bab 10

"Makanya, dia harus diberi pelajaran biar kapok!

Yasudah, yuk pulang. Mbak Dina susah menungguku!"

Tomi dan Riani berjalan bersisihan menuju area parkiran. Haris menatap tak suka pada Tomi, namun tidak berani menegur, karena posisi Tomi lebih tinggi darinya, Haris tidak mau kena masalah dan akhirnya berujung pemecatan.

"Aku harus gerak cepat, sebelum pak Tomi lebih dulu merayu Riani. Aku harus bisa membuat Riani terkesan dan jatuh cinta padaku dengan memberikan apa yang dia inginkan. Pasti dia akan lebih memilihku dan tidak berpaling." gumam Haris yang tersenyum sendirian membayangkan bisa bersanding dengan perempuan muda dan cantik kayak Riani.

Sedangkan Riani dan Dina yang janjian di tempat tak jauh dari kantornya Riani langsung menuju rumahnya Riani, karena akan menyusun rencana selanjutnya.

"Tom, kamu gak ikut sekalian?" tanya Dina saat melihat Tomi tetap anteng di dalam mobilnya.

"Enggak, mbak!

Aku ada perlu sama temanku. Sudah janjian.

Titip Riani ya, awas kalau dia beneran jatuh cinta sama si Haris itu." sahut Toni terkekeh dan membuat Riani melotot dan mengerucutkan bibirnya, Tomi semakin meledakkan tawanya melihat calon istrinya ngambek.

"Hahahaa, kamu bisa saja, Tom!

Kalau Riani beneran suka sama si Haris, sudah sakit berati, hahahaa!" sahut Dina yang juga ikut ketawa meledek Riani yang semakin kesal sama Tomi dan Dina.

"Tau ah, kalian itu rese amat sih.

Amit amit suka sama laki laki modelan kayak gitu, bikin makan hati." sungut Riani yang langsung masuk ke dalam mobil Dina.

"Iya iya, gak usah marah dong. Kan aku cuma bercanda. Lagian aku juga gak bakalan biarin kamu suka si Haris, bisa gila aku nanti." Sambung Tomi yang menatap sayang ke arah Riani.

"Yasudah, kita berangkat dulu ya. Keburu magrib." Dina ikut menimpali dan Tomi juga pamitan untuk pergi ke arah berlawanan.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

"Loh, aku pikir kalian masih nanti kesini nya. Sini ayo masuk." sambut Dara yang tengah menyuapi Hilya di pangkuannya.

"Ini pulang kerja, sekalian saja kesini biar gak bolak balik.

Kuenya sudah ada, Ra?" balas Dina yang langsung mencium Hilya dengan gemas.

"Lucu banget sih kamu, hmm wanginya."

"Makanya cepetan nikah, biar punya mainan selucu Hilya." sahut Dara dengan senyum menggoda pada Dina yang langsung mencebik.

"Nikah mah gampang, calonnya yang sulit. Takutnya dapat kayak modelan si Haris, bisa stres aku!" balas Dina yang langsung di sambut tawa oleh Dara dan juga Riani.

"Yuk masuk, kita ngobrol di dalam saja.

Aku tadi masak rendang, kalian makan disini saja. Ada ibu kok di dalam."

"Oh ibu sekarang tinggal di sini sama kamu, Ra?" sahut Dina.

"Enggak, ibu cuma nemenin aku sama bantuin jagain Hilya tiap pagi sampai sore. Kalau malam yang nemenin si Bagas, dia tidur disini." balas Dara dengan menggendong Hilya.

"Gimana, apa kamu sudah berhasil menjebak mas harus, Ni?" tanya Dara menatap Riani yang terlihat tersenyum.

"Iya mbak, aku sudah beli nomor baru kusus mas Haris. Ini mbak bawa saja, mbak dara bisa pura pura jadi aku, plorotin saja uangnya.

Dan nanti mbak Dara bisa info ke aku apa saja obrolan kalian, biar aku bisa jaga sikap pas ketemu suami mbak Dara." jelas Riani panjang lebar.

"Loh kan ini ponsel kamu, Ni?

Kok dikasih ke aku, kamunya gimana?" tanya Dara sungkan.

"Aku sudah punya ponsel baru kok, dibelikan sama Tomi.

Itu buat mbak Dara saja, buat ngerjain suami mbak, biar dia klepek klepek, karena mikirnya kan itu aku. Jadi mbak pura pura saja jadi aku gitu."

"Oh gitu, tapi beneran gak papa, aku jadi gak enak sama kamu." balas Dara sungkan.

"Gak papa mbak, tenang saja. Aku iklas kok, lagian suami kayak mas Haris harus dikasih pelajaran biar gak semakin sok." sahut Riani mantab.

"Riani benar, Ra!

Kamu harus pinter main sandiwaranya, kerjain si Haris, kuras uangnya, lalu hempaskan. Oke?" Dina ikut menimpali dengan semangatnya.

Hampir dua jam mereka larut dalam obrolan, Riani dan Dina akhirnya pulang, dan Dara membawakan kue pesanan mereka dan memberinya secara cuma cuma sebagai bentuk ucapan terimakasih atas kebaikan mereka yang perduli dan membantu membalas sakit hatinya pada Haris.

Saat Riani dan Dina keluar dari rumahnya Dara, ternyata Haris sudah berdiri di depan teras dengan wajah heran menatap Riani yang ada dirumahnya.

"Loh Riani, kamu kok ada disini, ada perlu apa sama Dara?" selidik Haris yang menatap penuh selidik ke arah tiga wanita yang ada di hadapannya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

#Saat Cinta Harus Memilih

#Menjadi Gundik Suami Sendiri

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!