bab 3

"Makanya itu, mbak Dara harus cerdas dalam mengambil keputusan dan harus matang kalau mau bikin rencana untuk menghancurkan si Haris itu. Emangnya apa sih rencana mbak Dara dan teman teman mbak itu. Kayaknya yakin banget berhasil."

Dara lantas menceritakan semua rencana yang di susun Dina dan Bagas langsung ketawa juga setuju bahkan mendukung niat Dara untuk mengerjai Haris agar miskin dan kehilangan segalanya.

"Bagus itu mbak, kalau itu Bagas dukung. Semoga saudaranya mbak Dina mau bantu mbak Dara. Aamiin!"

"Aamiin, semoga saja. Selama ini, mbak gak tau berapa yang gaji mas Haris, dia hanya memberi uang sembilan ratus ribu setiap bulan sama mbak, dan ternyata dari informasi yang mbak dapat dari Dina yang diberi tahu oleh saudaranya, gaji mas Haris lebih dari sepuluh juta, belum bonusnya. Rasanya sesak sekali dada mbak. Selama jadi istrinya, tiap hari hanya bisa masak sayur bayem dan lauk tahu sama tempe.

Mbak kira, gaji mas Haris memang tidak seberapa, sehingga mbak iklas jika harus hidup apa adanya, aah bodohnya mbak!" keluh Dara dengan wajah sedih, kata kata Dina terus terngiang di telinga Dara, Haris memang harus diberi pelajaran.

"Mbak Dara, kan selalu dikirim ibuk sembako, nah uang yang dari mas Haris simpan saja, terus mbak gak perlu masak enak, cukup nasi sama sambel terasi lauk kerupuk. Bilang saja uangnya habis buat beli beras dan susunya Hilya. Gak perlu mbak masakin enak laki kayak begitu, kalau mbak Dara mau makan enak, tinggal beli dan datang kerumah ibu, wong rumah ibu gak jauh kan dari sini. Kasih pelajaran tuh si Haris, biar otaknya digunakan buat mikir." sungut Bagas kesal setiap kali mendengar nama Haris.

"Kamu bener juga sih, dek.

Mulai sekarang, mbak gak akan menyiapkan kebutuhannya. Seneng seneng saja sama keluarganya, lha mbak, dirumah Haris jadi babunya."

"Nah gitu dong, masak mbak dara mau terus di injak dan di bodohi. Kawan saja, ini juga rumahnya mbak kan, Haris cuma numpang."

Sudah hampir magrib, tapi Haris belum kunjung pulang, Dara menutup pintu dan menikmati makan malamnya dengan soto pemberian ibunya dengan lahap, sengaja menghabiskan ayamnya dan hanya menyisakan kuahnya saja, toh itu dari ibunya yang ditujukan untuk dirinya.

Setelah selesai makan, Dara duduk santai di depan televisi sambil memangku Hilya.

Tak terasa waktu terus berputar, pukul sembilan malam Haris juga belum ada tanda tanda pulang. Sedangkan Hilya sudah terlelap di pangkuannya.

Dara memilih masuk ke dalam kamar dan menidurkan Hilya. Tak lagi mau menunggu kedatangan suaminya, bodoh amat karena Haris pun juga tak perduli dengan dirinya.

Saat Maya Dara baru saja terlelap, terdengar pintu di gedor dengan kasar.

Dara mengintip dari celah jendela, terlihat Haris datang dengan penampilan yang sudah berantakan.

"Kemana saja sih, lama banget buka pintu gitu aja!" bentak Haris dengan mata melotot.

"Emangnya kamu gak tau ini jam berapa, mas?

Sudah tengah malam, ya jelas aku tidur lah. Buat apa nunggu suami yang bahkan senang senang aja gak ingat sama anak istri." sahut Dara cuek dengan tatapan sinisnya, tak ada lagi suara lembut dan sikap lemahnya.

Membuat Haris melongo dengan sikap istrinya yang berubah berani.

"Sejak kapan kamu bicara kasar begitu sama suamimu sendiri, dosa tau. Mau dilaknat kamu!

Dasar istri gak berguna sama sekali!" bentak Haris dengan wajah bengisnya, membuat Dara menyunggingkan senyuman sinis ke arah suaminya.

