL maju pesat"Ucap ibu.
"Maju pesat memang kue yang ibu bikin yang terbaik"ucapku. " Kue enak kalau tidak dipasarkan dan di kemas dengan cantik dan menarik yang gak bakal laris manis"ucap ibu.
"Gimana kalau Tante modal tempat aja, selebihnya kamu yang atur, Bagaimana ?" ucap mama Fian.
"Tante mau berapa persen pembagiannya?" tanyaku. "Haha ha tante suka kalau kamu mau terima begini,apa lagi kalau kamu terima lamaran Tante tambah suka lagi tante"ucap mama Fian disambut tawa ibu.
"Aku belum siap menikah mah "bisik Fian tapi masih bisa terdengar oleh kami yang berada di sekitarnya.
"Emang siapa bilang buat kamu?"ucap mama Fian. "Anak mama kan aku doang "ucap Fian. "Anak kandung mama cuma kamu, tetapi mama punya ponakan cowok banyak,Bisma calon dokter spesialis umur masih 27 tahun atau Satrya ponakan dari papamu pilot 28 tahun,jadi jangan besar kepala buat kamu "ucap mama Fian langsung membuat Fian menekuk wajahnya jadi pingin ketawa ,malam ini selain bisa melihat ekspresi wajah Fian yang lain aku juga bisa mendengar tawa Fian.
"Kenapa kamu selalu dia saja setiap orang mengejek mu pengangguran,?" tanya Fian. "Buat apa menjelaskan tentang diriku kepada mereka, karena yang menyukaimu tidak membutuhkannya dan yang membenciku tidak akan percaya itu."Jawabku ,para orang tua sudah pulang duluan aku di tinggal terahkir, karena harus mematikan semua lampu dan mengecek kondisi dapur takut ada kompor atau oven yang masih menyala, dan Fian menawarkan diri untuk menemaniku padahal aku sendiri juga berani.
"Ternyata si bocil sudah berpikir dewasa " ucapnya.
"Sialan gw sudah dewasa ya"ketusku."Percaya buktinya Lo ga berani mencium gw lagi saat kesel sama gw" ucapnya sambil tertawa.
"Ternyata Lo masih bisa tertawa dan bercanda ya,"ucapku membuat Fian berhenti melangkah dan melihat kearah ku. "Sejak lulus SMA gw gak pernah lihat lo lagi tertawa, atau karena kita yang jarang ketemu makanya gw gak lihat " ucapku.
"Gw ga tertawa karena gak ada yang buat kita tertawa,bukan karena ga punya ekspresi gw masih normal ya" ketusnya."Bisa marah jug" ledekku sambil tertawa yang dibalas dengan dengus dengus san Fian.
"Jadi selama kuliah Lo kerja part time juga?"tanya Fian. "Buat ngisi waktu, karena mau ikut organisasi gw gak terlalu suka berorganisasi,jadi gw isi buat kerja" jawabku.
"Pernah kerja part time apa saja?"tanya Fian. " Waktu tahun ke 2 aku mulai menjadi pembawa berita televisi dan penyiar radio lokal di jogjakarta, tahun ketiga aku bosen dan berpindah menjadi penulis skenario lepas kadang menjadi asisten produser TV dan tahun terakhir aku bekerja di perusahaan advertising milik keluarga Hiraku "jelas ku pada Fian.
"Pas banget kalian terpilih bersama, bisa semakin dekat kamu dengan rekannya Hiraku , siapa namanya ? Arnes ya" ucap Fian. "Iya Arnes namanya fisik oke sih, tampan oke pekerjaan oke cuma syarat yang pertama gagal, sesuai kata mas Erwin tadi siang no. 1 agama" ucapku.
"Simpan no ponsel gw ya,tar gw anterin melihat tempat yang di bilang mama"ucap Fian saat berhentilah di depan rumahku. "Ok" jawabku sebelum masuk ke dalam rumah.
"Tumben ngobrol sama Fian ,sudah lama gak pernah lihat kalian berdua ngobrol sambil berjalan berdua" ucap Fino yang lagi duduk di teras rumah sambil menghisap rokoknya.
"Tadi Fian sama mamanya ke toko,pas aku ngecek kondisi dapur sebelum pulang para orang tua malah ninggalin kami berdua "ucapku duduk disampingnya.
"Gw putus sama hiraku"ucap Fino. "Kenapa ?"tanyaku. " Usia Hiraku 24 tahun mama papanya meminta mas supaya menikah tahun ini,sedang kamu tahu sendiri mas sudah daftar sekolah spesialis dan diterima "ucap Fino.
"Jangan pusingkan rencana Allah tentang jodoh kalau Hiraku bukan jodohmu ya sudah fokus aja ke karirmu dulu, jika memang Hiraku jodoh yang Allah kirim maka Allah pasti akan makin mendekatkan, bukan menjauhkan."
"Makin pinter aja adik kecilku ini"ucap Fino sambil memiting kepalaku, "Sakit tahu,aku cuma menyampaikan apa yang pernah aku baca, karena bicara itu lebih mudah"ucapku sebelum pergi meninggalkannya.
Pantas Hiraku terlihat galau ,tapi kenapa dia tidak bercerita padaku. Apa karena Fino kakaku jadi dia tidak nyaman,aku tunggu saja sampai dia siap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments