bab 4

"Awas saja kamu, setelah ini kamu akan nangis darah minta maaf dan bersujud di kakiku untuk kembali kerumah ini, dan aku tak lagi Sudi. Silahkan nikmati hidupmu yang miskin, dasar wanita sombong dan tak berguna!" herdik Haris sebelum meninggalkan rumah.

Dara hanya menatap datar kepergian suaminya, lukanya terlalu dalam, tak lagi ada setetes air mata yang jatuh, yang ada rasa benci dan sakit dengan sejuta penyesalan.

"Pergilah mas, bukan aku yang sengsara, tapi kamu. Kita lihat, siapa yang akan datang mengemis iba setelah ini?" lirih Dara sambil menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

Malam merangkak semakin larut, namun Dara masih terjaga, matanya sedikitpun tidak merasakan kantuk. Hatinya kian sesak memikirkan nasib yang akan di jalani setelah ini. Meskipun Dara lulusan sarjana, namun jika harus bekerja meninggalkan putrinya masih belum tega, Hilya masih terlalu dini untuk di paksa mandiri. Bukan menyesal sudah membiarkan Haris pergi, justru hatinya merasa lega, bisa melepas laki laki kasar yang seringkali melukai hatinya.

Haris bukanlah lagi apa apa di dalam hidup Dara.

Cintanya sudah mati seiring kecewa yang kian hari kian menggunung.

"Apa sebaiknya aku buat usaha bikin pesanan kue dan nasi kotak saja ya?

Itukan bisa dikerjakan dirumah dan di promosikan lewat ponsel, jadi aku tidak perlu meninggalkan Hilya. Baiklah, Dara! Oke, kamu harus bisa, insya Allah bisa! Bismillah!" Dara menyemangati diri sendiri dengan keyakinan di dalam hatinya, harus bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri demi sang buah hati tanpa harus menjadi beban orang tuanya.

"Besok aku akan pergi ke pasar, buat jual perhiasan dan belanja untuk membuat testi jualanku. Ya Robb, lancarkan usahaku ini, dan mudahkanlah jalanku dalam menggapai RizkiMU!

Aamiin." Dara terus berbicara sendiri dan bibirnya tersungging bersama semangat yang berkobar di lubuk hatinya. Akan dara buktikan, jika dirinya mampu bertahan hidup lebih baik tanpa Haris.

Pukul dua pagi, Zahra akhirnya bisa terpejam, meskipun hanya beberapa jam sebelum adzan subuh membangunkannya dari lelapnya.

Cekrek! Cekrek!

Zahra mengambil beberapa foto dagangan yang akan di promosikan di akun sosial medianya, terutama Watshap.

Beberapa kue kering, kue basah dan juga menu nasi kotak.

Dara mengambil begitu apik setiap foto makanan yang di upload.

Tak lupa, Dara mengaktifkan privasi ke kontak Haris dan seluruh keluarganya, Dara tak ingin jika kegiatannya terpantau oleh suami dan keluarganya, karena mereka akan terus nyinyir dengan berbagai macam komentar menyakitkan.

Setelah selesai meng-upload, sepuluh menit kemudian, ada beberapa teman yang mulai bertanya barang dagangannya, bahkan sudah ada yang mulai memesan. Dara sangat bersyukur, Alloh begitu baik dalam menolong hamba-nya urusan rejeki.

Saat Dara asik membalas chat pelanggan, telpon berdering dari kontak Dina.

"Hallo, Asalamualaikum!

Iya, Din. Ada apa?" sapa Dara setelah mengangkat panggilan telepon dari Dina.

"Waalaikumsallm, kamu beneran jualan kue sama nasi kotak, Ra?" sahut Dina penasaran, memastikan kebenaran status yang dibuat sahabatnya di watshap.

"Ya beneran dong, Din.

Sekarang aku akan mulai belajar mandiri, mencukupi kebutuhanku dengan Hilya. Semalam aku dan mas Haris bertengkar dan dia sudah aku usir dari rumah. Sudah engap dan sakit hati banget dengan kelakuannya." sahut Dara jujur apa adanya, bahkan suaranya terdengar biasa saja, tidak lagi sedih seperti kemarin kemarin.

"Wah, berita bagus dong. Tapi beneran kamu usir si Haris?"

