Korban Pertama

Happy reading....

Sang mentari pun kembali menyingsing, dan menyembunyikan cahaya jingganya. Tepat di malam ini, Anton dan keempat anak buahnya yang sangat merasa penasaran dengan desas-desus tentang penampakan arwah penasaran itu.

Pada akhirnya mereka berlima membagi tugas menjadi tiga kelompok. Keempat anak buah Anton dipecah menjadi dua bagian, Rino dengan Deni dan Aziz dengan Riski. Kemudian Anton yang sama sekali tidak memiliki rasa takut, dia memilih untuk menunggu di pos jaga di malam ini.

Aziz dan Riski saat ini dia tugaskan di bawah pohon rindang, tepat dimana jasad Arini mereka kuburkan. Sedangkan Rino dan Deni yang bertugas berkeliling di sekitar desa mereka.

"Duh, Ziz! Kita kok apes banget sih malam ini? Mana gelap banget lagi, di sini juga minim banget cahayanya. Tau gini, tadi kita pilih berkeliling di sekitar desa saja, daripada nungguin kuburan." keluh Riski sambil mengusap tekuk lehernya yang terasa merinding.

Aziz yang saat ini masih santai sambil menghisap rokok yang berada diantara sela jarinya, hanya berdecak kesal dengan sifat penakut Aziz.

"Ckk! Kenapa kamu sekarang menjadi penakut seperti ini sih, Ris? Padahal tugas kita santai dan lebih enak lho. Kita hanya perlu duduk santai sambil menikmati setiap batang rokok saja." ucap Aziz sambil tersenyum meremehkan Riski.

Riski pun hanya mendengus kesal, karena Aziz saat ini sedang meremehkannya. Padahal memang benar, jika saat ini dia memiliki firasat yang tidak baik. Entah apa itu, yang jelas bulu kuduknya selalu saja berdiri, dia pun saat ini juga merasa seperti sedang di awasi.

Malam pun kini semakin larut, rasa kantuk pun mulai menghampiri Aziz dan Riski. Tetapi saat hendak memejamkan matanya, Riski merasa ini buang air kecil.

Saat dia hendak meminta Aziz untuk menemaninya, dia melihat Aziz sudah mulai terlelap. Hanya suara dengkuran yang kini terdengar dari mulut Aziz.

Akhirnya Riski memutuskan mencari tempat untuk menuntaskan hajatnya, dengan sedikit keberanian yang ada. Meskipun sebenarnya dia sangat takut untuk beranjak dari tempat itu.

"Sialan tuh, Aziz! Dasar tukang tidur! Temennya kebelet, dia malah enak-enakan tidur." maki Riski sambil berjalan melewati pohon rindang tersebut.

Setelah berhasil menemukan tempat yang cukup aman dan nyaman, akhirnya Riski segera menuntaskan hajatnya. Namun, baru saja dia membenarkan celananya, tiba-tiba dia melihat sekelebat bayangan putih yang melewatinya.

"Apaan tuh?" gumam Riski sambil mengusap kedua matanya.

Karena merasa sangat penasaran, akhirnya Riski mencari kelebatan itu dengan berjalan menuju ke tepi jurang.

Saat itu dia tidak menyadari, bahwa yang dia ikuti adalah arwah Arini yang ingin balas dendam kepadanya. Riski yang terus berjalan, akhirnya menemukan sosok berbaju putih itu.

"Siapa kamu?" tanya Riski yang saat ini menghentikan langkahnya, sedangkan jarak mereka saat ini hanya beberapa meter saja.

Tanpa Riski duga, sosok berbaju putih itu langsung membalikkan badannya, dengan memberikan tatapan mata tajam yang merah menyala.

"A-arini? Ti-tidak mungkin! Kamu sudah mati!" pekik Riski sambil memundurkan langkahnya.

Arini yang masih bergeming, kini hanya menatap tajam orang yang berada di depannya, dengan rasa dendam dan amarah yang membara.

"Awh! Sialan!" rintih Riski, saat tubuhnya terjungkal ke tanah karena tersandung akar yang menyembul keluar.

Saat Riski hendak berdiri kembali sambil menatap lurus ke depan. Dia tidak melihat arwah Arini lagi. Namun, siapa sangka? Jika arwah Arini saat ini berada di atas pohon, atau lebih tepatnya berada di tempat Riski berada saat itu.

"Sepertinya dia telah pergi. Huh! Hampir saja aku mati berdiri karena arwah Arini." cetus Riski sambil menghela napas lega.

Akan tetapi, sepertinya malam ini memang akan menjadi malam terakhir untuknya. Karena arwah Arini tidak akan melepaskan dia begitu saja semudah itu.

"Benar. Hari ini kamu akan MATI di tanganku, badjingan!" pekik arwah Arini dari atas pohon.

Seketika tubuh Riski terasa membeku, dan kakinya pun juga sangat berat untuk di ayunkan dari tempat itu. Saat Riski hendak mendongakkan kepalanya, tiba-tiba sebuah akar panjang melilit tubuh dan lehernya.

"Argh! A-ampun A-ri-ni!" mohonnya dengan napas yang tersengal-sengal.

Perlahan lilitan akar itu semakin kuat, saat Riski memberontak dan ingin melepaskan diri dari jeratan akar itu. Namun, semakin dia memberontak, maka lilitan akar itu akan semakin erat dan kuat.

Saat Riski sudah berada di ketinggian yang sama dengan arwah Arini, kini tatapan mata tajam arwah Arini kembali menusuk ke arahnya.

"Kamu akan MATI, badjingan!" pekik arwah Arini.

Riski yang saat itu sudah hampir kehilangan kesadaran, karena pasokan oksigen yang dia butuhkan tercekat di tenggorokan. Saat itu juga arwah Arini melepaskan lilitan di tubuh Riski dan hanya meninggalkan lilitan di lehernya.

Sehingga di malam ini, Riski akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dengan kematian yang tidak wajar. Karena saat ini lilitan di lehernya belum juga terlepas hingga sang mentari kembali memancarkan cahayanya dari arah timur.

BERSAMBUNG.....

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

pengen'a ngerasain sakit yg parah dulu, jgn lgsg mati

2024-06-21

0

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-04-29

1

Sapna Anah

Sapna Anah

seru thorbaru x ini saya baca novel ya athor sehat g horor lanjut dan semoga athornya sehat trus

2024-03-06

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 69 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!