Menjadi Gundik Suami Sendiri
"Mas tolong belikan Pampers buat Hilya.
Stok Pampersnya sudah habis dari kemarin, uang belanja yang kamu kasih sudah habis buat beli kebutuhan dapur." Dara menemui suaminya yang tengah duduk santai di depan televisi, hari Minggu Haris selalu menghabiskan waktunya di depan televisi saat libur dari kantor.
Haris melotot tajam ke arah Dara yang tengah menggendong Hilya yang tertidur.
"Apa kamu pikir cari uang itu gampang. Hilya itu sudah besar, tidak usah pake pampers, kamu juga cuma pekerjaannya tidur saja dirumah, cuci itu bekas pipisnya anak kamu dengan tangan, jadi gak buang buang uang buat beli Pampers.
Dasar pemalas! bisanya cuma habisin uang suami saja." bentak Haris dengan wajah bengisnya.
Dara yang tak menyangka, sejak dia melahirkan, sikap suaminya berubah kasar. Dara hanya bisa diam dan menahan perih di dalam hatinya.
Tanpa banyak bicara, Dara pergi meninggalkan Haris yang masih terus mengumpat dengan kata kata kasar pada Dara.
"Bobok nak!
Bunda mau nyuci bekas pipisnya Hilya, mumpung panas cuacanya, semoga cepat kering ya." Dara menidurkan Hilya dengan hati hati di kasur yang sampingnya sudah di kasih bantal juga guling, agar Hilya aman dan tidak terjatuh dari amben.
Karena minta tolong pada Haris untuk menjaga anaknya sudah pasti akan ditolak mentah mentah.
Sejak, Dara melahirkan sifat Haris langsung berubah, tidak lagi ada senyum hangat dan perhatian dari laki laki itu untuk istrinya, yang ada Haris selalu mengucapkan kata kata kasar dan bahkan sangat perhitungan untuk kebutuhan rumah. Sampai sampai terkadang ibunya Dara datang membawakan sembako untuk kebutuhan sang anak.
"Dara mencuci baju baju kotor milik Hilya dengan cepat, takut kalau anaknya terbangun dan nangis, dirumah ada Haris pasti dia akan memarahi Hilya yang menangis dengan suara lantang, membuat bayi itu semakin kencang menangis karena takut.
Dan Dara tidak mau itu terjadi kali ini.
"Alhamdulillah, selesai.
Sepertinya Hilya belum bangun dari tidurnya karena aku tidak mendengar suara tangisnya." gumam Dara lega dan kembali masuk ke dalam rumah.
"Mau kemana kamu mas, kok sudah rapi?" tanya Dara heran melihat penampilan suaminya yang sudah wangi dan rapi.
"Bukan urusan kamu, urus saja anak kamu dan tubuhmu yang bau itu."
"Astagfirullah, mas!
Benar benar keterlaluan kamu ya!
Aku begini karena melahirkan anakmu, dan kamu juga tidak memberikan uang nafkah yang cukup untuk merawat diri. Jadi jangan asal bicara kalau kamu saja tidak bisa mencukupi kebutuhanku. Egois kamu, mas!" sahut Dara dengan mata berkaca kaca, seketika dadanya sesak dengan hinaan dari suaminya.
"Dasar kamunya saja yang malas dan banyak alasan.
Lihat tuh, diluar banyak kok ibu ibu yang baru melahirkan, tapi tetap langsing, cantik dan wangi. Gak kayak kamu, sudah bau, melar lagi.
Sudah aku mau pergi, dari pada dirumah lihat kamu makin muak aku, belum lagi suara tangis anakmu itu, bikin kepalaku pusing saja." sungut Haris pergi begitu saja tanpa memperdulikan perasaan Dara yang terluka karena ucapannya.
"Astagfirullah, ya Alloh ampuni aku.
Aku sudah gak sanggup lagi, menghadapi sikap kasar dan semena mena suamiku." lirih Dara yang sudah basah oleh air mata.
"Asalamualaikum!" suara salam dan ketukan pintu membuyarkan lamunan Dara, wanita dengan kulit kuning Langsat itu berjalan gontai menuju pintu utama, terlihat dua sahabatnya sudah tersenyum lebar di balik pintu.
"Dina, Sintia!
