Sambil menunggu waktu adzan Maghrib aku pun berbincang-bincang dan bersenda gurau dengan karyawati hingga terdengar suara adzan dan kami pun melakukan salat magrib berjamaah dengan karyawan-karyawati ku juga.
Besok adalah waktu libur bagi mereka dan akan kembali lagi di malam harinya untuk persiapan hari Senin paginya karyawanku mengantar karyawati Yang ingin pulang ke rumah merehatkan tubuh mereka sebentar, bagi yang tidak pulang, Mereka sudah memiliki kamar tersendiri satu kamar diisi dengan empat orang.
Sementara karyawan ku tinggal di rumah belakang yang sedikit lebih kecil dari rumah ini tapi mereka pun nyaman.
Sudah banyak yang pulang dari karyawatiku .
Sehingga rumah besar ini menjadi sepi hanya tertinggali enam orang terhitung aku dan Mbak Tini, empat sudah masuk ke kamar mereka.
Mbak Tini pun tiba-tiba juga menghilang dari pandanganku aku mengumpat dalam hati, 'Dasar yaa! Mereka nggak mau nemenin aku.' Sambil mempersiapkan bumbu-bumbu masakan yang akan aku masak.
Aku mulai berperang sendirian di dapur membuat masakan untuk tuan CEO yang akan datang malam ini, hingga waktu adzan isya' aku sudah selesai, tinggal plating saja.
Aku pun keluar dari dapur ke kamarku untuk melaksanakan shalat isya, setelah itu aku kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakan ku dan menyiapkannya di piring yang telah aku siapkan, terdengar suara mobil berhenti di depan rumahku lalu tak lama kemudian suara salam dari seorang laki-laki sudah bisa kutebak bahwa dia adalah tuan Hardian.
Aku jadi panik sendiri karena seolah-olah Mbak Tini dan karyawati ku itu sengaja meninggalkanku dan sengaja tidak mendengar ada orang yang datang, pasalnya saat ini aku belum ganti pakaian dan bau badanku penuh dengan masakan, apa boleh buat aku pun keluar tanpa mengganti pakaianku setelah menjawab salam.
Kulihat seorang pria dengan mengenakan kaos dan celana jeans yang membalut tubuh kekarnya tersenyum padaku.
"Saya terlalu cepat datang ya?" tanyanya padaku.
"Oh tidak Pak silakan masuk," kataku mempersilakannya masuk dan duduk dulu.
"Sebentar saya masuk dulu ya, Pak, untuk mempersiapkan masakan untuk Bapak," kataku ramah.
"Tidak usah buru-buru. Kamu duduk di sini dulu temani saya sebentar dan kita berbincang-bincang sebentar, sebelum saya mencicipi makanan yang kamu masak," katanya padaku.
"Tapi ... Pak," jawabku bimbang.
"Kenapa? Saya lebih suka kamu begitu, tidak usah berganti pakaian, kamu nampak lebih alami seperti itu," katanya padaku sambil terkekeh.
Aku hanya tersenyum dan bergumam dalam hati, 'Kenapa ia tahu ya, kalau aku mau ganti baju.' Akhirnya mau tak mau aku pun duduk di depan lelaki ini.
"Pak, saya malu badan saya masih bau masakan," kataku padanya
"Enggak kok, kamu wangi," kata lelaki itu, membuatku menahan malu.
"Saya boleh meminta sesuatu padamu saat ini?'' tanyanya padaku memecah keheningan.
"Apa itu Pak?" tanyaku padanya.
"Kalau di luar kantor jangan panggil saya Pak! Kamu boleh panggil saya Mas atau apalah yang enak didengar, karena kesannya saya itu sudah tua, padahal usia saya masih 22 tahun loh," kata Hardian padaku.
Aku tertawa. "Ok! saya panggil Mas Hardian saja ya kalau begitu," kataku malu-malu.
"Boleh terasa lebih manis kalau kamu manggil seperti itu," katanya lagi kepadaku
Setiap kali dia berkata selalu mengandung kata rayuan membuat aku tidak berkutik, apalagi penghuni rumah ini sepertinya bersembunyi entah ke mana dan tidak mau menemaniku untuk menemui CEO ini, aku mencoba untuk mengatasi kegugupanku dengan terseyum padanya.
"Rumah ini kok sepi ya, Apa kamu tinggal sendirian di sini? Apa karyawatimu dan karyawanmu sudah pulang?" tanyanya pada ku.
"Ada, Mas cuma nggak tahu ngumpet di mana rumah jadi sepi," jawabku terkekeh.
"Sebentar ya, saya ambilkan masakannya, nanti keburu dingin, kalau dingin saya gak mau memanaskannya, loh," kataku padanya
"Baik, jangan lama-lama yaa, kalau kamu lama saya susul ke dalam," katanya sambil tersenyum.
'Sial,' aku mengumpat dalam hati setiap kata-katanya mengandung gula.
Aku pun segera pergi ke dapur untuk mengambil semua masakan yang telah ku buat sambil membuatkan teh untuknya, lalu aku kembali menemuinya di ruangan tamu dengan membawa semua masakan ku kesana.
"Ini, Mas, silakan dicicipi dulu," kataku mempersilakan.
Dia mulai mencicipi makanan yang aku buat tiba-tiba dia mengernyitkan dahinya. "Ini sepertinya kemanisan," katanya padaku
"Masak sih, Mas?" tanyaku padanya sambil mencari sendok yang lain tapi tidak sendok sama sekali, 'Padahal tadi aku sudah menyiapkan dua,' pikirku.
"Coba saja kalau tidak percaya," katanya sambil menyodorkan sendok yang sudah ada isinya ke mulut ku, akhirnya ku buka mulutku menerima suapannya.
Aku mengernyitkan dahi ku sambil berkata, "Menurutku ini pas, Mas."
Dia terkekeh lalu berkata, "Yang manis itu kamu, saya salah."
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
karissa 🧘🧘😑ditama
hadeuhhhh si mas hardian inii😂😂
2024-05-20
0
Hana Roichati
lanjut thoor 👍👍
rasanya manis senyum-senyum.sendiri 😀
2023-04-05
3