bab 6

"Gak papa kok mbak, lagian aku kan juga satu kantor sama si Haris. Jadi bisa awasi mereka.

Mbak Dara tenang saja." balas Tomi yakin, membuat semuanya lega dan akan segera menjalankan rencananya.

"Perusahaan itu milik om nya Tomi, Haris gak bakalan berani macam macam sama Tomi, lagian Rania kan kerjanya di dalam, satu ruangan Sama Tomi. Paling mereka pacaran lewat hape saja. Iya gak?" sahut Dina yang langsung membuat semuanya tersenyum geli, membayangkan Haris terkena tipu mentah mentah.

Tak terasa sudah magrib, karena keasikan ngobrol jadi lupa waktu, akhirnya semua melaksanakan sholat magrib bergantian dirumah nya Dara, lalu mereka pamit pulang.

"Makasih ya, kalian sudah baik banget sama aku." Dara menatap haru pada semua sahabatnya.

"Jangan lebay ah, kita itu keluarga, dan tidak suka melihat kamu di perlakukan buruk sama harus dan keluarganya. Kuras yang Haris, jadilah janda kaya dan cantik setelah ini, oke?" Dina membalas ucapan Dara sambil menggenggam jemari sahabatnya untuk memberi semangat dan kekuatan.

Sedangkan dirumah ibunya Haris, nampak Emi terlihat masam melihat kepulangan anak lelakinya.

"Kamu beneran mau nginep dirumah ini?

Kamu kan tau, rumah ibu sempit, cuma ada dua kamar, kamu mau tidur dimana?" Bu Emi menatap kesal ke arah Haris.

"Haris mau kemana Bu, Dara sudah ngusir Haris.

Lagian Haris juga sudah muak lihat mukanya si Dara tiap hari, bikin eneg." sungut Haris menatap tak suka pada ibunya yang berwajah masam.

"Itukan juga rumah kamu, kenapa kamu mau diusir gitu saja, kalau kamu di usir minta ganti rugi dong, wong rumah istri ya sudah jadi rumah suaminya juga. Jangan bodoh kamu, ris!" sahut Bu Emi tak terima.

"Itu rumahnya Dara, Bu!

Pemberian orang tuanya, Haris gak punya hak dirumah itu. Gimana sih ibu!"

"Bodoh kamu, rumah Dara ya rumah kamu, kamu itu suaminya, punya hak atas rumah itu. Kalau kalian cerai, rumah itu suruh jual saja, hasilnya bagi dua, jadi harta Gono gini." sahut Bu Emi bersungut sungut membuat Haris pusing mendengar ocehan ibunya yang terdengar ngawur.

"Terserah ibu saja lah, pusing aku.

Pulang kerja bukannya di buatkan kopi, ini di ceramahi." kesal Haris yang langsung menuju kamar mandi membersihkan diri agar kembali segar.

"Dikasih tau orang tua kok ngeyel, pokoknya kamu harus bisa dapatkan rumah itu, atau kamu bilang ke Dara buat tukaran saja, biar impas.

Kita semua tinggal dirumah kamu, dan Dara sama anaknya biar tinggal dirumah ini, mereka kan cuma berdua, pas kalau tinggal disini.

Kita pindah kerumah kamu yang lebih besar dan bagus itu." teriak Bu Emi, semakin membuat kepala Haris pusing dengan pemikiran ibunya yang gak masuk akal.

"Sesukanya ibu saja, Haris gak mau ambil pusing." sahut Haris malas, tak mau berdebat dengan ibunya lagi.

"Bu, gak ada makanan ya, Haris lapar!" teriak Haris saat membuka tudung saji, tidak menemukan apapun di dalamnya.

"Gak ada yang dimasak, kamu beli saja, sekalian belikan buat ibu sama adikmu. Bapakmu masih di luar kota.

Besok baru balik." sahut Bu Emi santai sambil matanya fokus menatap telivisi.

"Haris kan sudah kasih uang ke ibu, tiap bulan empat juta. Masak gak ada apapun untuk di makan?" sungut Haris kesal dan segera pergi untuk mencari makanan diluar.

"Uang segitu ya habis buat bayar cicilan dan arisan.

Tinggal beli saja kok repot banget sih Ris.

Atau kasih uangnya ke ibu, biar ibu belikan nasi goreng di gang depan itu." sahut Bu Emi cepat saat melihat Haris keluar dari rumah.

"Haris mau keluar saja, dirumah makin pusing saja. Lapar gak ada apa apa, Dara saja aku kasih satu juta, tiap hari selalu ada makanan di atas meja." sahut Haris bersungut sungut dan melajukan motornya pergi meninggalkan halaman rumah ibunya.

"Vit, besok ikut ibu kerumahnya si Dara, kita usir dia buat pindah kerumah ini saja. Kita yang akan tempati rumahnya.

Disana lebih luas dan bagus.

Engap ibu lama lama dirumah ini. Apalagi masmu ikut pindah kemari, tambah sumpek!" Bu Emi mengipaskan tangannya ke wajahnya yang berkeringat.

"Ide bagus itu Bu, pasti nyaman tinggal dirumahnya si Dara. Besar dan bagus. Aku bisa bawa teman temanku main kerumah nantinya.

Kenapa gak sekarang saja, Bu?

Besok kelamaan." sahut Vita bersemangat.

"Sudah malam, besok saja.

Ibu masih capek habis bersih bersih tadi.

Besok kamu tidak perlu masuk sekolah, jam sembilan pagi kita kerumah Dara, sekalian ajak mbakmu, biar Dara tidak banyak melawan." sahut Bu Emi dengan senyum lebar, membayangkan akan tinggal dirumah miliknya Dara.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

#Saat Cinta Harus Memilih

#Menjadi Gundik Suami Sendiri

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

Arni

Arni

keluarga yg sangat lucu, otaknya ditaroh di mana y, di lutut x

2024-05-26

0

Elena Sirregar

Elena Sirregar

Dasar benalu dah pelit ga tau diri pulak tu

2023-10-10

1

Padma Ningrum Ningrum

Padma Ningrum Ningrum

wah gendeng nih orang ya, nggak punya malu, lawan ajalah dara mertua kayak gini sih.... dosa ya aku mau lawan mertuanya si dara.🤣

2023-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!