Pandai Bersilat Lidah

Waktu satu jam bagi Andi terasa sangat singkat, dan hanya sekejap mata saja. Karena saat ini Anton telah meninggalkannya seorang diri, saat sang Ayah terlebih dahulu pergi untuk memeriksa para karyawannya yang bekerja di perkebunan teh miliknya.

"Kamu benar-benar pandai bersilat lidah, Anton. Aku benar-benar tidak menyangka, jika kamu bisa sepandai itu untuk bersandiwara. Namun, sayangnya kamu mencari lawan yang salah, dan kamu akan segera mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan." geram Andi saat menatap punggung Anton yang melihat dari pandangannya.

Tak ingin memikirkan tentang masalah yang sedang dia hadapi, akhirnya Andi memutuskan untuk menyusul sang ayah ke perkebunan teh. Sekedar ingin mengingat momen penting yang pernah dia lalui dengan Arini.

Meskipun sebenarnya dia tau, jika dia terus mengingat masa-masa itu. Dia akan membuat hatinya semakin teriris dan terasa sangat nyeri. Namun, dia juga tidak bisa menyangkalnya, jika saat ini hatinya ingin mengulangi kembali dengan orang yang sama, meskipun semua harapannya hanya sia-sia dan tidak akan mungkin terjadi kembali.

Di sepanjang perjalanan, Andi terus menyapu setiap jalan yang pernah menjadi saksi bisu hubungan singkatnya dengan Arini. Saat ini, hanya itu yang dia lakukan, sebelum dia mengetahui dimana mereka kuburkan jasad Arini.

Entah angin apa yang menyeretnya. Tiba-tiba dia ingin duduk di bawah pohon rindang itu. Setelah menyandarkan tubuhnya di sisi pohon tersebut, ada perasaan aneh yang kini hinggap di dalam hatinya.

Seketika angin pun berhembus kencang, diiringi dengan dedaunan yang melambai-lambai. Andi yang baru saja menyandarkan tubuhnya, kini langsung menegakkan kembali duduknya.

"Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba angin berhembus kencang? Apakah hari ini akan ada hujan badai?" gumamnya sambil memandangi awan yang mulai menghitam.

Karena tidak ingin terjebak hujan badai di bawah pohon itu, akhirnya Andi pun beranjak kembali dari duduknya, dan melanjutkan perjalanan kembali.

'Mengapa hatiku terasa sangat berat untuk meninggalkan pohon rindang itu? Ada apa sebenarnya dengan pohon itu?' gumam Andi dalam hati.

Di sepanjang perjalanan, pikiran Andi sedikit kacau dan dia hampir kehilangan keseimbangannya saat mengendarai kendaraan roda duanya.

"Astaghfirullah! ada apa sebenarnya, Ya Allah?" ucap Andi saat dia hendak menabrak ranting pohon yang tiba-tiba jatuh di depannya.

Perasaan Andi pun semakin bercampur aduk dan tidak karuan. Bahkan dia sempat menyapu sekelilingnya, saat perasaan aneh itu mulai hadir kembali di dalam hatinya.

Karena tidak ingin terjadi sesuatu di perjalanannya nanti, akhirnya Andi memutuskan untuk memutar arah tujuannya dan kembali ke rumah.

"Huft! sepertinya hari ini aku di rumah saja. Hari ini memang sedikit janggal dan sangat aneh, tidak seperti biasanya hal seperti ini terjadi kepadaku. Atau memang hari ini adalah hari kesialanku saja," gumam Andi sambil memutar arah kendaraannya.

Kemudian Andi melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, sambil menyapu sekelilingnya. Dan saat melewati pohon rindang itu, tiba-tiba hatinya tergerak kembali untuk menghampirinya. Namun, dia langsung menepis pikirannya, agar sementara waktu dia menghindari pohon rindang tersebut.

Bukan tanpa sebab Andi melakukannya, dia hanya ingin menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan kemantapan hati, dia kembali melajukan kendaraannya dengan perlahan dan hati-hati.

Tak berselang lama kemudian, akhirnya dia pun sampai kembali di rumah itu dengan selamat dan tanpa kendala apapun.

Andi pun segera memarkirkan kembali kendaraan roda dua kesayangannya ke dalam garasi. Hari ini dia sudah bertekad untuk tidak keluar dari rumah lagi. Dia takut jika kesialan itu datang menghampirinya kembali.