"Iya, biar dia pulang kerumah ibunya yang sempit itu, lagian ini juga rumah dari orang tuaku, kalau dia saja bisa seenaknya dan tega sama aku dan anaknya, kenapa aku gak tega juga sama dia?

Aku akan urus surat cerai, Bismillah semoga usahaku lancar, agar segera bisa mengurusnya."

"Aamiin, insyallah pasti ada jalannya.

Laki laki model kayak si haris memang pantas dibuang di tempat sampah.

Oh iya, soal ide kemarin, Riani setuju dan siap bantu kamu loh.

Kalau kamu bisa, nanti sore aku rencananya mau kerumah kamu sama Riani dan juga tunangannya. Kita susun rencana buat kasih pelajaran untuk si Haris itu."

"Wah Alhamdulillah, beneran Riani kagak keberatan, nanti hubungannya dengan tunangannya gimana?

Aku takut hubungan mereka kena masalah gara gara masalahku."

"Kamu tenang saja, insyallah enggak!

Makanya nanti kita bicarakan rencana selanjutnya di rumah kamu saja. Bisa kan?"

"Bisa! Kan aku selalu dirumah, gak pernah kemana mana. Kamu datang saja. Sama sekalian nanti incip incip testi dagangan aku!"

"Wah, kalau itu gak keberatan dong.

Pasti mau lah, hahahaa!" sahut Dina riang dengan tawa renyahnya.

"Yasudah ya, aku lanjut kerja dulu. Nanti sore aku kesana. Asalamualaikum!" pamit Dina dan mengakhiri obrolannya bersama Dara.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

"Kenapa wajah loe kusut begitu, Ris?" kayak orang gak makan seminggu saja!" tegur Abit teman satu divisi Haris.

"Lagi kesel sama istri, dia ngusir gue dari rumah sendiri, gila gak sih?

Dasar istri kurang ajar, sudah jelek berlagak dan semena mena." sungut Haris dengan wajah tak sukanya.

"Maksud loe, lagi berantem sama bini terus loe di usir gitu? hahahahaaa, Haris, Haris!

Makanya, jadi suami itu harus baik dan bersikap lembut sama istri, paling paling kamu pelit sama istri kamu, pastilah dia marah!" balas Abit yang langsung tertawa mengejek mendengar penuturan Haris. Abit sudah hafal luar dalam seperti apa sifat Haris yang perhitungan sama orang lain bahkan sama istrinya Sendiri.

"Emang dia siapa, jangan harap bisa memeloroti uangku, gak bakalan bisa. Yang kerja mati matian aku, kok dia yang orang lain mau habisin uangku seenaknya, aku gak sebodoh itu!" sungut Haris tanpa tau malu.

"Apa?

Loe bilang, istri loe itu orang lain?

Dasar edan kamu, Ris!

Istri kamu itu berhak banget dengan hasil kerjamu, kamu sudah menikahinya, itu artinya dia sudah jadi tanggung jawab kamu, sandang, pangan, papan. Apa kamu gak penah ikut kajian, jangan keblinger kamu!" sahut Abit yang geleng geleng dengan pikiran Haris yang tak bisa dicerna dengan akal sehatnya.

"Dasar kamunya saja yang bodoh, mau maunya diperas sama istrimu. Kalau aku sih ogah ya!

Kamu saja yang bodoh, jangan ajak ajak aku!" balas Haris sengit menatap tak suka ke arah Abit yang melongo mendengar komentar dari Haris.

"Dasar gila kamu, Ris!

Lihat saja, kamu pasti nyesel suatu hari nanti.

Dan saat itu datang, semua sudah terlambat, Dara tak lagi Sudi memaafkan kamu. Siap siap saja hidup loe susah, karena sudah menyakiti dan menelantarkan anak istrimu." gerutu Abit yang langsung meninggalkan Haris diruangannya, kesal dengan pemikiran teman kerjanya itu. Dinasehati berkali kali tak pernah nah mempan.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

#Saat Cinta Harus Memilih

#Menjadi Gundik Suami Sendiri

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

Nayla Ujji ...

Nayla Ujji ...

Iya... Thor,
Insha Alloh..
lain kali saya mampir di karya mu yang lain.

2023-04-26

0

Yoo anna 💞

Yoo anna 💞

good dara

2023-04-03

1

Yoo anna 💞

Yoo anna 💞

amin ya rabbal 🤲

2023-04-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!