Ya Alloh, datang kok gak bilang bilang.
Ayok masuk ke dalam." sambut Dara berusaha untuk bersikap ceria meskipun wajahnya terlihat sembab.
"Kamu kenapa Ra?
Apa si jonges itu nyakiti kamu lagi?" tanya Sintia kesal, dua sahabat Dara sudah tau seperti apa kehidupan rumah tangganya Dara, sehingga mereka selalu datang saat sedang tidak sibuk untuk memberi dukungan dan kekuatan pada Zahra agar tidak terpuruk karena perlakuan gila suami juga keluarganya.
"Seperti biasa, Mas Haris mengataiku lagi, kata katanya kali ini sungguh sudah keterlaluan.
Dan dia juga sudah tidak lagi perduli dengan kebutuhan anaknya. Pampers Hilya habis, saat aku minta dia membelikan, tapi dia menolaknya dan marah marah." jelas Dara dengan wajah lelahnya.
"Apa aku gugat cerai saja ya, aku sudah gak sanggup di perlakukan seperti ini. Sakit hati juga lelah rasanya." sambung Dara yang mengusap wajahnya dengan kedua tangan.
"Jangan buru buru, keenakan tuh laki.
Kasih pelajaran dulu. Aku ada ide semoga kalian setuju." sahut Dina bersemangat.
"Ide, ide gila apa yang ada di otak loe woy?" sanggah Sintia dengan wajah masamnya, membuat Dara terkekeh mendengar perdebatan konyol kedua sahabatnya itu.
"Aku jamin, ideku pasti cemerlang dan akan bikin si Haris kere. Gimana, Kalian mau tau apa yang ada dipikiran cerdasku ini ?" sambung Dina dengan gaya angkuhnya.
"Apaan, bikin penasaran saja sih?" sungut Sintia gak sabar dengan idenya Dina yang pasti akan terdengar gila, karena Dina selalu bikin sesuatu yang diluar pemikiran manusia pada umumnya.
"Haris itu ternyata satu kantor dengan anak tanteku, namanya Riani.
Dia itu cantiiik banget dan bodynya coy, seksi abis pokoknya. Haris berkali kali menggoda Riani dan menawarkan diri untuk jadi pacarnya. Gila gak sih suami loe itu, dasar buaya buntung!"
"Terus apa hubungannya sama ide loe itu kales? jangan berbelit Belit ngomongnya, langsung saja biar gak bikin pusing dengernya." gerutu Sintia gemas dengan wajah masamnya.
"Iya iya, cerewet banget sih jadi orang.
Gini ya, Riani kan sudah tunangan, dia itu kesel banget sama kelakuan si Haris. Aku akan minta Riani buat ngerjain Haris, pura pura terima Haris jadi pacarnya, dan biar dia kuras habis tuh uang si Haris, kan lumayan buat modal kamu jadi janda nanti. Gimana?"
"Wah gila juga ya idemu itu, tapi boleh juga tuh.
Tapi yang jadi masalahnya, si Riani mau gak bantu Dara?" tanya Sintia serius.
"Itu biar jadi urusanku, biar aku yang bicara sama Riani dan tunangannya.
Akan aku kabari langkah selanjutnya. Manusia kayak Haris memang perlu di kasih pelajaran biar mampus!"
"Ya ampun kejamnya!
Tapi aku setuju sih sama idenya Dina. Makasih ya, kalian sudah begitu perduli dengan masalahku!"
Dara yang sedari tadi diam akhirnya ikut angkat bicara dan menyetujui ide gila sahabatnya.
Haris memang perlu di kasih pelajaran yang setimpal.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )
New karya :
#Karena warisan Anakku mati di tanganku
#Ayahku lebih memilih wanita Lain
#Saat Cinta Harus Memilih
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yoo anna 💞
hy aku mampir Thor
2023-04-02
2
Padma Ningrum Ningrum
Astaga suami koq spt itu, tau nggak utk cantik itu butuh uang, gimana kalau anak sudah awkolah bayarnya mahal spt anak tetanggaku, boro2 mau kesalon duitnya berputar buat kebutuhan hidup, kasih pelajaran thor si harris menyebalkan banget suami spt itu, , 😊 saya mampir thor, baru mampir udah ngomel2 🤣🤣🤣🤣
2023-04-01
3