"Lihat lihat dulu gimana suaminya, kalau suami modelan kayak mas gini, yang ada ya kamu sendiri yang kena musibah, orang sama anak dan istri saja dzalim, kok nuntut untuk di hormati, jangan mimpi!" balas Dara tak mau kalah, hilang sudah rasa hormatnya pada Haris, hatinya sudah terlanjur beku untuk laki laki yang masih sah menjadi suaminya itu.

"Jangan kurang ajar kamu, Dara!

Suami pulang pulang capek, malah mulutmu terus saja ngoceh, memang kamu itu wanita pembawa sial. Awas saja, tak Sudi aku kasih uangku buat kamu dan anakmu itu, biar kelaparan dan sengsara. Sudah jelek, buluk, bau, banyak tingkah lagi!" ucap Haris lantang, tak perduli jika ucapannya begitu melukai hati Dara.

"Gak masalah kamu gak kasih aku uang belanja. Asal kamu jangan ikut makan dirumahku saja.

Dan pergi dari rumahku, karena rumah ini milik orang tuaku. Apa kamu gak malu, mau numpang dirumah perempuan yang selalu kamu hina?

Dasar memalukan!" balas Dara sinis dengan tatapan meremehkan, berusaha tegar meskipun hatinya hancur berkeping keping. Tak Sudi jika air matanya harus jatuh di hadapan laki laki yang sedikitpun tak pernah menghargainya.

"Oh kamu usir aku?

Oke, aku akan pergi dari sini dengan senang hati.

Awas saja kalau kamu merengek dan ngemis ngemis minta aku buat kembali kesini, No, haram untukku menginjakkan kaki dirumah perempuan buruk seperti kamu." sahut Haris dengan sangat sombong dan langsung masuk ke dalam kamar berniat untuk memasukkan bajunya ke dalam tas.

Dara hanya melihat kelakuan suaminya dengan wajah datar, tanpa sedikitpun ada niat untuk mencegah kepergiannya, membuat Haris dilanda cemas di dalam hatinya. Niatnya untuk menggertak ternyata tidak berpengaruh sedikitpun pada Dara.

"Kamu yakin mau aku pergi dari rumah ini?

Bisa apa kamu tanpa aku?" sekali lagi Haris ingin memastikan dan berharap Dara akan merengek-rengek dan memohon untuk Haris tetap tinggal, tapi itu tidak terjadi, Dara justru menatap penuh ejekan pada Haris.

"Pergilah, itukan yang kamu mau?

Lagian ini juga rumah dari orang tuaku, masih sah milik bapakku. Jadi kamu juga gak ada hak buat tinggal disini, karena rumah ini bukan penampungan." balas Dara sinis dan membuat Haris murka karena merasa di rendahkan.

"Awas saja kamu, setelah ini kamu akan nangis darah minta maaf dan bersujud di kakiku untuk kembali kerumah ini, dan aku tak lagi Sudi. Silahkan nikmati hidupmu yang miskin, dasar wanita sombong dan tak berguna!" herdik Haris sebelum meninggalkan rumah.

Dara hanya menatap datar kepergian suaminya, lukanya terlalu dalam, tak lagi ada setetes air mata yang jatuh, yang ada rasa benci dan sakit dengan sejuta penyesalan.

"Pergilah mas, bukan aku yang sengsara, tapi kamu. Kita lihat, siapa yang akan datang mengemis iba setelah ini?" lirih Dara sambil menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

#Saat Cinta Harus Memilih

#Menjadi Gundik Suami Sendiri

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

Nayla Ujji ...

Nayla Ujji ...

Astaghfirullahalazim.....
itu mulut, hati² ya Haris.
bisa² ke makan ucapan mu sendiri.

2023-04-26

0

Yoo anna 💞

Yoo anna 💞

Gusti ini laki modelan kaya apa lah

2023-04-02

1

Padma Ningrum Ningrum

Padma Ningrum Ningrum

Setelah ini bikin dara jadi cantik ya thor dan langsing.... terus dapat duren kaya deh, spt novel yg lain, dicampakan terus dpt yg lebih segalanya.😁

2023-04-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!