bab 16

"Yakin, sangat yakin malahan.

Kue buatan mbak dara punya ciri khas tersendiri, rasanya memang be beda dari kue kue kebanyakan yang beredar di pasaran.

Aku bisa bilang begitu ya, karena aku sudah merasakan sendiri kue buatannya, kan kamu sendiri yang bawa pulang kuenya." sahut Rangga dengan wajah biasa saja, tapi tidak ada sorot dingin dari kedua matanya.

"Ini kerja sama, kerja sama yang seperti apa yang mas Rangga maksud. Karena semuanya harus jelas dulu, baru saya bisa memutuskan." Dara akhirnya buka suara, setelah hanya diam mendengarkan obrolan kakak beradik yang duduk di hadapannya.

''Begini, saya memiliki ruko yang masih kosong di daerah jalan mawar, saya berniat untuk membuka toko roti di daerah sana. Dan kebetulan, mbak Dara punya bakat yang sesuai dengan apa yang saya cari, jadi saya ingin mbak Dara yang mengelola ruko itu, saya juga akan menanam modal juga nantinya. Hasilnya akan kita bagi dua. Gimana?" Rangga menatap serius ke arah Dara dengan senyum tipis di wajah tampannya.

"Wah serius kamu,mas?" Riani seolah tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar dari mulut kakaknya.

"Serius lah, asal Mbak Dara setuju. Dari pada ruko itu gak digunakan dan terus dibiarkan kosong, mendung buat usaha yang menjanjikan. Jujur, setelah makan kue yang kamu bawa kemarin, aku jadi kepikiran untuk buka bisnis ini. Yakin, pasti laris nantinya." sahut Rangga yang nampak serius dan bersungguh sungguh dengan ucapannya.

"Setujui saja, Ra!

Lagian itu kan hobi kamu, bikin makanan makanan enak, iya gak?" Sintia juga ikut menimpali.

"Tapi kalau menurutku sih, menurutku loh ya?

Kan ruko kamu itu itu kan lumayan luas tempatnya.

Jadi, mendingan bikin kayak cafe gitu. Tapi menu utamanya cake dan berbagai macam kue kue, jadi kalau ada yang beli mau dimakan di tempat biasa dan merasa nyaman." usul Dina yang langsung disetujui oleh Rangga.

"Boleh juga, jadi kepikiran mau kasih nama Cafe cake, apa ya?" Rangga terlihat tengah berpikir untuk nama usaha yang akan dirintisnya.

"Cafe cake Hilya. Keren kan, cocok!" sahut Riani yang membuat Rangga dan Dara langsung menatap ke arahnya.

"Hilya?" tanya Rangga tak mengerti.

"Hilya, itu anaknya mbak Dara yang masih berusia enam bulan. Lucu anaknya, gendut dan cantik banget." sahut Riani cengengesan dan membuat Rangga langsung paham.

"Boleh juga ide kamu. Sekarang tinggal gimana mbak Dara nya, setuju atau nggak nya?" Rangga beralih menatap ke arah Dara yang masih membeku.

Tak percaya jika, Tuhan begitu mudah mewujudkan semua impiannya. Disaat dirinya memutuskan untuk memilih hidup mandiri dengan anaknya.

"Baiklah, saya akan mencobanya. Dan insyaallah saya akan berusaha untuk bekerja keras membuat kue kue yang selalu dicari pembeli. Terimakasih banyak sudah memberi kesempatan ini pada saya, mas Rangga!" sahut Dara dengan penuh rasa syukur.

Semua turut senang, merasakan kebahagiaan Dara, meskipun selama menjadi istrinya Haris, Dara selalu tertekan dan serba kekurangan, tapi saat dirinya memutuskan untuk berpisah, justru kebaikan demi kebaikan datang menghampirinya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Sedangkan dirumahnya Haris, Bu Emi yang tengah menunggu kepulangan anak lelakinya terus saja berandai andai untuk merenovasi rumahnya yang sempit menjadi rumah yang sangat luas, lebih besar dari rumah yang menantunya tempati.

"Akhirnya yang ditunggu pulang juga. Haris, sini. Ada yang ingin mama bicarakan." sambut Bu Emi yang langsung meminta Haris duduk di dekatnya, ingin mengutarakan keinginannya pada sang anak yang dianggapnya sudah sukses.

"Ada apa, ma?

Haris capek, mau mandi dulu biar seger." sahut Haris yang masih berdiri dan akan masuk kedalam kamarnya yang sempit.

"Sebentar saja, mama cuma mau membicarakan soal harga diri kita agar tidak terus dihina oleh istrimu dan keluarganya yang sok kaya itu!" sungut Bu Emi yang tidak senang di tentang kalau sudah bicara. Dengan terpaksa akhirnya Haris pun menuruti ucapan mamanya.

"Apa yang ingin mama bicarakan, soal harga diri, maksudnya gimana?" tanya Haris uang mulai penasaran karena menyinggung keluarga istrinya.

"Mama mau, kamu merenovasi rumah kita agar lebih besar, lihat halaman depan sama belakang masih luas kan, kalau direnovasi, mama yakin, rumah ini akan jauh lebih bagus dan besar dari rumahnya si Dara sombong itu." Bu Emi mengutarakan keinginannya, Haris sejenak berpikir, tabungannya memang banyak, tapi Haris tidak mau kalau uangnya habis hanya untuk membangun rumah yang nanti belum tentu jadi miliknya seutuhnya.

"Tapi pasti kita butuh uang yang gak sedikit loh, ma!

Uang dari mana?" sahut Haris yang tak rela kalau dia sendiri yang harus menanggung biaya untuk merenovasi rumah, masih ada bapaknya yang juga punya kerjaan bagus, tapi entah kenapa selalu bilang kalau tidak punya uang.

"Mama akan jual perhiasan mama, dan minta uang papa kamu.

Kalau mama jual perhiasan paling akan terkumpul seratus juta lebih, dan mama akan minta sama papa kamu seratus juta buat tambahan, kamu cukup nyumbang seratus juta saja. Gimana?" balas Bu Emi dengan semangatnya.

"Baiklah, kalau seratus juta aku sih ada. Tapi, Haris minta kamarnya yang paling besar dan kamar mandi di dalam. Kita bungkam mulut Dara dan keluarganya itu, dengan membuktikan kita juga bisa punya rumah yang lebih besar dari dia.

Dan biar calon istri Haris juga terpukau dan bangga dengan Haris, ya gimana soalnya dia dari keluarga kaya raya. Haris malu kalau mengajaknya kerumah dengan keadaan rumah kita yang kecil ini." balas Haris yang tak kalah bersemangat.

"Pacar?

Kaya raya, maksudnya kamu sudah punya pacar baru dan dia kaya raya, gitu, Ris?" ulang Bu Emi dengan antusias, menatap bangga pada putranya yang menurutnya sangat tampan.

'Iya dong, makanya, Haris milih pergi dan ninggalin si Dara. Kaya juga gak seberapa tapi sombongnya minta ampun. Gak ngaca lagi, kalau penampilannya buruk dan dekil kayak gitu, bikin eneg saja." sungut Haris yang langsung kesal kalau mengingat wajah Dara saat mengusirnya keluar dari rumah.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

#Saat Cinta Harus Memilih

#Menjadi Gundik Suami Sendiri

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!